Monday, September 29, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Senin 6 Oktober 2025 Lengkap Renungan Harian Katolik, Hari Senin Biasa XXVII, Perayaan Fakultatif Santo Bruno

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 6 Oktober 2025.

Kalender Liturgi hari Senin 6 Oktober 2025 merupakan Hari Senin Biasa XXVII, Perayaan fakultatif Santo Bruno, Pengaku Iman dengan Warna Liturgi Hijau.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 6 Oktober 2025:

Bacaan Pertama: Yunus 1:1-2;2:1-2.11

Yunus siap melarikan diri dari hadapan Tuhan.

Datanglah sabda Tuhan kepada Yunus bin Amitai demikian, “Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan berserulah terhadap mereka, sebab kejahatannya telah sampai kepada-Ku.”

Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan. Ia pergi ke Yafo, dan di sana mendapat sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan.

Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut; lalu terjadilah badai besar sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi takut; masing-masing berteriak kepada allahnya, dan mereka membuang segala muatan ke dalam laut untuk meringankan kapal.

Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah, dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. Datanglah nahkoda mendapatkannya sambil berkata, “Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak?

Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allahmu itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.” Lalu berkatalah mereka satu sama lain, “Marilah kita buang undi, supaya kita tahu, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini.”

Mereka lalu membuang undi, dan Yunuslah yang kena. Maka berkatalah mereka kepadanya, “Beritahu kami, karena siapa kita ditimpa malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang? Manakah negerimu dan dari bangsa manakah engkau?”

Sahut Yunus kepada mereka, “Aku ini seorang Ibrani. Aku takwa pada Tuhan, Allah yang menguasai langit, yang telah menjadikan laut dan daratan.” Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya, “Apa yang telah kauperbuat?” Sebab orang-orang itu tahu, bahwa ia telah melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan.

Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. Bertanyalah mereka, “Akan kami apakan dikau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi? Sebab laut semakin bergelora.” Sahut Yunus kepada mereka, “Angkatlah aku dan campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kalian lagi.

Sebab aku tahu, karena akulah badai besar ini menyerang kalian.” Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.

Lalu berserulah mereka kepada Tuhan, katanya, “Ya Tuhan, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini, dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki.” Kemudian mereka mengangkat Yunus dan mencampakkannya ke dalam laut.

Maka laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan kurban sembelihan kepada Tuhan serta mengikrarkan nazar. Maka atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus.

Dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. Lalu bersabdalah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Yunus 2:2,3,4,5,8

Ref. Engkau mengangkat nyawaku dari dalam liang kubur.

Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku. Dari tengah-tengah-tengah alam maut aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.

Engkau telah melemparkan daku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.

Aku berkata, “Telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?”

Ketika jiwaku letih lesu dalam diriku,teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus.

Bait Pengantar Injil: Yohanes 13:34

Perintah baru Kuberikan kepadamu, sabda Tuhan; yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

Bacaan Injil: Lukas 10:25-37

Siapakah sesamaku?

Pada suatu ketika, seorang ahli Kitab berdiri hendak mencobai Yesus, “Guru, apakah yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya, “Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”

Jawab orang itu, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu. Dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Kata Yesus kepadanya, “Benar jawabmu itu. Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata lagi, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus, “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.

Ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya, dan sesudah itu meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu.

Ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu. Ketika melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datanglah ke tempat itu seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan.

Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasih. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.

Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya, ‘Rawatlah dia, dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya waktu aku kembali’.

Menurut pendapatmu siapakah di antara ketiga orang ini adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu, “Orang yang telah menunjukkan belas kasih kepadanya.” Yesus berkata kepadanya, “Pergilah, dan lakukan demikian.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Senin 6 Oktober 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Hari ini Sabda Tuhan menuntun kita lewat kisah Yunus yang melarikan diri dari panggilan Allah, dan melalui Injil tentang perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Dua bacaan ini tampak berbeda, tetapi sesungguhnya saling melengkapi: yang satu berbicara tentang hati yang menolak panggilan, yang lain tentang hati yang tergerak oleh belas kasih.

Kita mulai dengan Yunus. Ia dipanggil Tuhan untuk pergi ke Niniwe, sebuah kota besar yang penuh kejahatan. Tetapi Yunus justru lari menjauh, seakan ingin mengatakan kepada Tuhan: “Aku tidak mau. Aku punya jalan hidupku sendiri.” Ia menolak, ia memilih arah berlawanan. Namun kita tahu, melarikan diri dari hadapan Tuhan itu sia-sia. Tuhan menemukan Yunus bahkan di tengah laut yang bergelora. Badai itu menjadi tanda bahwa Tuhan tidak pernah berhenti memanggil anak-Nya kembali. Yunus harus jatuh ke dalam perut ikan tiga hari lamanya sebelum akhirnya disadarkan: tidak ada tempat di mana kita bisa sembunyi dari kasih dan panggilan Allah.

Saudara-saudari, bukankah kita sering seperti Yunus? Ada saat di mana kita tahu apa yang benar, kita tahu apa yang harus dilakukan, tapi hati kita memilih lari. Lari dari tanggung jawab, lari dari panggilan untuk mengampuni, lari dari kewajiban untuk menolong, lari dari panggilan hidup yang lebih jujur dan tulus. Dan ketika kita lari, hidup kita pun bisa terasa seperti badai: resah, gelisah, tak tenang. Tetapi justru dalam kegelisahan itulah Tuhan tidak berhenti mengetuk, menunggu, bahkan mengutus “ikan besar” dalam hidup kita—peristiwa, orang, pengalaman—yang menelan kita, menghentikan langkah kita, agar kita kembali menyadari: jalan kita bukan jalan Tuhan, dan tanpa Tuhan kita tidak sampai ke tujuan sejati.

Injil hari ini melengkapi kisah Yunus. Yesus menceritakan tentang seorang Samaria yang tergerak oleh belas kasih. Kita tahu, orang Samaria dan orang Yahudi pada masa itu saling membenci. Tetapi justru dialah yang berhenti, menolong, merawat, bahkan mengorbankan miliknya bagi orang yang setengah mati di jalan. Yang lain lewat begitu saja: imam dan Lewi, orang yang mestinya “dekat” dengan hukum dan ibadah, malah menutup mata. Sementara yang dianggap “orang luar” justru menunjukkan kasih yang nyata.

Yesus kemudian bertanya: siapakah sesamaku? Dan jawaban itu jelas: sesamaku adalah siapa saja yang membutuhkan kasihku, siapa saja yang ditaruh Tuhan di jalanku, siapa saja yang menderita di dekatku.

Di sinilah kita diajak bercermin: apakah kita melarikan diri seperti Yunus, ataukah kita berani berhenti seperti orang Samaria? Kadang kita ingin lari dari orang yang butuh pertolongan karena itu merepotkan, mengganggu waktu kita, atau tidak sesuai dengan rencana kita. Kita sibuk, kita terburu-buru, kita merasa bukan tanggung jawab kita. Tetapi Yesus berkata dengan sederhana: “Pergilah, dan lakukan demikian.” Jangan terlalu banyak bertanya siapa sesamamu. Lihatlah siapa yang Tuhan taruh di hadapanmu hari ini.

Saudara-saudari, dalam dunia yang semakin individualis, kita mudah seperti imam dan Lewi: lewat di seberang jalan, menutup mata, merasa cukup dengan doa pribadi tanpa aksi nyata. Tetapi iman tanpa kasih tidak ada artinya. Dan kasih sejati selalu menuntut pengorbanan: waktu, tenaga, bahkan harga diri. Namun kasih itulah yang membuat kita sungguh hidup.

Maka marilah kita renungkan: di mana kita mungkin sedang seperti Yunus yang lari? Dan di mana kita bisa mulai belajar menjadi seperti Samaria yang berhenti dan menolong? Jangan tunggu menjadi sempurna untuk mengasihi. Tuhan memanggil kita hari ini, saat ini, untuk berani membuka hati. Amin.

Doa Penutup

Tuhan Yesus yang penuh kasih, sering aku lari dari panggilan-Mu dan menutup mata dari sesamaku. Bukalah hatiku untuk berani peduli, menolong dengan tulus, dan setia mengikuti jalan-Mu. Jadikan aku alat kasih-Mu dalam kehidupan sehari-hari. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Minggu 5 Oktober 2025 Lengkap Renungan Harian Katolik, Hari Minggu Biasa XXVII

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada...

More Articles Like This

Favorite Post