Friday, November 28, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Kamis 4 Desember 2025 Matius 7:21.24-27 dan Renungan Harian Katolik, Hari Kamis Biasa Pekan I Adven

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 4 Desember 2025.

Kalender Liturgi hari Kamis 4 Desember 2025 merupakan Hari Kamis Biasa Pekan I Adven, Perayaan fakultatif Santo Yohanes dari Damsyik Pujangga Gereja dan Pengaku Iman, Santa Barbara Perawan dan Martir, Santo Kristian Uskup dan Pengaku Iman, Santo Osmund Uskup dan Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Ungu.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 4 Desember 2025:

Bacaan Pertama: Yes 26:1-6

“Bangsa yang benar dan tetap setia biarlah masuk.”

Pada masa itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda, “Kita mempunyai kota yang kuat! Tuhan telah memasang tembok dan benteng untuk keselamatan kita. Bukalah pintu-pintu gerbangnya, agar masuklah bangsa yang benar dan yang tetap setia.

Engkau menjaga orang yang teguh hatinya dengan damai sejahtera, sebab ia percaya kepada-Mu. Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal.

Kota-kota di atas gunung telah ditaklukkan-Nya; benteng-benteng yang kuat telah dirobohkan-Nya, diratakan-Nya dengan tanah dan dicampakkan-Nya menjadi debu. Kaki orang-orang sengsara dan telapak orang-orang lemah akan menginjak-injaknya.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1.8-9.19-21.25-27a

Refren : Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan.

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Kekal abadi kasih setia-Nya. Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada insan! Lebih baik berlindung pada Tuhan daripada percaya kepada para bangsawan.

Bukakan aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada Tuhan. Inilah pintu gerbang Tuhan, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.

Ya Tuhan, berilah kiranya keselamatan! Ya Tuhan, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan! Kami memberkati kamu dari dalam rumah Tuhan. Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali pada tanduk-tanduk mezbah.

Bait Pengantar Injil: Yes 55:6

Ref. Alleluya, alleluia

Carilah Tuhan, selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya, selama Ia dekat.

Bacaan Injil: Matius 7:21.24-27

“Barangsiapa melakukan kehendak Bapa akan masuk Kerajaan Allah.”

Pada suatu ketika Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, ‘Tuhan! Tuhan’ akan masuk Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga.

Semua orang yang mendengar perkataan-Ku dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana yang membangun rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Tetapi rumah itu tidak roboh sebab dibangun di atas batu.

Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang bodoh, yang membangun rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu. Maka robohlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Kamis 4 Desember 2025

Dalam suasana Adven yang tenang, Gereja mengajak kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk hidup dan menata kembali arah hati. Bacaan hari ini menghadirkan dua gambaran yang sama indahnya: dari Yesaya tentang sebuah kota yang kuat dengan tembok keselamatan, dan dari Yesus tentang rumah yang dibangun di atas batu. Keduanya berbicara tentang hal yang sama: keteguhan hidup yang hanya mungkin jika kita menaruh kepercayaan penuh kepada Tuhan dan melakukan kehendak-Nya.

Nabi Yesaya mengajak kita membayangkan sebuah kota yang berdiri kokoh bukan karena teknologi, strategi, atau kekuatan manusia, tetapi karena Tuhan sendiri yang memasang tembok dan benteng keselamatan. Kota itu hanya membuka pintunya bagi “bangsa yang benar dan tetap setia” — bukan bangsa sempurna, tetapi bangsa yang hatinya berpegang teguh pada Tuhan. Yesaya menegaskan bahwa Tuhan menjaga orang yang “teguh hatinya”, orang yang tidak membiarkan badai hidup mencabut akarnya, sebab ia percaya sepenuhnya kepada Tuhan.

Di sini kita melihat sesuatu yang sangat manusiawi dan dekat dengan hidup kita: keteguhan hati bukan muncul karena hidup bebas dari masalah, melainkan karena hati memilih untuk percaya. Banyak dari kita memikul beban hidup: keluarga, pekerjaan, kesehatan, relasi yang rumit, tekanan mental, atau kekhawatiran masa depan. Kita sering merasa rapuh. Namun Yesaya mengingatkan bahwa Tuhan adalah “gunung batu yang kekal”. Ketika segala sesuatu berubah, ketika situasi tidak pasti, ketika apa yang kita andalkan runtuh, Tuhan tetap. Dia tidak berubah, tidak goyah, tidak mendua. Di tengah dunia yang serba cepat dan tak pasti, kepastian terbesar justru datang dari Dia.

Lalu Yesus dalam Injil melangkah lebih jauh. Ia tidak hanya mengajak kita percaya, tetapi melakukan kehendak Bapa. Yesus mengingatkan bahwa tidak cukup hanya memanggil nama Tuhan. Tidak cukup hanya tahu ajaran-Nya, menghafal firman-Nya, atau rajin berdoa tanpa perubahan hidup. Inti dari menjadi murid adalah membiarkan sabda itu menjadi dasar hidup, pondasi rumah batin kita.

Yesus menampilkan dua orang: yang bijaksana dan yang bodoh. Keduanya sebenarnya mendengar firman yang sama. Keduanya mungkin sama-sama hadir, sama-sama tahu, sama-sama mengenal. Yang membedakan hanya satu: apa yang mereka lakukan setelah mendengar.
Yang satu membangun di atas batu; yang lain membangun di atas pasir. Keduanya membangun rumah. Keduanya mengalami hujan, banjir, dan angin. Artinya, tidak ada hidup tanpa badai. Pertanyaannya bukan “apakah badai akan datang?”, tetapi “apakah rumah hidupku siap saat badai datang?”.

Dan batu itu adalah ketaatan. Bukan ketaatan yang kaku, tetapi ketaatan yang lahir dari kasih. Ketaatan yang membuat kita sungguh mau berubah, mau mengampuni ketika hati ingin membalas, mau jujur ketika ada kesempatan untuk menipu, mau melayani ketika lebih mudah untuk cuek, mau setia ketika godaan mengajak kita untuk menyerah.

Kehidupan zaman sekarang membuat kita mudah membangun di atas “pasir”: di atas opini orang, di atas pencitraan, kenyamanan instan, keinginan untuk dipuji, atau keinginan agar hidup selalu mulus tanpa pengorbanan. Namun Yesus tahu bahwa ketika angin kehidupan datang — kegagalan, sakit, kehilangan, konflik, kekecewaan — rumah yang dibangun di atas itu semua tidak mampu bertahan. Yang tersisa hanya runtuhan dan letihnya hati yang kosong.

Adven mengingatkan kita untuk memeriksa pondasi rumah batin kita. Bukan untuk menghakimi diri, tetapi untuk jujur menengok kembali apa yang menjadi dasar pilihan hidup kita. Mungkin kita menemukan banyak retakan. Tidak apa-apa. Tuhan tidak menuntut kesempurnaan; Ia menawarkan keberanian untuk memperbaiki. Ia mengajak kita masuk ke dalam kota-Nya yang kokoh, dan sekaligus mengajak kita membangun hidup kita di atas-Nya.

Ketika Yesus berkata bahwa orang bijaksana adalah dia yang mendengar dan melakukan, Ia sesungguhnya menegaskan bahwa iman yang sejati selalu berbuah dalam tindakan kasih. Di sinilah Adven menemukan maknanya: kita menantikan Tuhan bukan hanya dengan lilin-lilin dinyalakan, tetapi dengan hati yang dibangun di atas batu — dengan hidup yang perlahan dibetulkan, dengan damai yang kita perjuangkan, dengan kesetiaan kecil yang kita jalankan hari demi hari.

Semoga dalam masa Adven ini kita belajar menjadi umat yang “benar dan tetap setia”, bukan karena kita kuat, tetapi karena Tuhan adalah benteng keselamatan kita. Semoga setiap badai hidup tidak meruntuhkan kita, tetapi justru menguatkan pondasi iman kita. Dan semoga ketika Kristus datang, Ia menemukan kita bukan hanya sebagai orang yang memanggil nama-Nya, tetapi sebagai anak-anak yang sungguh melakukan kehendak Bapa. Amin.

Doa Penutup

Tuhan, jadikanlah hatiku teguh bersandar pada-Mu. Ajarilah aku mendengar dan melakukan kehendak-Mu dalam hal-hal sederhana setiap hari. Kuatkan aku menghadapi badai hidup, agar aku tetap setia dan hidupku dibangun di atas kasih dan firman-Mu. Amin.

 

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Profil Pemilik Roemah Koffie dan Penjelasan Resmi Atas Sorotan Kasus Tumbler KRL

Kalau kamu sempat mantengin medsos akhir-akhir ini, pasti tahu dong drama tumbler hilang di KRL yang sempat rame banget.Nah,...

More Articles Like This

Favorite Post