Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 5 Oktober 2025.
Kalender Liturgi hari Minggu 5 Oktober 2025 merupakan Hari Minggu Biasa XXVII, Santa Faustina Kowalska Rasul kerahiman ilahi, Santa Anna Maria Gallo, Pengaku Iman dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 5 Oktober 2025:
Bacaan Pertama: Habakuk 1:2-3; 2:2-4
Orang benar akan hidup berkat imannya.
Tuhan, berapa lama lagi aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu ‘Penindasan!’ tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku menyaksikan kelaliman?
Ya, aniaya dan keekerasan ada di depan mataku, perbantahan dan pertikaian terjadi di sekitarku. Lalu Tuhan menjawab aku, demikian, “Catatlah penglihatan ini, guratlah pada loh batu agar mudah terbaca.
Sebab, penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi segera akan terpenuhi dan tidak berdusta. Bila pemenuhan tertunda, nantikanlah, akhirnya pasti akan datang, dan tidak batas! Sungguh, orang sombong tidak lurus hatinya, tetapi orang benar akan hidup berkat imannya.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2.6-7.8-9
Ref. Singkirkanlah penghalang sabda-mu, cairkanlah hatiku yang beku, dan bimbinglah kami di jalan-Mu.
Marilah kita bernyanyi-nyanyi bagi Tuhan, bersorak-sorai bagi Gunung Batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan lagu syukur, bersorak-sorailah bagi-Nya dengan nyanyian Mazmur.
Masuklah, mari kita sujud menyembah, berlutut di hadapan Tuhan yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita; kita ini umat gembalaan-Nya serta kawanan domba-Nya.
Pada hari ini, kalau kamu mendengar suara-Nya, jangan bertegar hati seperti di Meriba, seperti waktu berada di Masa di padang gurun, ketika nenek moyangmu mencobai dan menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
Bacaan Kedua: 2 Timotius 1:6-8.13-14
Janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita.
Saudaraku terkasih, aku memperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu berkat penumpangan tanganku. Sebab, Allah memberi kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban.
Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita, dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Tuhan. Tetapi, berkat kekuatan Allah, ikutlah menderita bagi Injil-Nya!
Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dariku sebagai contoh ajaran yang sehat, dan lakukanlah itu dalam iman serta kasih Kristus Yesus. Berkat Roh Kudus yang diam di dalam kita, peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil: 1 Petrus 1:25
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya; inilah firman yang disampaikan Injil kepada-Mu.
Bacaan Injil: Lukas 17:5-10
Sekiranya kamu mempunyai iman!
Sekali peristiwa, setelah Yesus menyampaikan beberapa nasihat, para rasul berkata kepada-Nya, “Tuhan, tambahkanlah iman kami!” Tetapi, Tuhan menjawab, “Sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini, ‘Terbantulah engkau dan tertanamlah di dalam laut’ dan pohon itu akan menuruti perintahmu.”
Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu waktu i pulang dari ladang ‘Mari segera makan’?
Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu ‘Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai aku selesai makan dan minum; dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum?
Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu.
Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata, “Kami ini hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Minggu 5 Oktober 2025
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar seruan iman dari Kitab Habakuk, nasihat penuh kasih dari Rasul Paulus kepada Timotius, dan akhirnya teguran lembut sekaligus menantang dari Yesus dalam Injil. Ada satu benang merah yang mengikat semuanya: hidup karena iman yang nyata, bukan iman yang hanya di bibir.
Habakuk berseru kepada Tuhan karena ia melihat kejahatan, penindasan, dan kekerasan di sekitarnya. Ia bertanya, “Mengapa, Tuhan? Mengapa Engkau seolah diam?” Bukankah pertanyaan yang sama sering juga keluar dari hati kita? Ketika kita melihat ketidakadilan merajalela, ketika orang jujur justru tersingkir, sementara yang licik seolah menang, kita pun bertanya: “Tuhan, di mana Engkau?” Jawaban Tuhan kepada Habakuk sederhana tapi dalam: “Orang benar akan hidup berkat imannya.” Artinya, tidak semua dapat langsung kita mengerti, tidak semua dapat segera kita lihat hasilnya. Tetapi iman membuat kita tetap bertahan, percaya bahwa janji Tuhan tidak pernah batal, hanya menanti saatnya.
Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan bahwa iman bukan hanya soal percaya dalam hati, tetapi juga keberanian bersaksi. “Allah memberi kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban.” Sering kali kita malu menunjukkan iman kita, malu dianggap kuno, malu berbeda. Tetapi Paulus mengajak: janganlah malu karena Kristus, sebab iman yang kita terima adalah harta indah yang harus dijaga, dibagikan, dan dihidupi.
Lalu sampailah kita pada Injil. Para rasul memohon: “Tuhan, tambahkanlah iman kami!” Mungkin kita pun sering berdoa begitu. Tetapi Yesus justru memberi jawaban mengejutkan: “Sekiranya kamu memiliki iman sebesar biji sesawi…” Artinya, bukan soal seberapa besar iman kita, melainkan sejauh mana iman itu hidup, nyata, dan dijalankan. Iman yang kecil saja, asal sungguh-sungguh, bisa menggerakkan hal yang mustahil.
Yesus lalu mengingatkan tentang sikap seorang hamba. Hamba itu tidak menuntut terima kasih hanya karena ia sudah melakukan tugasnya. Begitu juga dengan kita. Iman bukan untuk kebanggaan diri, bukan untuk mengukur siapa lebih rohani. Iman sejati adalah kerendahan hati, melakukan yang Tuhan perintahkan, bukan supaya dipuji, melainkan karena memang itu yang harus kita lakukan.
Saudara-saudari, betapa sering kita merasa iman kita lemah. Kita merasa doa-doa kita tidak cukup kuat, kita merasa tidak sanggup menghadapi hidup. Tetapi Injil hari ini menghibur sekaligus menantang kita: yang Tuhan minta bukan iman sebesar gunung, melainkan iman sekecil biji sesawi yang sungguh hidup. Iman yang berbuah dalam kesetiaan sehari-hari, dalam kesabaran menanggung penderitaan, dalam keberanian bersaksi, dalam kerendahan hati melayani tanpa menuntut balasan.
Mungkin kita tidak bisa memindahkan pohon ke laut, tetapi dengan iman kita bisa memindahkan gunung kesombongan dalam hati, kita bisa menyingkirkan pohon kebencian yang mengakar dalam relasi, kita bisa menumbuhkan damai dalam keluarga, dalam lingkungan kerja, dalam masyarakat. Itulah mujizat iman di zaman sekarang.
Maka marilah kita berdoa seperti para rasul: “Tuhan, tambahkanlah iman kami.” Tetapi jangan lupa, iman itu tidak akan bertambah dengan sendirinya. Ia bertumbuh ketika kita melatihnya dalam kesetiaan, ketika kita berani menghidupi sabda Tuhan, ketika kita rendah hati berkata: “Aku hanyalah hamba, aku hanya melakukan yang harus kulakukan.”
Dan di situlah letak sukacita sejati: kita tidak lagi hidup oleh kekuatan kita sendiri, melainkan oleh iman yang memberi hidup.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, tambahkanlah iman kami, meski hanya sebesar biji sesawi. Ajarlah kami setia dalam hal kecil, rendah hati melayani tanpa menuntut balasan, berani bersaksi tentang kasih-Mu, dan percaya pada janji-Mu meski belum kami lihat nyata. Amin.