Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 11 Februari 2025.
Kalender Liturgi hari buat Selasa 11 Februari 2025 merupakan Hari Selasa Biasa V, Hari Orang Sakit Sedunia, Peringatan fakultatif Santa Perawan Maria dari Lourdes, Santo Gregorius II, Paus, Santo Saturninus, Martir, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 11 Februari 2025:
Bacaan Pertama Kejadian 1:1-19
“Allah bersabda dan terjadilah demikian.”
Pada awal mula Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan masih kosong. Gelap gulita meliputi samudera raya. Dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Allah bersabda, “Jadilah terang!” Maka jadilah terang. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nya dari gelap. Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Maka jadilah petang dan pagi: hari pertama.
Allah bersabda, “Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.” Maka Allah menjadikan cakrawala, dan Ia memisahkan air di bawah cakrawala dari air di atasnya. Dan jadilah demikian. Allah menamai cakrawala itu langit. Maka jadilah petang dan pagi: hari kedua.
Allah bersabda, “Hendaklah segala air di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Allah bersabda, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.” Dan jadilah demikian.
Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari ketiga.
Allah bersabda, “Jadilah benda-benda penerang di cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap, menunjukkan hari dan tahun; dan sebagai penerang pada cakrawala, biarlah benda-benda itu menerangi bumi.”
Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan dua benda penerang yang besar, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang kecil untuk menguasai malam; dan Allah menjadikan juga bintang-bintang.
Semuanya itu ditaruh Allah di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Maka jadilah petang dan pagi: hari keempat.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 104:1-2a.5-6.10.12.24.35c
Ref. Aku wartakan karya agung-Mu Tuhan, karya agung-Mu karya keselamatan.
atau Semoga Tuhan bersukacita atas karya-Nya.
Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Tuhan, Allahku, Engkau sungguh besar! Engkau berpakaian keagungan dan semarak berselimutkan terang ibarat mantol.
Engkau telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyah untuk selama-lamanya. Dengan samudera raya bumi ini Kauselubungi, air telah naik melampaui gunung-gunung.
Di lembah-lembah Engkau membualkan mata air yang mengalir di antara gunung-gunung, burung-burung di udara bersarang di dekatnya, bersiul-siul dari antara dedaunan.
Betapa banyak karya-Mu, ya Tuhan, semuanya Kaubuat dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu. Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Bait Pengantar Injil PS 963
Ref. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.
Yesus mewartakan Kerajaan Allah, dan menyembuhkan semua orang sakit. Alleluya.
Bacaan Injil Markus 7:1-13
“Kamu akan mengabaikan perintah Allah untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
Pada suatu hari serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat beberapa murid Yesus makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
Sebab orang-orang Farisi – seperti orang-orang Yahudi lainnya – tidak makan tanpa membasuh tangan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat-istiadat nenek moyang. Dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya.
Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas tembaga. Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada Yesus,
“Mengapa murid-murid-Mu tidak mematuhi adat-istiadat nenek moyang kita? Mengapa mereka makan dengan tangan najis?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadat kepada-Ku, sebab ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat-istiadat manusia.” Yesus berkata kepada mereka, “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat-istiadatmu sendiri.
Karena Musa telah berkata: ‘Hormatilah ayahmu dan ibumu!’ Dan: ‘Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati’. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapa atau ibunya: ‘Apa yang ada padaku,
yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk kurban, yaitu persembahan kepada Allah’, maka kamu membiarkan dia untuk tidak lagi berbuat sesuatu pun bagi bapa atau ibunya.
Dengan demikian sabda Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat-istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan!”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 11 Februari 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar dua bacaan yang sangat kaya akan makna bagi kehidupan kita. Bacaan pertama dari Kitab Kejadian mengisahkan bagaimana Allah menciptakan dunia dengan penuh kasih dan ketertiban. Segala sesuatu yang diciptakan-Nya adalah baik, karena diciptakan dengan kasih-Nya yang sempurna. Setiap firman yang keluar dari mulut Allah membawa kehidupan, membawa terang, dan membawa keteraturan dalam kekacauan. Ini mengajarkan kita bahwa Allah adalah sumber kehidupan sejati, dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya adalah baik adanya.
Namun, dalam Injil hari ini, Yesus menegur orang-orang Farisi dan ahli Taurat karena mereka lebih mementingkan aturan buatan manusia dibandingkan perintah Allah. Mereka lebih sibuk menjaga tradisi luar daripada menjaga hati mereka agar tetap bersih di hadapan Tuhan. Mereka mempertahankan adat-istiadat nenek moyang, tetapi melupakan kasih kepada sesama, termasuk kepada orang tua mereka sendiri.
Saudara-saudariku, sering kali kita juga terjebak dalam pola pikir seperti orang Farisi. Kita merasa sudah beriman karena rajin ke gereja, karena tahu banyak doa, karena mengikuti tradisi dengan baik. Tapi bagaimana dengan hati kita? Apakah hati kita sudah benar di hadapan Tuhan? Apakah kita menjalani iman dengan kasih atau hanya sebagai kewajiban belaka?
Yesus ingin kita menyadari bahwa iman sejati bukan hanya soal aturan lahiriah, tetapi soal hubungan yang mendalam dengan Tuhan dan sesama. Jika kita hanya sibuk dengan ritual, tetapi hati kita penuh dengan kebencian, iri hati, atau kesombongan, maka ibadah kita menjadi sia-sia. Sebaliknya, jika kita hidup dengan kasih, dengan kesabaran, dengan kepedulian terhadap sesama, itulah ibadah yang sejati.
Maka, marilah kita bertanya pada diri sendiri: Apakah saya lebih mementingkan tradisi atau kasih? Apakah saya lebih fokus pada penampilan luar daripada kebersihan hati? Apakah saya masih sering mengabaikan kasih kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekitar saya?
Saudara-saudari, Tuhan menghendaki kita untuk menjadi terang, seperti yang dikatakan dalam Kitab Kejadian. Kita dipanggil untuk membawa cahaya kasih-Nya ke dalam dunia ini. Jangan biarkan aturan-aturan buatan manusia menghalangi kita untuk hidup dalam kasih. Biarlah firman Tuhan hari ini mengingatkan kita bahwa iman tanpa kasih adalah sia-sia.
Semoga kita semua semakin mendekatkan hati kepada Tuhan dan semakin mencintai sesama dengan tulus. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang Maha Kasih, bimbinglah hatiku agar lebih mencintai-Mu dengan tulus, bukan sekadar tradisi. Jauhkanlah kesombongan, ajarilah aku mengasihi sesama dengan rendah hati. Jadikanlah hidupku terang bagi dunia, mencerminkan kasih dan kebaikan-Mu. Amin.