Friday, July 25, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Minggu 27 Juli 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Minggu Biasa XVII, Hari Orangtua, Kakek dan Nenek Sedunia

Must Read
1/5 - (1 vote)

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 27 Juli 2025.

Kalender Liturgi hari Minggu 27 Juli 2025 merupakan Hari Minggu Biasa XVII, Hari Orangtua, Kakek dan Nenek Sedunia, Santo Panteleon, Martir, Santo Aurelius dan Santa Natalia, Martir, dengan Warna Liturgi Hijau.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 27 Juli 2025:

Bacaan Pertama Kej. 18:20-32

Sekali peristiwa bersabdalah Tuhan kepada Abraham, “Sesungguhnya, banyaklah keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora, dan sesungguhnya sangat beratlah dosanya.

Baiklah Aku turun untuk melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh kesah orang yang telah sampai kepadaku atau tidak, Aku hendak mengetahuinya.” Lalu berpalinglah orang-orang itu dan berjalan ke Sodom, tetapi Abraham masih tetap berdiri di hadapan Tuhan.

Abraham datang mendekat dan berkata, “Apakah Engkau akan membinasakan orang benar bersama dengan orang fasik? Bagaimana sekiranya ada lima puluh orang benar dalam kota itu? Apakah Engkau akan membinasakan tempat itu? Tidakkah Engkau mengampuninya karena kelima puluh orang benar yang ada di dalamnya itu?

Jauhlah kiranya dari pada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar besama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik!

Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Tuhan berfirman jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom.

Aku akan mengampuni seluruh tempat itu demi mereka.” Abraham menyahut, “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu.

Sekiranya kurang lima orang dari kelima puluh orang benar itu, apakah Engkau akan memusnahkan seluruh kota itu karena yang lima itu?” Tuhan bersabda, “Aku takkan memusnahkannya, jika Kudapati empat puluh lima di sana.”

Lagi Abraham melanjutkan perkatannya, “Sekiranya empat puluh didapati di sana?” Sabda Tuhan, “Aku takkan berbuat demikian demi yang empat puluh itu.”

Kata Abraham, “Janganlah kiranya Tuhan murka kalau aku berkata sekali lagi. Sekiranya tiga puluh didapati di sana?” Sabda Tuhan, “Aku takkan berbuat demikian jika Kudapati tiga puluh di sana.”

Kata Abraham lagi, “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan. Sekiranya dua puluh didapati di sana?” Sabda Tuhan, “Aku tidak akan memusnahkannya demi yang dua puluh itu.”

Kata Abraham, “Janganlah kiranya Tuhan murka, kalau aku berkata lagi sekali ini saja. Sekiranya sepuluh didapati di sana?” Jawab Tuhan, “Aku takkan memusnahkanya demi yang yang sepuluh itu.” Lalu pergilah Tuhan, setelah selesai bersabda kepada Abraham. Dan kembalilah Abraham ke tempat tinggalnya.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm. 138:1-2a,2bc-3,6-7ab,7c-8

Ref. Tuhan mendengarkan doa orang beriman.

Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hati, Sebab Engkau mendengarkan kata-kata mulutku; Di hadapan para dewata aku akan bermazmur bagi-Mu, Aku hendak bersujud ke arah bait-Mu yang kudus.

Aku hendak memuji nama-Mu oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setiaan-Mu; Sebab Kaubuat nama dan janji-Mu melebihi segala sesuatu, Pada hari aku berseru, Engkaupun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku. Tuhan itu tinggi, namun Ia memperhatikan orang yang hina,

Dan mengenal orang yang sombong dari jauh. Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku, terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu. Tangan kanan-Mu menyelesaikan segalanya bagiku, Tuhan akan menyelesaikan segalanya bagiku! Ya Tuhan, kasih setia-Mu kekal abadi, Janganlah Kautinggalkan buatan tangan-Mu.

Bacaan Kedua Kol. 2:12-14

Saudara-saudara bersama Kristus kamu telah dikuburkan dalam pembaptisan, dan bersama Dia kamu juga turut dibangkitkan oleh kepercayaanmu akan karya kuasa Allah, yang telah membangkitkan Kristus dari antara orang mati.

Dahulu kamu mati karena pelanggaranmu dan karena tidak disunat secara lahiriah. Tetapi kini Allah menghidupkan kamu bersama Kristus sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita.

Surat hutang yang oleh ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita, telah dihapuskan-Nya dan ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Bait Pengantar Injil PS 962

Ref. Alleluya, alleluya, alleluya, alleluya.

Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, Abba, ya Bapa.”

Bacaan Injil Luk. 11:1-13

Pada waktu itu Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, “Tuhan, ajarilah kami berdoa, sebagaimana Yohanes telah mengajar murid-muridnya.”

Maka Yesus berkata kepada mereka, “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu. Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya, dan ampunilah dosa kami, sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

Lalu kata-Nya kepada mereka, “Jika di antara kamu ada yang tengah malam pergi ke rumah seorang sahabat dan berkata kepadanya Saudara, pinjami aku tiga buah roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku,

dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya, masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab, Jangan menggangu aku; pintu sudah tertutup, dan aku serta anak-anakku sudah tidur.

Aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepadamu. Aku berkata kepadamu: Sekalipun dia tidak mau bangun dan tidak mau memberikan se-suatu meskipun ia itu sahabatnya, namun karena sikap sahabatnya yang tidak malu-malu itu, pasti ia akan bangun dan memberikan apa yang dia perlukan.

Oleh karena itu Aku berkata kepada-Mu: Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta akan menerima, setiap orang yang mencari akan mendapat, dan setiap orang yang mengetuk akan dibukakan pintu.

Bapa manakah di antara kamu, yang memberi anaknya sebuah batu kalau anak itu minta roti? Atau seekor ular, kalau anaknya minta ikan? Atau kalajengking, kalau yang diminta telur?

Jadi, jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anakmu, apalagi Bapamu yang disurga! Ia akan memberikan Roh Kudus, kepada siapa pun yang meminta kepada-Nya.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Minggu 27 Juli 2025

Renungan Misa Hari Minggu – Peringatan Hari Orangtua, Kakek, dan Nenek Sedunia
Bacaan: Kej. 18:20–32; Kol. 2:12–14; Luk. 11:1–13

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Hari ini kita bersyukur karena diperkenankan Tuhan untuk merayakan Hari Minggu yang penuh rahmat ini dalam suasana istimewa: Hari Orangtua, Kakek dan Nenek Sedunia. Ini bukan hanya hari mengenang atau memberi ucapan terima kasih, tetapi hari untuk menimba inspirasi iman dari mereka yang telah lebih dahulu menapaki jalan kehidupan dan tetap setia dalam kasih – kasih kepada keluarga, kasih kepada anak cucu, dan terlebih kasih kepada Tuhan.

Lalu, bagaimana firman Tuhan hari ini berbicara kepada kita? Mari kita lihat secara perlahan dan jujur, seolah-olah Tuhan sendiri sedang berdialog langsung dengan kita.

Dalam Bacaan Pertama, kita melihat Abraham berdiri di hadapan Tuhan. Bukan sekadar berdiri – ia berdiri untuk berdoa, memohon, bahkan “berani tawar-menawar” dengan Tuhan demi keselamatan sesama. Ini bukan soal angka semata – lima puluh, empat puluh lima, tiga puluh, sampai sepuluh – ini soal hati yang penuh belas kasih. Hati seorang Abraham yang mencerminkan sosok seorang kakek atau nenek: tidak egois, tidak cepat menyerah, selalu memperjuangkan yang terbaik bagi keluarganya dan bangsanya. Ia tidak ingin siapa pun binasa. Abraham berdoa tidak untuk dirinya sendiri, tetapi untuk orang lain. Itulah kekuatan cinta yang dewasa – cinta yang tahu menaruh diri di antara keadilan Allah dan kelemahan manusia, dan berani jadi pengantara.

Bukankah banyak dari kita yang mengalami kasih seperti ini dari orangtua, dari oma opa kita? Doa-doa mereka yang diam-diam, mungkin di pojok kamar setiap malam, atau saat memandangi foto anak cucu… yang tak pernah kita dengar langsung, tapi kita rasakan hasilnya dalam perlindungan dan berkat yang mengalir tanpa henti.

Lalu dalam Bacaan Kedua, Rasul Paulus mengingatkan bahwa kita ini telah “dikuburkan bersama Kristus dalam baptisan”, dan dibangkitkan pula bersama-Nya. Ini bukan simbol. Ini kenyataan iman. Kita ini bukan lagi hidup untuk diri sendiri, tetapi untuk Kristus yang hidup di dalam kita. Surat hutang kita – segala kesalahan, kegagalan, masa lalu – telah dipakukan di salib. Dibebaskan. Dimaafkan.

Nah, bukankah inilah yang menjadi kekuatan batin dari para orangtua dan sesepuh kita yang setia? Mereka bukan manusia sempurna, tidak selalu punya jawaban, kadang bahkan lelah dan kecewa. Tetapi mereka bangkit setiap pagi, tetap mengasihi, tetap mendoakan, tetap berharap. Mengapa? Karena mereka tahu: mereka telah diampuni, dan karena itu mereka pun mengampuni. Kasih dan kesetiaan yang mereka berikan, meski tidak selalu dihargai, lahir dari iman mereka akan Allah yang tidak pernah menyerah atas kita.

Dan Injil hari ini… sungguh menyentuh. Murid-murid datang kepada Yesus dan berkata: “Tuhan, ajarilah kami berdoa.” Ini permintaan yang sangat manusiawi. Kita pun sering bingung bagaimana berdoa, apa yang mau dikatakan, apalagi saat hidup terasa berat. Tetapi Yesus mengajarkan doa yang sangat sederhana dan sangat dalam: “Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu…”

Lihatlah betapa doa ini bukan sekadar permintaan, tapi sebuah sikap hidup: percaya, berserah, memohon secukupnya, belajar memaafkan, dan meminta perlindungan dari pencobaan.

Dan kemudian Yesus melanjutkan dengan gambaran seorang sahabat yang mengetuk pintu di malam hari. Apa pesannya? Jangan malu untuk datang kepada Tuhan. Jangan menyerah. Teruslah mengetuk pintu hati-Nya. Karena Tuhan bukan hanya mendengar – Dia rindu memberikan yang terbaik. Bahkan kalau manusia yang jahat saja tahu memberi yang baik kepada anak-anaknya, apalagi Bapa kita di Surga?

Di sinilah kita diingatkan akan cinta dan doa yang gigih dari para orangtua dan sesepuh kita. Berapa banyak dari kita yang hidup hari ini, berhasil melewati krisis, bertahan dalam tantangan – bukan karena kekuatan kita sendiri, tapi karena ada yang terus mendoakan kita? Seorang ibu yang tidak pernah berhenti menyebut nama kita dalam doanya. Seorang ayah yang diam-diam menahan lapar demi biaya sekolah anak-anak. Seorang nenek yang tetap menyalakan lilin dan berdoa rosario meski lututnya sakit. Seorang kakek yang mengajarkan doa Bapa Kami sambil menggenggam tangan cucunya.

Mereka bukan pahlawan di panggung dunia. Tapi di hadapan Tuhan, mereka luar biasa. Mereka menjadi seperti Abraham – pengantara kasih. Seperti Paulus – saksi pengampunan. Seperti Yesus – pengajar doa dan pembawa harapan.

Maka pada hari ini, marilah kita tidak hanya berterima kasih kepada orangtua, kakek, dan nenek kita, tetapi juga meneladani mereka. Belajarlah untuk mendoakan orang lain, untuk mengampuni, untuk tetap berharap meski dunia tampak gelap. Dan jika Anda seorang opa atau oma yang hadir di sini, jangan pernah merasa bahwa usia membuatmu tidak berguna. Justru Anda adalah fondasi rumah iman ini. Doa Anda, kasih Anda, kesabaran Anda, itu yang membentuk kami semua.

Dan bagi yang orangtuanya sudah tiada, jangan bersedih. Sebab kasih mereka tidak pernah mati – kasih mereka tetap hidup di dalam setiap kebaikan yang kita lakukan hari ini.

Tuhan mendengarkan doa orang beriman. Itulah mazmur tanggapan kita hari ini. Maka mari kita percaya bahwa setiap doa, setiap air mata, setiap bisikan dalam kesunyian hati – Tuhan dengar dan jawab dengan kasih-Nya. Mintalah, carilah, ketuklah… dan Tuhan akan membuka.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan, ajarlah aku berdoa dengan hati yang tulus, seperti Abraham yang tak lelah memohon, seperti Yesus yang mengajarkan harapan. Jadikan aku anak yang setia, penuh syukur atas kasih orangtua dan kakek nenekku. Kuatkan imanku, mampukan aku mengasihi. Amin.

 

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Teka-Teki Huruf Kedinginan, Ini Alasan dan Makna Huruf B Jadi Jawaban Teka-Teki Kedinginan

Lo pernah nggak sih, lagi nongkrong, suasana hening kayak ujian nasional, terus tiba-tiba ada yang nembak pertanyaan absurd tapi...

More Articles Like This

Favorite Post