Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 20 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 20 Desember 2025 merupakan Hari Sabtu Biasa Khusus Adven, Santo Filigon Uskup dan Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 20 Desember 2025:
Bacaan Pertama: Yesaya 7:10-14;8:10
“Seorang perempuan muda akan mengandung.”
Tuhan berfirman kepada Raja Ahas, “Mintalah suatu pertanda dari Tuhan, Allahmu, entah itu sesuatu dari dunia orang mati yang paling bawah, entah sesuatu dari tempat tertinggi yang di atas.”
Tetapi Ahas menjawab, “Aku tidak mau minta! Aku tidak mau mencobai Tuhan!” Lalu berkatalah Nabi Yesaya, “Baiklah! Dengarkanlah, hai keluarga Daud! Belum cukupkah kamu melelahkan orang, sehingga kamu melelahkan Allahku juga?
Sebab itu, Tuhan sendirilah yang akan memberikan suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai Dia Imanuel, artinya: Allah menyertai kita.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6
Ref: Tuhan akan datang: Dia sendirilah Raja Kemuliaan.
Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya,jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkan bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan diri kepada penipuan, dan tidak bersumpah palsu.
Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya.Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan,yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.
Bacaan Injil: Lukas 1:26-38
“Engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki.”
Dalam bulan yang keenam Allah mengutus Malaikat Gabriel ke sebuah kota di Galilea, bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Ketika masuk ke rumah Maria, malaikat itu berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Kata malaikat itu kepadanya, “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya. Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya, dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Kata Maria kepada malaikat itu, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?” Jawab malaikat itu kepadanya, “Roh Kudus akan turun atasmu, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya, dan inilah bulan yang keenam bagi dia yang disebut mandul itu.
Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.” Maka kata Maria, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 20 Desember 2025
Saudara-saudari terkasih, Menjelang hari-hari terakhir Adven, Sabda Tuhan hari ini mengajak kita masuk ke ruang yang sangat manusiawi: ruang ketakutan, kebimbangan, pertanyaan, dan pada akhirnya ruang kepercayaan yang total kepada Allah. Bacaan Pertama dan Injil hari ini tidak berbicara tentang orang-orang yang sempurna dan selalu yakin, melainkan tentang manusia yang sungguh nyata—Raja Ahas dan Maria—yang masing-masing berdiri di hadapan tawaran Allah dengan sikap hati yang sangat berbeda.
Raja Ahas, dalam Bacaan Pertama, terdengar saleh di permukaan. Ia berkata tidak mau meminta tanda agar tidak “mencobai Tuhan”. Namun di balik kata-kata yang tampak religius itu, tersembunyi hati yang tertutup. Ahas sebenarnya tidak percaya. Ia sudah menentukan jalannya sendiri. Ia takut berharap, takut kecewa, takut menyerahkan kendali hidupnya kepada Allah. Maka Allah sendiri yang akhirnya memberi tanda, bukan karena Ahas layak, melainkan karena Allah setia. “Seorang perempuan muda akan mengandung… dan Ia akan dinamakan Imanuel.” Allah tetap datang, bahkan ketika manusia ragu. Allah tetap menyertai, bahkan ketika manusia menutup diri.
Di sinilah Injil hari ini menjadi terang yang sangat kuat. Maria juga terkejut. Maria juga bertanya. Iman bukan berarti tidak bertanya. Iman bukan berarti tidak bingung. Maria bertanya, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” Itu adalah pertanyaan yang jujur, pertanyaan orang yang mau mengerti, bukan pertanyaan orang yang menolak. Dan ketika malaikat berkata, “Bagi Allah tidak ada yang mustahil,” Maria tidak langsung memahami semuanya. Tetapi ia memilih percaya. Ia tidak memegang jaminan hidup yang aman. Ia tidak tahu masa depan akan seperti apa. Yang ia tahu hanya satu: Allah hadir dan Allah setia.
Perbedaan besar antara Ahas dan Maria bukan pada situasi hidup mereka, melainkan pada sikap hati mereka. Ahas menolak dengan bahasa iman. Maria menerima dengan iman yang rendah hati. Maria tidak berkata, “Aku sanggup,” melainkan, “Aku ini hamba Tuhan.” Iman sejati bukan tentang kemampuan kita, tetapi tentang ketersediaan kita. Allah tidak mencari manusia yang hebat, tetapi hati yang mau dibentuk.
Saudara-saudari, Injil ini sangat dekat dengan kehidupan kita hari ini. Kita hidup di zaman yang penuh perhitungan, penuh kecemasan, penuh kebutuhan untuk merasa aman. Kita sering seperti Ahas: tampak religius, tetapi sebenarnya tidak mau menyerahkan luka, rencana, dan ketakutan kita kepada Tuhan. Kita ingin Allah menyertai rencana kita, bukan mengubah rencana kita. Padahal Natal yang kita nantikan adalah Allah yang datang bukan untuk mengikuti kehendak manusia, melainkan untuk menyelamatkan manusia.
Maria mengajarkan bahwa iman tidak menghapus risiko, tetapi memberi makna. Mengikuti Tuhan tidak selalu membuat hidup lebih mudah, tetapi selalu membuat hidup lebih benar. Ketika Maria berkata, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu,” pada saat itulah Imanuel mulai hadir dalam dunia. Allah menyertai manusia melalui ketaatan seorang perempuan sederhana yang berani percaya di tengah ketidakpastian.
Maka Adven ini mengundang kita untuk jujur pada diri sendiri. Di bagian mana hidup kita masih menolak Tuhan dengan alasan yang terdengar rohani? Di bagian mana kita takut berkata “ya” karena khawatir kehilangan kenyamanan? Allah tidak memaksa. Ia mengetuk dengan lembut. Ia menunggu jawaban yang lahir dari kepercayaan.
Kiranya Sabda hari ini menumbuhkan dalam diri kita iman yang membumi, iman yang bisa dijalani, iman yang berani berkata: Tuhan, aku tidak selalu mengerti, tetapi aku percaya Engkau menyertaiku. Dan di situlah Natal sungguh terjadi—bukan hanya di altar, tetapi di hati manusia yang membuka diri bagi Allah yang hadir. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Allah kami,
Sering kali kami ragu, takut, dan menutup diri terhadap kehendak-Mu.
Berilah kami hati seperti Maria,
hati yang rendah, jujur, dan berani percaya.
Ajarlah kami menyerahkan hidup kami ke dalam tangan-Mu,
agar melalui hidup kami, kasih dan keselamatan-Mu
semakin nyata bagi dunia.
Demi Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.
