Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 22 Juli 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 22 Juli 2025 merupakan Hari Selasa Biasa XVI, Pesta Santa Maria Magdalena, Pelayan Yesus, Santo Teofilus, Martir, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 22 Juli 2025:
Bacaan Pertama Kid 3:1-4a
Aku telah menemukan jantung hatiku.
Di dalam kerinduannya, sang mempelai berkata: Pada malam hari, di atas peraduanku, kucari jantung hatiku. Kucari dia, tapi tak kutemukan. Aku bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari dia, tapi tak kutemukan.
Aku ditemui peronda-peronda kota. “Apakah kamu melihat jantung hatiku?”Baru saja meninggalkan mereka, kutemukan jantung hatiku. Kupegang dia, dan tak kulepaskan lagi.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
ATAU BACAAN LAIN 2Kor 5:14-17
Sekarang Kami tidak menilai Kristus menurut ukuran manusia.
Saudara-saudara,kasih Kristus telah menguasai kami, sebab kami telah mengerti bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan dibangkitkan bagi mereka.
Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi barangsiapa ada di dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru! Yang lama sudah berlalu, dan sungguh, yang baru sudah datang!
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9
Ref: Jiwaku haus akan Dikau, ya Allahku.
Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus akan Dikau tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, yang tiada berair.
Demikianlah aku rindu memandang-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan dan kemuliaan-Mu. Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup; bibirku akan memegahkan Dikau.
Aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu. Seperti dijamu lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, bibirku bersorak-sorai, mulutku memuji-muji.
Sungguh, Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu.
Bait Pengantar Injil Alleluya
Ref. Alleluya.
Katakanlah Maria, engkau melihat apa? Wajah Yesusku yang hidup, sungguh mulia hingga aku takjub.
Bacaan Injil Yoh 20:1.11-18
Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?
Pada hari Minggu Paskah, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur Yesus, dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.
Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya, “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka, “Tuhanku telah diambil orang, dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.”
Sesudah berkata demikian Maria menoleh ke belakang, dan melihat Yesus berdiri di situ; tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya, “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman.
Maka ia berkata kepada-Nya, “Tuan, jikalau Tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku di mana Tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani, “Rabuni!”, artinya Guru.
Kata Yesus kepadanya, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid, “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Tuhanlah yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 22 Juli 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita diajak masuk dalam sebuah pengalaman yang sangat manusiawi—sebuah pengalaman rindu, kehilangan, dan akhirnya perjumpaan.
Maria Magdalena, perempuan yang begitu mencintai Yesus, berlari ke kubur di pagi yang gelap, bukan hanya karena ingin memastikan jasad-Nya, tapi karena hatinya belum sanggup melepas. Dia belum sanggup hidup tanpa Pribadi yang telah mengubah hidupnya. Maka ia menangis. Bukan sekadar karena kehilangan sosok fisik Yesus, tetapi karena ia kehilangan jantung hatinya.
Bukankah ini juga sering menjadi pengalaman kita? Kita pun pernah, atau bahkan sedang, merasa mencari Tuhan dalam hidup kita. Kita berusaha mencari makna di tengah kehilangan, dalam rasa sakit, dalam kerinduan yang tak kunjung terjawab. Dalam malam yang gelap, saat harapan seperti telah dikubur, kita pun bertanya-tanya: “Tuhan, di mana Engkau?” Kita mencari di jalan-jalan, dalam percakapan, dalam doa, dalam keheningan—tapi seringnya kita tak tahu bahwa Tuhan sesungguhnya sedang berdiri di dekat kita.
Maria pun tidak langsung mengenali Yesus. Ia menyangka Yesus adalah tukang kebun. Kadang begitu juga kita. Kita terlalu larut dalam duka, dalam logika manusiawi, sampai-sampai kita tidak melihat bahwa Tuhan hadir. Kita lupa bahwa Tuhan yang bangkit bukan Tuhan yang harus sesuai ekspektasi kita. Tapi Tuhan yang mengalahkan kematian dengan kasih.
Dan hanya dengan satu panggilan lembut: “Maria”, mata hati Maria terbuka. Ia mengenali Yesus bukan lewat bukti, bukan lewat kata-kata hebat, tetapi lewat sapaan yang begitu personal. Karena cinta sejati selalu mengenal nama kita.
Di Bacaan Pertama tadi dari Kitab Kidung Agung, sang mempelai mencari jantung hatinya. Ini bukan sekadar kisah romantis. Ini adalah gambaran betapa dalamnya relasi antara kita dan Tuhan. Kita mencari Dia, tapi tahukah kita? Dia pun mencari kita. Dan ketika kita akhirnya bertemu, kita akan berkata seperti sang mempelai: “Kutemukan jantung hatiku. Kupegang dia, dan tak kulepaskan lagi.”
Namun, kita harus ingat: seperti disampaikan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, hidup dalam Kristus bukan berarti hidup untuk diri sendiri. Kita adalah ciptaan baru. Maka perjumpaan dengan Tuhan bukan akhir dari pencarian, tapi awal dari perutusan. Maria pun akhirnya tidak tinggal diam. Ia diutus: “Pergilah kepada saudara-saudara-Ku…”
Saudara-saudari yang terkasih,
Mari kita bertanya dalam hati hari ini: siapa atau apa yang menjadi jantung hati kita? Apa yang kita cari selama ini dalam hidup ini? Dan jika sudah bertemu, apakah kita sudah sungguh berani hidup bukan untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Dia yang telah bangkit dan memberikan hidup-Nya untuk kita?
Kadang kita harus rela meninggalkan kenyamanan, menangis dalam gelap, agar dapat menemukan terang. Kadang kita harus belajar melepaskan cara pandang lama kita tentang Tuhan, supaya bisa merasakan kehadiran-Nya yang baru, yang penuh cinta, yang tidak selalu spektakuler, tapi selalu personal.
Semoga kita pun suatu hari, seperti Maria, bisa berseru dengan penuh keyakinan: “Aku telah melihat Tuhan!”
Dan semoga kesaksian hidup kita menjadi kabar gembira bagi dunia bahwa Tuhan yang hidup selalu dekat… bahkan di tengah air mata kita.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku mencari-Mu dengan tulus dalam setiap suka dan duka hidupku. Bukalah mataku agar mampu mengenali-Mu dalam keseharian, dan kuatkan hatiku untuk mewartakan kasih-Mu lewat hidup yang sederhana, penuh iman dan harapan. Amin.