Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan hal ini, umat Katolik semakin mendekatkan diri kepada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga menjadi sumber ketenangan batin di tengah kehidupan yang sibuk, sekaligus memberikan panduan moral yang jelas. Waktu pribadi bersama Tuhan melalui Injil harian menghadirkan momen spiritual yang mendalam dan penuh makna.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk semakin menyadari panggilan misioner serta memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita memasuki Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik untuk Rabu, 17 September 2025.
Kalender Liturgi hari ini Hari Rabu Biasa XXIV, Perayaan fakultatif: Santo Robertus Bellarminus, Uskup dan Pujangga Gereja, serta Santa Hildegardis, Martir. Warna Liturgi: Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Rabu 17 September 2025:
Bacaan Pertama: 1 Timotius 3:14-16
Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. Jadi jika aku terlambat, engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.
Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 111:1-2, 3-4, 5-6
Haleluya! Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.
Besar perbuatan-perbuatan Tuhan, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya.
Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya.
Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; Tuhan itu pengasih dan penyayang.
Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.
Kekuatan perbuatan-Nya diberitakan-Nya kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsa-bangsa.
Bait Pengantar Injil: Yohanes 6:64b.69b
Sabda-Mu, ya Tuhan, adalah roh dan kehidupan. Pada-Mulah sabda kehidupan kekal.
Bacaan Injil: Lukas 7:31-35
Sekali peristiwa berkatalah Yesus kepada orang banyak, “Dengan apakah akan Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini? Mereka sama dengan anak-anak yang duduk di pasar dan berseru-seru: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kalian tidak menari. Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kalian tidak menangis.
Sebab ketika Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, kalian berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kalian berkata: Lihatlah, seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Rabu 17 September 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar dari Rasul Paulus yang menulis kepada Timotius, “supaya engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, jemaat Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” Paulus mau mengingatkan kita semua bahwa sebagai umat Katolik, kita bukan sekadar kumpulan orang yang beribadah bersama, tetapi kita adalah keluarga Allah. Artinya, hidup kita dipanggil untuk memancarkan kasih, kebenaran, dan keindahan Allah itu sendiri.
Lalu Yesus dalam Injil hari ini menegur orang-orang sebangsanya yang keras kepala. Mereka seperti anak-anak di pasar, yang apa pun dilakukannya tidak pernah membuat puas. Ketika Yohanes datang dengan cara hidup sederhana dan asketis, orang bilang ia kerasukan setan. Ketika Yesus datang dengan cara penuh keramahan, makan dan minum bersama orang berdosa, mereka juga menuduh-Nya sebagai pelahap dan peminum. Singkatnya, hati mereka selalu menolak, selalu mencari alasan, selalu menutup diri dari karya Allah.
Saudara-saudari, bukankah hal yang sama bisa terjadi pada kita? Betapa seringnya kita sulit membuka hati pada cara Allah bekerja. Kita ingin Tuhan hadir sesuai dengan cara kita, sesuai dengan rencana kita. Ketika Tuhan bekerja lewat jalan penderitaan, kita protes. Ketika Tuhan bekerja lewat orang yang tidak kita sukai, kita menutup telinga. Padahal hikmat Allah, seperti dikatakan Yesus, hanya dapat dimengerti oleh orang yang mau menerimanya dengan rendah hati.
Hari ini kita diajak untuk melihat diri kita sendiri. Apakah kita sudah sungguh hidup sebagai keluarga Allah? Apakah kita menjadi pribadi yang terbuka, yang mau mendengarkan, yang mau diajar oleh Tuhan? Atau justru kita masih sering menolak, mencari alasan, dan menyalahkan keadaan?
Hidup sebagai keluarga Allah berarti berani menghadirkan kasih, kebenaran, dan pengampunan di tengah dunia. Itu bisa dimulai dari hal sederhana: memperhatikan keluarga kita, bersikap sabar kepada pasangan, mengerti orang tua, menyapa tetangga, atau bekerja dengan jujur. Di situlah Injil sungguh hidup—bukan hanya dalam kata-kata, tetapi dalam tindakan sehari-hari.
Yesus mengingatkan kita bahwa hikmat Allah selalu dibenarkan oleh mereka yang menerimanya. Artinya, kebenaran Allah tidak perlu dibuktikan dengan teori atau kata-kata besar, tetapi dengan hidup kita sendiri. Ketika kita mengasihi, mengampuni, bekerja dengan jujur, hidup sederhana, dan terbuka pada sesama, di situlah hikmat Allah nyata.
Saudara-saudari, semoga kita tidak menjadi generasi yang selalu mencari alasan untuk menolak Tuhan. Mari kita membuka hati, agar dalam setiap peristiwa hidup—baik suka maupun duka—kita menemukan kehadiran Allah yang memimpin, meneguhkan, dan menyelamatkan kita.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarlah aku hidup sebagai bagian dari keluarga-Mu. Bukalah hatiku agar mau menerima kehendak-Mu dengan rendah hati. Jadikanlah hidupku tanda kasih dan pengampunan-Mu, supaya hikmat-Mu nyata dalam keseharian. Amin.