Friday, October 31, 2025

Penerapan Open Governance di Pemda Belum Maksimal Karena Kurangnya Komitmen Digitalisasi dan Pelatihan Aparatur

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Jadi gini guys, “open governance” alias pemerintahan terbuka itu konsep yang lagi ngehits banget di dunia birokrasi modern. Intinya, pemerintah gak boleh kerja kayak ninja yang diam-diam aja di balik meja. 

Tapi harus transparan, bisa dipertanggungjawabkan, dan—ini yang penting—buka ruang buat masyarakat ikut nimbrung dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut situs makingallvoicescount.org, open governance itu ngajak pemerintah buat buka komunikasi dua arah sama warganya.

Jadi bukan cuma top-down doang, tapi warga juga bisa ngasih masukan, ngontrol, bahkan ikut nentuin arah kebijakan.

Terus kata Transparency.org, biar bisa dibilang “terbuka beneran”, pemerintah kudu:

  • Nyediain info publik yang gampang diakses,
  • Buka jalur partisipasi warga,
  • Dan punya sistem akuntabilitas yang bisa diukur (bukan sekadar janji manis doang).

Oh iya, di era digital sekarang, teknologi tuh kuncinya banget! Dari opening-governance.org dijelasin, portal data publik, aplikasi pengaduan online, sampe sistem digital pemerintahan tuh ngebantu banget buat bikin semua proses lebih transparan dan interaktif.

💡 Kenapa Open Governance Itu Penting?

Nah, ini nih alasan kenapa konsep ini worth it banget buat diterapkan.

Pertama, menurut opening-governance.org, keterbukaan info publik bikin masyarakat lebih percaya sama pemerintah. Kalau warga tahu gimana proses dan hasil kebijakan dibuat, mereka bakal lebih respect dan mau ikut berpartisipasi.

Kedua, dari opengov.uclg.org, open governance itu bisa nyatuin pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan komunitas sipil buat bareng-bareng nyari solusi. Jadi, kebijakan yang keluar bukan cuma “buat warga”, tapi juga “bareng warga”.

Bayangin, kalau semua pihak bisa kolab bareng, hasilnya pasti lebih keren dan nyentuh kebutuhan real di lapangan. ✨

🧭 Contoh Nyata di Lapangan

Di beberapa daerah, konsep ini udah mulai dicoba, lho. Misalnya:

  • Pemerintah buka portal data publik biar warga bisa ngintip anggaran dan proyek pemerintah.
  • Ada juga forum konsultasi publik (baik online maupun offline) buat ngedengerin aspirasi warga sebelum kebijakan dijalanin.
  • Beberapa daerah bahkan udah rutin publish laporan kinerja dan audit publik biar semua bisa tahu apa yang udah dikerjain pemerintah.

Keren sih, tapi sayangnya gak semua daerah bisa langsung mulus kayak gitu. 😅

🚧 Tantangan Besarnya: SDM dan Kapasitas Institusi Masih Kureng!

Nah ini dia biang keroknya. Menurut penelitian dari Journal of UIN SGD Bandung, banyak pemerintah daerah yang masih “gagap” pas mau nerapin open governance.

Kenapa? Karena:

  1. Budaya birokrasi masih kaku banget. Banyak pejabat belum terbiasa kerja transparan.
  2. Teknologi belum siap. Sistem digitalnya belum merata, bahkan kadang jaringan internet aja susah.
  3. SDM terbatas. Masih banyak aparatur yang belum paham cara ngelola data publik atau ngoperasikan platform digital.

Studi dari LPPSP Semarang Journal juga bilang, lemahnya kemampuan teknis bikin prinsip transparansi dan partisipasi belum bisa dijalankan secara efektif.

Bahkan menurut Jurnal Unipasby, meski udah ada UU Keterbukaan Informasi Publik, di lapangan banyak yang belum ngerti gimana cara terapinnya.

Ejournal FISIP Unjani juga nambahin, infrastruktur digital di banyak daerah tuh masih amburadul. Jadi mau bikin portal data aja ribetnya minta ampun.

Akhirnya muncul fenomena yang sering banget disebut para peneliti: “Open government in form, but not in substance.”

Alias, pemerintahnya keliatan terbuka di atas kertas, tapi prakteknya masih tertutup banget. 😬

💪 Solusi Biar Open Governance Gak Cuma Jadi Wacana

Tapi tenang, bukan berarti gak bisa dibenerin. Nih beberapa langkah yang bisa (dan harus) dilakuin biar open governance jalan beneran:

  1. Upgrade skill pegawai daerah. Kasih pelatihan tentang teknologi, data, dan pelayanan publik digital.
  2. Benahin sistem internal. Bikin standar publikasi data yang jelas, sistem pengaduan online, dan audit transparansi.
  3. Bangun infrastruktur digital. Dari portal data publik sampe layanan online yang gampang diakses siapa aja.
  4. Butuh dukungan politik. Kepala daerah kudu komit, bukan cuma numpang keren pake jargon “pemerintahan terbuka”.
  5. Kolaborasi lintas sektor. Gandeng komunitas, kampus, dan swasta buat bikin aplikasi atau forum warga yang interaktif.

Kalau semua itu dijalanin serius, bukan gak mungkin pemerintahan daerah kita bisa bener-bener terbuka dan makin dipercaya masyarakat. 🌟

Open governance itu konsep kece dan masa depan banget buat pemerintahan Indonesia. Tapi, tanpa SDM yang melek digital dan sistem yang siap, ya hasilnya cuma jadi slogan doang.

Kuncinya ada di kolaborasi, komitmen, dan kemauan buat berubah. Karena transparansi bukan cuma soal buka data, tapi juga soal ngebuka cara berpikir baru: pemerintah dan rakyat itu satu tim, bukan dua kubu yang curiga-curigaan terus. 💬🇮🇩

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Jumat 7 November 2025 Lukas 16:1-8 dan Renungan Harian Katolik, Hari Jumat Pertama XXXI

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada...

More Articles Like This

Favorite Post