Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 14 Oktober 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 14 Oktober 2025 merupakan Hari Selasa Biasa XXVIII, Perayaan Fakultatif Santo Kallistus, Paus dan Martir, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 14 Oktober 2025:
Bacaan Pertama : Roma 1:16-25
Sekalipun mereka mengenal Allah, namun mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah.
Saudara-saudara, aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil itu kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
Sebab di dalam Injil kebenaran Allah menjadi nyata, dan kebenaran itu bertolak dari iman dan menuju kepada iman, seperti ada tertulis, “Orang benar akan hidup oleh imannya.” Sebab murka Allah nyata dari surga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.
Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah telah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuasaan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran tentang karya-Nya sejak dunia dijadikan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau pun mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia, dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi nyatanya mereka telah menjadi bodoh.
Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang baka dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat, atau binatang-binatang yang menjalar.
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada nafsu kecemaran mereka, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta, dan memuja serta menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya. Amin.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-3.4-5
Ref. Langit mewartakan kemuliaan Allah.
Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan karya tangan-Nya; hari yang satu mengisahkannya kepada hari yang lain, dan malam yang satu menyampaikan pengetahuannya kepada malam berikut.
Meskipun tidak berbicara, dan tidak memperdengarkan suara, namun di seluruh bumi bergaunglah gemanya, dan amanat mereka sampai ke ujung bumi.
Bait Pengantar Injil : Ibrani 4: 12
Sabda Allah itu hidup dan penuh daya, menguji segala pikiran dan maksud hati.
Bacaan Injil : Lukas 11:37-41
Berikanlah sedekah dan semuanya menjadi bersih
Pada suatu ketika, selesai mengajar, Yesus diundang seorang Farisi untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Yesus ke rumah itu, lalu duduk makan. Tetapi orang Farisi itu heran melihat Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan.
Lalu Tuhan berkata kepadanya, “Hai orang-orang Farisi, kalian membersihkan cawan dan pinggan bagian luar, tetapi bagian dalam dirimu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah yang menjadikan bagian luar, Dialah juga yang menjadikan bagian dalam?
Maka berikanlah isinya sebagai sedekah, dan semuanya akan menjadi bersih bagimu.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 14 Oktober 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita diingatkan kembali oleh Bacaan Pertama dari surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma, bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan semua orang yang percaya. Paulus menegaskan bahwa kebenaran Allah bukan sekadar teori atau dogma yang jauh dari hidup kita, tetapi nyata dalam iman. Ia menegur manusia yang mengenal Allah tetapi tidak memuliakan-Nya, bahkan mengganti kemuliaan-Nya dengan hal-hal fana. Bagaimana dengan kita? Di zaman modern ini, kadang kita terlalu sibuk dengan pencapaian, status, atau hiburan, sehingga lupa memberi ruang bagi Allah dalam hati kita. Bahkan dalam hal yang terlihat “rohani”, jika tidak diiringi rasa syukur dan pengakuan akan Allah, kita bisa saja menukar kebenaran dengan “dusta” modern: menilai orang dari penampilan, mengejar hal yang kosong, atau hidup untuk kepuasan sesaat.
Bacaan Injil dari Lukas semakin menegaskan hal ini. Yesus mengunjungi rumah seorang Farisi, dan yang menjadi perhatian bukanlah tangan atau pinggan yang bersih, melainkan isi hati. Tuhan mengingatkan kita bahwa kebaikan luar tidak akan berarti jika hati dipenuhi keserakahan, iri, atau kepalsuan. Yesus mengajarkan jalan sederhana tapi dalam: bersedekah, berbagi dari isi hati kita. Memberi bukan hanya soal materi, tetapi juga memberi kasih, perhatian, dan waktu bagi orang lain. Ketika kita memberi dengan tulus, tanpa pamrih, hati kita dibersihkan dan iman kita tumbuh nyata.
Hari ini, renungan ini menantang kita untuk menatap jujur pada diri sendiri. Apa yang ada dalam hati kita? Apakah kita terlalu sibuk merapikan “bagian luar” hidup kita – tampilan, kata-kata, atau penilaian orang lain – sementara kasih, kebaikan, dan iman kita dibiarkan terlantar? Yesus mengajak kita untuk memulai dari hal-hal kecil: memberi dari yang kita punya, mengulurkan tangan bagi yang membutuhkan, berkata jujur, mengampuni, dan berdoa. Hal-hal itu akan membersihkan hati kita lebih dari apapun yang bisa kita lakukan secara lahiriah.
Kehidupan modern sering membuat kita merasa kurang waktu, terlalu sibuk, atau bahkan terjebak dalam konsumsi tanpa batas. Namun Injil hari ini menegaskan bahwa kebenaran dan keselamatan dimulai dari iman yang nyata, dari hati yang bersih, dan dari tindakan kasih yang sederhana. Memberi bukan hanya membuat orang lain bahagia, tetapi juga membebaskan kita dari kekikiran dan kepalsuan.
Marilah kita hari ini menaruh perhatian pada hati kita sendiri. Mari kita memeriksa diri: apakah kita hidup untuk diri sendiri ataukah untuk Allah dan sesama? Apakah kita hanya memperindah “bagian luar” hidup kita, ataukah kita juga menata isi hati dengan doa, belas kasih, dan kesetiaan pada Tuhan? Dengan memberi dari hati yang tulus, kita akan menemukan kebersihan yang sejati dan damai yang tak tergoyahkan, karena itu datang dari Allah sendiri. Amin.
Doa Penutup
Tuhan yang penuh kasih, ajarlah kami untuk hidup dengan hati yang bersih dan tulus. Bimbinglah kami untuk memberi tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan selalu mencari Engkau dalam setiap tindakan kami. Jadikanlah hati kami cermin kasih-Mu, agar setiap perbuatan kami memuliakan-Mu. Amin.