Kabar fresh buat para pejuang ekonomi syariah dan sobat-sobat sosial di Kota Pelajar! Badan Wakaf Indonesia (BWI) Perwakilan DIY baru aja ngumumin kalau mereka lagi buka seleksi calon pengurus baru.
Posternya udah wara-wiri di medsos dan vibes-nya bener-bener ngajak: “Jadilah motor penggerak wakaf di D.I. Yogyakarta!”
Syaratnya juga jelas dan rapi banget—WNI, muslim, punya pengalaman relevan, plus nilai plus kalau sudah pegang sertifikat nadzir. Pokoknya keliatan keren dan berwibawa banget lah.
TAPI… di balik semangat itu, muncul pertanyaan yang realistis banget:
“Kalau jadi pengurus BWI Provinsi… digaji bulanan nggak ya?”
Ya maklum, tugasnya nggak ringan. Mulai dari ngawasin aset wakaf sampai ngebina para nadzir di level provinsi. Semua pada butuh kepastian finansial, kan?
Jawaban Resmi: “Maaf ya… Nggak Ada Gaji.”
Ketua Tim Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag DIY, H. Ujang Sihabudin, jawab dengan lugas tanpa muter-muter:
“Mohon maaf, BWI pengabdian sosial, tidak ada gaji.”
Jadi, posisi ini bukan lowongan ala kantor yang ada slip gaji, uang makan, atau tunjangan anak.
Ini lebih ke: tugas pengabdian — panggilan hati.
Yang daftar harus siap masuk mode niat lillah, bukan cari pemasukan tetap.
Kenapa Kok Nggak Digaji? Ini Alasannya
Berdasarkan UU No. 41 Tahun 2004, BWI itu lembaga independen yang tugasnya nge-develop dunia perwakafan nasional.
Mereka memang kerja bareng Kementerian Agama, tapi bukan lembaga dinas yang punya pegawai tetap macam ASN.
Makanya, pengurus BWI di provinsi itu statusnya lebih mirip “pejabat publik non-struktural”— ada masa tugas, ada amanah, tapi tanpa payroll bulanan.
Bahkan beberapa penelitian juga bilang, banyak pengurus BWI di Yogyakarta harus pinter bagi waktu antara kerjaan utama dan tugas wakaf. Karena ya itu tadi: sifatnya volunter profesional.
Terus… Apa Dapat Apa Dong? Ada Biaya Operasional Kok!
Tenang, bukan berarti harus keluar duit sendiri buat kerja.
Dalam aturan wakaf ada yang namanya biaya operasional, diambil dari hasil pengelolaan wakaf produktif (biasanya maksimal 10%). Ini bisa dipake buat:
- Transport & akomodasi saat tugas
- Honor kegiatan tertentu (rapat, pelatihan, sosialisasi)
- Pengembangan kapasitas & jaringan skala nasional
Jadi meski bukan gaji bulanan, tetap ada support biar kegiatan berjalan lancar.
Tapi ya balik lagi, core utamanya adalah amal jariyah. Dampaknya panjang sampai setelah kita tiada. Bener-bener kerja yang pahalanya mengalir terus.
Kalau kamu ngerasa terpanggil dan siap jadi bagian dari gerbong kebaikan, posisi ini bisa jadi ladang pahala sekaligus pengalaman berharga.
Gaji mungkin nggak ada… tapi pahala? Unlimited access!
