Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 14 Juli 2025.
Kalender Liturgi hari Senin 14 Juli 2025 merupakan Hari Senin Biasa XV, Perayaan Fakultatif Santo Kamilus de Lellis, Pengaku Iman, Santo Fransiskus Solanus, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 14 Juli 2025:
Bacaan Pertama Keluaran 1:8-14.22
“Marilah kita bertindak terhadap orang Israel dengan bijaksana, agar mereka jangan semakin bertambah banyak.”
Pada waktu itu tanah Mesir diperintah oleh raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya, “Lihat, bangsa Israel itu sangat banyak, dan jumlahnya lebih besar daripada kita.
Marilah kita bertindak terhadap mereka dengan bijaksana, agar mereka jangan semakin bertambah banyak. Jangan-jangan, jika terjadi peperangan, mereka bersekutu dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari sini.”
Maka pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas orang-orang Israel, untuk menindas mereka dengan kerja paksa. Mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.
Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembanglah mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. Maka dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat.
Mereka dipaksa mengerjakan tanah liat dan membuat batu bata. Juga berbagai-bagai pekerjaan di padang; ya segala macam pekerjaan dengan kejam dipaksakan oleh orang Mesir kepada mereka itu.
Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya, “Setiap anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani lemparkanlah ke dalam Sungai Nil. Tetapi anak-anak perempuan biarkanlah hidup.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 124:1-3.4-6.7-8
Ref. Pertolongan kita dalam nama Tuhan.
Jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita, — biarlah Israel berkata demikian, jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita.
Maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir menimbus kita; telah mengalir melanda kita air yang meluap-luap itu. Terpujilah Tuhan yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!
Jiwa kita terluput seperti burung terlepas dari jerat penangkap, jerat itu telah putus, dan kita pun terluput! Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.
Bait Pengantar Injil – Alleluya
Ref. Alleluya.
Berbahagialah yang dikejar-kejar karena taat kepada Tuhan, sebab bagi merekalah kerajaan Allah.
Bacaan Injil Matius 10:34-11:1
“Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.”
Pada suatu hari Yesus bersabda kepada keduabelas murid-Nya, “Jangan kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi. Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.
Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.
Dan barangsiapa mengasihi puteranya atau puterinya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya demi Aku, ia akan memperoleh kembali.
Barangsiapa menyambut kalian, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus aku.
Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang yang benar sebagai orang benar, ia kan menerima upah orang benar.
Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu, sungguh ia takkan kehilangan upahnya.”
Setelah Yesus selesai mengajar keduabelas rasul-Nya, Ia pergi dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 14 Juli 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar dua sabda Tuhan yang tampaknya sangat keras dan mengguncangkan. Dari Kitab Keluaran, kita melihat bagaimana umat Israel ditindas oleh Firaun yang merasa terancam oleh pertumbuhan mereka. Mereka tidak melakukan kesalahan apa pun. Mereka hanya bertambah banyak. Mereka bekerja. Mereka hidup. Tapi karena itulah mereka dianggap musuh. Maka mereka ditindas, dipaksa kerja paksa, bahkan anak-anak laki-laki mereka dilempar ke sungai. Sungguh kejam, sungguh tidak masuk akal.
Namun, justru di situlah Sabda Tuhan hari ini menjadi sangat nyata dan relevan bagi kita.
Bukankah dalam hidup kita juga sering terjadi hal serupa? Kita tidak harus hidup di zaman Firaun untuk tahu bagaimana rasanya ditindas, dijatuhkan, atau diperlakukan tidak adil. Mungkin kita pernah mengalami perlakuan tidak adil di tempat kerja, mungkin kita pernah disingkirkan dalam pertemanan, mungkin kita pernah merasa seperti hidup ini terlalu berat—seolah setiap hari kita harus membuat “batu bata” dari penderitaan.
Namun ada satu kalimat yang mencolok dari bacaan tadi: “Semakin ditindas, semakin bertambah banyak dan berkembanglah mereka.”
Ini bukan sekadar cerita sejarah. Ini adalah pernyataan iman. Bahwa Allah tidak pernah tinggal diam. Bahwa dalam situasi paling pahit pun, Tuhan tetap bekerja diam-diam dalam rahim kehidupan kita, menumbuhkan kekuatan dari kelemahan, harapan dari penderitaan. Umat Israel tidak musnah. Mereka bertambah banyak. Mereka berkembang.
Lalu kita sampai pada Injil hari ini. Yesus berkata, “Aku datang bukan membawa damai, melainkan pedang.” Kedengarannya mengejutkan. Bukankah kita menyebut-Nya Raja Damai? Bukankah kita berharap bahwa hidup dekat dengan Tuhan itu membawa kenyamanan?
Tetapi Yesus tidak pernah menjanjikan kenyamanan. Dia menjanjikan kebenaran. Dan kebenaran itu kadang menyakitkan. Kadang memisahkan kita dari orang-orang terdekat, bahkan dari keluarga sendiri, jika nilai-nilai yang kita hidupi tidak lagi sejalan. Bukan karena Yesus ingin kita bertengkar, melainkan karena cinta kepada-Nya menuntut keberanian memilih yang benar, walau harus melawan arus. Mencintai Tuhan lebih dari siapa pun, termasuk orang yang paling kita kasihi, adalah bentuk tertinggi dari iman.
Tapi perhatikan satu hal penting: Yesus tidak meminta kita melakukan hal besar untuk mendapatkan upah surgawi. Ia berkata, “Barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja… ia takkan kehilangan upahnya.”
Satu gelas air. Sesuatu yang sangat kecil. Tapi jika diberikan dengan kasih dan dalam nama Tuhan, itu memiliki nilai kekal.
Jadi, saudara-saudari, mari kita renungkan:
Apakah hari ini kita merasa seperti bangsa Israel—ditindas, lelah, terjebak dalam rutinitas berat yang melelahkan jiwa? Percayalah, Tuhan tidak membiarkan kita hancur. Justru dalam penderitaan itu, ada potensi untuk tumbuh, berkembang, dan semakin kuat.
Apakah hari ini kita merasa harus membuat pilihan sulit antara mengikuti Yesus atau mengecewakan orang yang kita kasihi? Jangan takut. Memilih Tuhan adalah memilih jalan hidup yang benar, walau tampak sempit dan sulit. Itu bukan tanda perpecahan, tapi pemurnian.
Dan jika kita merasa tidak mampu memberi banyak kepada sesama, ingatlah bahwa secangkir air pun cukup, asal diberi dengan kasih.
Tuhan melihat hati kita. Dia tidak meminta kesempurnaan. Dia meminta kesetiaan.
Maka marilah kita pulang dari perayaan ini dengan satu semangat baru: untuk terus setia dalam penderitaan, berani dalam kebenaran, dan murah hati dalam hal-hal kecil. Sebab dalam semua itu, Tuhan hadir. Dan pertolongan kita, seperti kata pemazmur, “adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.” Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, kuatkan aku untuk setia di tengah penderitaan, berani memilih Engkau di atas segalanya, dan rela berbagi kasih walau dalam hal kecil. Jadikan hatiku teguh dalam iman dan lembut dalam cinta, agar hidupku memuliakan nama-Mu. Amin.