Penyanyi muda Bernadya kembali mencuri perhatian publik—bukan karena rilisan lagu barunya, tapi karena kontroversi yang menyeret namanya. Lagu miliknya yang berjudul “Kata Mereka Ini Berlebihan” disebut-sebut memiliki kemiripan dengan lagu “August” milik musisi internasional Taylor Swift.

Tuduhan plagiat pun mencuat di media sosial, memicu diskusi panjang soal batas antara inspirasi dan penjiplakan dalam dunia musik.

Viral di Medsos, Bernadya Buka Suara

Isu ini bermula dari perbincangan netizen di media sosial, yang menemukan kemiripan antara bagian bridge di lagu Bernadya dengan salah satu bagian lagu August.

Tanpa menunggu lama, Bernadya pun memberikan klarifikasi secara terbuka melalui akun X (dulu Twitter) miliknya.

“Saya kecewa banget sih jujur, karena tuduhan ini dilontarkan tanpa ada konfirmasi atau pemahaman yang utuh tentang proses kreatif yang saya jalani,” tulis Bernadya dalam unggahannya.

Lebih lanjut, Bernadya menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menyembunyikan sumber inspirasi dalam bermusik, termasuk mengakui kekagumannya terhadap Taylor Swift.

“Saya memang terinspirasi oleh banyak musisi, termasuk Taylor Swift, tetapi saya pastikan karya saya tetap orisinil,” tulisnya lagi.

Antara Inspirasi dan Plagiat

Dalam unggahannya, Bernadya juga menjelaskan bahwa proses menciptakan lagu jauh dari sekadar menyalin atau meniru.

Menurutnya, sebuah karya lahir dari rangkaian proses panjang, termasuk penulisan lirik, pemilihan harmoni, aransemen musik, hingga penyampaian emosi yang unik dari si pembuat lagu.

“Saya nggak pernah nyontek. Proses kreatif saya selalu melibatkan banyak tahap dan pemikiran, bukan cuma dengar lalu tiru,” jelasnya.

Pernyataan ini langsung mengundang reaksi dari warganet. Ada yang mendukung dan mengapresiasi keterbukaan Bernadya, tetapi tidak sedikit juga yang masih skeptis terhadap klarifikasi tersebut.

Netizen Terbelah

Di tengah ramainya perdebatan, netizen pun terbagi dalam dua kubu.

Di satu sisi, ada yang membela Bernadya dan menyebut bahwa kemiripan dalam dunia musik adalah hal yang wajar, selama tidak menjiplak secara eksplisit.

“Banyak lagu yang vibe-nya mirip. Tapi bukan berarti semua yang mirip itu plagiat. Kadang inspirasi memang terasa familiar,” tulis seorang pengguna X.

Namun, tidak sedikit pula yang tetap beranggapan bahwa kemiripan pada bagian tertentu—khususnya bridge dalam dua lagu tersebut—terlalu mencolok untuk disebut hanya sebagai inspirasi.

“Kalau cuma mirip vibe sih oke, tapi ini bagian liriknya dan progresi melodinya hampir sama. Masa nggak nyadar?” komentar pengguna lainnya.

Masalah yang Lebih Besar: Edukasi Hak Cipta

Kasus ini membuka diskusi yang lebih luas tentang pentingnya edukasi hak cipta di kalangan musisi dan penikmat musik. Beberapa pengamat musik menyebut bahwa peristiwa seperti ini bisa menjadi momen refleksi bagi industri kreatif Tanah Air.

“Musisi muda perlu memahami bahwa inspirasi itu sah, tapi tetap harus tahu batasnya. Begitu juga penikmat musik, harus bisa bedain antara referensi dan menjiplak,” ujar salah satu pengamat musik dalam diskusi di platform X Spaces.

Bernadya Tetap Melaju

Meskipun sempat dirundung isu plagiat, Bernadya tetap tampil percaya diri di atas panggung.

Dalam acara KapanLagi Buka Bareng BRI Festival 2025 di kawasan Senayan, Jakarta, ia menyapa para penggemarnya dengan hangat dan menyanyikan lagu-lagunya seperti biasa—termasuk lagu yang sedang jadi kontroversi.

Publik masih akan terus memantau perkembangan isu ini. Namun satu hal yang pasti, Bernadya memilih untuk melawan tuduhan dengan keterbukaan, bukan dengan diam.

“Saya menghargai semua kritik. Tapi saya juga percaya, orisinalitas saya sebagai musisi tetap ada. Saya tidak akan berhenti berkarya,” tutupnya.

Kontroversi seperti ini mungkin tak bisa dihindari di era keterbukaan digital. Tapi justru dari sinilah diskusi soal etika, hak cipta, dan proses kreatif bisa tumbuh lebih sehat.

Bagi Bernadya, yang penting adalah tetap jujur pada proses dan konsisten berkarya. Dan bagi kita sebagai pendengar—mungkin saatnya juga lebih bijak dalam menilai.