Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 31 Juli 2025.
Kalender Liturgi hari Kamis 31 Juli 2025 merupakan Hari Kamis Biasa XVII, Peringatan Wajib Santo Ignasius Loyola, Pengaku Iman, Beato Yohanes Columbini, Pengaku Iman, Santo Germanus, Uskup dan Pengaku Iman, Santa Eilin, Janda dan Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 31 Juli 2025:
Bacaan Pertama Kel. 40:16-21,34-38
Dan Musa melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, demikianlah dilakukannya. Dan terjadilah dalam bulan yang pertama tahun yang kedua, pada tanggal satu bulan itu, maka didirikanlah Kemah Suci.
Musa mendirikan Kemah Suci itu, dipasangnyalah alas-alasnya, ditaruhnya papan-papannya, dipasangnya kayu-kayu lintangnya dan didirikannya tiang-tiangnya. Dikembangkannyalah atap kemah yang menudungi Kemah Suci dan diletakkannyalah tudung kemah di atasnya?seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Diambilnyalah loh hukum Allah dan ditaruhnya ke dalam tabut, dikenakannyalah kayu pengusung pada tabut itu dan diletakkannya tutup pendamaian di atas tabut itu. Dibawanyalah tabut itu ke dalam Kemah Suci, digantungkannyalah tabir penudung dan dipasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Allah?seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.
Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. Tetapi jika awan itu tidak naik, maka merekapun tidak berangkat sampai hari awan itu naik.
Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11
Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku!
Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela
Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.
Ya TUHAN, Allah semesta alam, dengarkanlah doaku, pasanglah telinga, ya Allah Yakub.
Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
Bacaan Injil Matius 13:47-53
“Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.
Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
Mengertikah kamu semuanya itu?” Mereka menjawab: “Ya, kami mengerti.” Maka berkatalah Yesus kepada mereka: “Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.”
Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Kamis 31 Juli 2025
Renungan Harian – Selasa, 29 Juli 2025
Kel. 40:16-21, 34-38 | Mzm. 84 | Mat. 13:47-53
Saudara-saudari terkasih,
Coba kita bayangkan sejenak suasana pada hari itu. Musa, dalam ketaatannya yang tenang, membangun Kemah Suci. Tidak tergesa-gesa, tidak juga berlebihan. Tapi satu hal yang pasti—ia melakukan semuanya “seperti yang diperintahkan Tuhan.” Tidak kurang, tidak lebih. Ia tidak bertanya “mengapa begini?” atau “bolehkah saya mencoba cara lain?” Musa hanya taat. Dan dari ketaatan itu, turunlah kemuliaan Tuhan, menyelimuti kemah, bahkan Musa pun tidak bisa masuk karena kehadiran Tuhan begitu nyata, begitu penuh.
Apa artinya ini bagi kita sekarang, di tengah dunia yang serba instan dan penuh pilihan? Mungkin renungan hari ini mengajak kita untuk kembali pada dasar: ketaatan yang tulus, bukan karena takut, tetapi karena percaya. Karena tahu bahwa Tuhan sungguh hadir—di tengah pekerjaan kita yang sederhana, di balik keputusan-keputusan kecil yang kita ambil setiap hari, bahkan dalam rutinitas yang terasa membosankan.
Tuhan bisa hadir di tengah rumah tangga yang sedang belajar saling memahami. Ia bisa hadir di dalam ruangan kerja yang penuh tekanan, atau bahkan di dalam kamar kecil tempat seseorang menangis dalam sunyi karena merasa tidak sanggup lagi. Kemah Suci itu bukan lagi tenda yang berdiri di tengah padang gurun, tapi bisa jadi adalah hati kita yang sedang berusaha untuk jujur, untuk mengampuni, atau sekadar bertahan.
Kemuliaan Tuhan hadir ketika ada ruang bagi-Nya—dan ruang itu dibangun bukan dari kemewahan, tapi dari kesetiaan.
Lalu Injil hari ini berbicara tentang pukat yang menjaring segala jenis ikan. Sebuah gambaran sederhana namun kuat tentang hidup ini. Semua masuk ke dalam pukat: yang baik, yang buruk. Tapi pada akhirnya, akan ada pemisahan. Bukan oleh kita, bukan oleh manusia, tetapi oleh para malaikat pada waktu-Nya. Ini mengajarkan kita untuk tidak mudah menghakimi. Karena siapa tahu, yang tampak buruk di mata kita, justru sedang berada dalam proses pemurnian. Dan yang kita pikir baik, mungkin hanya tampak di luar saja.
Tapi ada satu hal yang ditekankan Yesus: bahwa yang memahami Kerajaan Surga itu seperti tuan rumah yang tahu cara mengeluarkan “harta yang lama dan yang baru.” Dalam hidup kita, mungkin ini berarti: kita belajar dari masa lalu, tapi tidak tinggal di sana. Kita membuka diri untuk yang baru, tanpa membuang yang lama. Kita bertumbuh, bukan dengan menolak tradisi, tapi dengan meletakkannya dalam terang cinta kasih Tuhan.
Saudara-saudari,
Mungkin hari ini Tuhan mengajak kita untuk melihat kembali: apa “Kemah Suci” dalam hidup kita? Apa yang sedang kita bangun dengan tangan kita setiap hari? Apakah ada ruang bagi Tuhan tinggal di sana?
Dan saat kita merasa letih atau kehilangan arah, ingatlah bahwa dalam siang hari, ada awan penuntun, dan dalam malam yang gelap, ada api penyerta. Tuhan tidak pernah meninggalkan. Ia hadir, sering kali dalam bentuk yang sangat sederhana: dalam orang-orang yang menguatkan kita, dalam senyum yang tiba-tiba muncul, atau bahkan dalam hening yang mengajarkan kita untuk percaya.
Kita hanya perlu satu hal: melakukan semuanya seperti yang diperintahkan Tuhan. Tidak harus sempurna. Cukup dengan setia dan terbuka. Karena Tuhan akan mengisi yang kurang. Dan kemuliaan-Nya akan turun… bukan hanya di atas tenda Musa, tapi juga di dalam hati kita yang bersedia menjadi tempat tinggal-Nya.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan, ajar aku setia dalam hal-hal kecil, membangun hidupku seperti Musa membangun Kemah Suci—dengan taat dan percaya. Hadirlah dalam keseharianku, tuntun langkahku seperti awan dan api-Mu, agar hidupku memuliakan-Mu setiap saat. Amin.