Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 8 Mei 2025.
Kalender Liturgi hari Kamis 8 Mei 2025 merupakan Hari Kamis Biasa Pekan III Paskah, Santo Bonifasius, Paus dan Pengaku Iman, Santo Benediktus II, Paus, Santo Aloysius Rabata, Martir dan Biarawan, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 8 Mei 2025:
Bacaan Pertama Kis. 8:26-40
Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: “Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.” Jalan itu jalan yang sunyi.
Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah.
Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya.
Lalu kata Roh kepada Filipus: “Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!”
Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: “Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?”
Jawabnya: “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya.
Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya.
Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi.
Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: “Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?”
Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?”
(Sahut Filipus: “Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh.” Jawabnya: “Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.”)
Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.
Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.
Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 66:8-9,16-17,20
Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya!
Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah.
Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku.
Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian.
Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.
Bait Pengantar Injil Yoh 6:51
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, sabda Tuhan. Barangsiapa makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
Bacaan Injil Yohanes 6:44-51
“Akulah roti hidup yang telah turun dari surga.”
Di rumah ibadat di Kapernaum Yesus berkata kepada orang banyak, “Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku; dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi; Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku.
Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa! Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup.
Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari surga.
Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya. Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Kamis 8 Mei 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Pernahkah kita merasa hidup kita seperti “di jalan yang sunyi”? Seperti Filipus yang diperintahkan oleh malaikat Tuhan untuk pergi ke jalan sepi yang mengarah ke Gaza—jalan yang mungkin tidak lazim, tidak strategis, bahkan mungkin tidak masuk akal? Tapi justru di jalan sunyi itulah, Tuhan sudah menyiapkan sebuah pertemuan yang penuh makna: antara Filipus dan sida-sida dari Etiopia.
Hari ini, kita diingatkan bahwa Tuhan seringkali bekerja dalam keheningan, dalam ketidakterdugaan, dan dalam perjalanan-perjalanan hidup kita yang terlihat “kebetulan”. Tetapi tidak ada yang kebetulan di mata Tuhan. Tuhan tahu kapan harus mengirim Filipus. Tuhan tahu bahwa di kereta itu ada seseorang yang sedang mencari, yang sedang haus akan kebenaran, namun belum bisa mengerti sepenuhnya.
Sida-sida Etiopia itu adalah gambaran dari banyak dari kita: membaca Firman, tetapi belum tentu mengerti. Datang ke gereja, tetapi belum tentu sungguh mengenal siapa yang kita imani. Kita butuh Filipus dalam hidup kita—seseorang yang datang untuk berjalan bersama, menjelaskan, dan membawa terang Kristus dalam kegelapan pemahaman kita.
Tetapi pertanyaannya, saudara-saudari:
Apakah kita bersedia menjadi Filipus juga bagi sesama kita?
Banyak orang di sekitar kita haus akan makna, lapar akan kebenaran, tetapi mereka tidak tahu bagaimana memulainya. Mereka hanya tahu bahwa mereka lelah, gelisah, dan merasa kosong. Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkata:
“Akulah roti hidup yang telah turun dari surga… Barangsiapa makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.”
Hidup yang kekal bukan sekadar soal surga kelak. Hidup kekal dimulai dari saat kita menerima Yesus sebagai roti yang memberi makna sekarang, yang mengenyangkan jiwa hari ini, yang memberi kekuatan berjalan meski melalui jalan-jalan sunyi kehidupan.
Mungkin hari-hari ini ada dari kita yang sedang lelah dalam pekerjaan, bingung dengan arah hidup, merasa tidak berguna, atau tidak tahu harus melangkah ke mana. Jangan takut jika Tuhan menuntun kita ke jalan yang tampaknya sepi. Mungkin di sana, justru kita akan dipakai Tuhan, atau disapa Tuhan lewat orang lain.
Dan bagi kita yang merasa cukup kuat—mari kita seperti Filipus: peka terhadap bisikan Roh Kudus, berani mendekati orang yang belum kita kenal, berani menjadi saksi Kristus bukan dengan khotbah panjang, tetapi dengan kehadiran, empati, dan pendampingan.
Akhir dari kisah ini sungguh indah: sida-sida itu dibaptis dan melanjutkan perjalanannya dengan sukacita. Di saat Filipus menghilang dari pandangannya, sukacita itu tetap tinggal. Mengapa? Karena Yesus, Sang Roti Hidup, sudah masuk dalam hidupnya.
Bukan karena Filipus hebat, tetapi karena ia taat dan mau menjadi perpanjangan tangan Allah.
Mari kita bertanya hari ini:
- Siapa yang sedang Tuhan minta untuk kita dekati?
- Di jalan sunyi mana kita sedang dipanggil berjalan?
- Dan apakah kita sendiri sungguh sudah mengenal, memahami, dan menyambut Yesus, Sang Roti Hidup?
Semoga Firman hari ini menjadi roti yang menguatkan kita semua—bukan hanya untuk percaya, tetapi juga untuk berbagi.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, tuntunlah aku untuk peka mendengar suara-Mu, berani melangkah meski di jalan sunyi, dan siap menjadi berkat bagi sesama. Jadikan aku pembawa terang dan sukacita-Mu, seperti Filipus, agar hidupku menjadi kesaksian akan kasih-Mu. Amin.