PT Agincourt Resources belakangan ini lagi rame banget dibahas, gara-gara namanya masuk ke dalam list delapan perusahaan yang dipanggil sama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Undangannya dijadwalkan buat Senin, 8 Desember 2025, buntut dari ditemukannya kayu-kayu yang keangkut bareng banjir di kawasan DAS Batang Toru, Sumut.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, tiap perusahaan bakal diminta kasih klarifikasi lengkap, bahkan dicek lewat citra satelit HD biar tau kondisi wilayah waktu banjir terjadi. Jadi ya, semuanya bakal dikulik habis.

Karena kejadian ini, publik jadi kepo lagi: sebenarnya PT Agincourt Resources itu perusahaan apa sih? Siapa pemiliknya? Kok bisa sebesar itu?
Tenang, kita bahas dari awal sampe tuntas.

Profil PT Agincourt Resources

PT Agincourt Resources adalah perusahaan yang fokus banget di dunia pertambangan mineral—khususnya emas dan perak. Mulai dari eksplorasi, produksi, sampai pengolahan, semuanya dikerjain sendiri.

Perusahaan ini berdiri sejak 14 April 1997, dan makin ke sini berkembang jadi salah satu pemain tambang emas paling gede di Indonesia.
Tambang Martabe sendiri resmi produksi sejak 24 Juli 2012, dan kapasitasnya terus nambah tiap tahun.

Cakupan bisnis mereka lumayan lengkap, dari survei awal lokasi, kegiatan tambang harian, sampai ngolah ore jadi bullion.

Satu-satunya tambang aktif yang mereka kelola adalah Martabe Gold Mine yang berada di Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut—yang sekarang lagi jadi sorotan KLHK karena kasus banjir itu.

Walaupun tambangnya di Sumut, kantor pusatnya ada di Jakarta, tepatnya di Pondok Indah Office Tower II lantai 12, Kebayoran Lama.

Agincourt juga tercatat sebagai perusahaan penanaman modal dalam negeri, jadi kendali sahamnya tetap ada di entitas korporasi Indonesia.

Siapa Pemilik PT Agincourt Resources?

Kepemilikan Agincourt terbagi jadi dua pihak besar:

1. PT Danusa Tambang Nusantara – Pemegang 95% Saham

Ini pemilik mayoritasnya. Danusa adalah perusahaan holding yang fokus di sektor tambang dan sumber daya alam. Mereka punya banyak portofolio mineral, mulai dari emas, nikel, sampai investasi tambang lainnya.

Danusa sendiri dimiliki oleh:

• PT United Tractors Tbk (UT) – 60%
• PT Pamapersada Nusantara (PAMA) – 40%

Kedua perusahaan itu ada di bawah Astra International. Jadi, gampangnya:
Agincourt = bagian dari keluarga besar Astra lewat lini bisnis pertambangannya.

Danusa ini jadi “kendaraan” Astra buat ekspansi tambang di Indonesia dan bahkan kerjasama global.

2. PT Artha Nugraha Agung – Pemegang 5% Saham

Kalau yang ini beda dari Danusa. Perusahaan ini punya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan.

Artinya, pemerintah daerah juga punya bagian dari tambang Martabe. Lewat kepemilikan ini, pemda bisa dapet pemasukan, dana pembangunan, dan program sosial dari aktivitas tambang.

Dengan mayoritas saham dikuasai Danusa (alias Astra Group), standar operasional Agincourt juga mengikuti gaya manajemen United Tractors dan PAMA—dua nama besar di dunia alat berat dan kontraktor tambang.

Makanya, Agincourt jadi bagian dari jaringan industri tambang yang punya modal kuat, teknologi oke, dan pengalaman panjang.

Kalau mau dibikin simpel:
Agincourt Resources = perusahaan tambang emas gede, basisnya di Batangtoru, dikuasai Astra Group, dan lagi jadi sorotan KLH gara-gara kasus banjir.