Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 3 November 2025.
Kalender Liturgi hari Senin 3 November 2025 merupakan Hari Senin Biasa XXXI, Perayaan fakultatif Santo Martinus de Porrez, Pengaku Iman, Santo Hubertus, Pengaku Iman, Santo Malakios dari Armagh, Pengaku Iman dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 3 November 2025:
Bacaan Pertama: Rm. 11:29-36
Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka,
demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan.
Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua.
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan : Mzm. 69:30-31,33-34,36-37
Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur;
pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.
Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.
Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya.
anak cucu hamba-hamba-Nya akan mewarisinya, dan orang-orang yang mencintai nama-Nya akan diam di situ.
Bait Pengantar Injil : Yohanes 8:31b-32
Ref. Alelluya.
Jika kalian tetap dalam firman-Ku, kalian benar-benar murid-Ku, dan kalian akan mengetahui kebenaran.
Bacaan Injil : Lukas 14:12-14
Janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, melainkan undanglah orang-orang miskin dan cacat.
Yesus bersabda kepada orang Farisi yang mengundang Dia makan, “Bila engkau mengadakan perjamuan siang atau malam, janganlah mengundang sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu,
atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula, dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
Tetapi bila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta.
Maka engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalas engkau. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 3 November 2025
Bacaan Pertama dari surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma mengingatkan kita tentang kedalaman kasih Allah. Allah tidak menyesali panggilan-Nya, dan kemurahan-Nya melampaui segala perhitungan manusia. Bahkan ketika kita atau orang lain gagal, Allah tetap menyimpan rencana keselamatan bagi setiap orang. Bayangkan sejenak betapa sabarnya Allah terhadap kita. Kita mungkin sering merasa bersalah, merasa tidak cukup baik, atau takut ditinggalkan karena kelemahan kita. Namun, hari ini Firman Allah menegaskan: tidak ada kesalahan manusia yang mampu menutupi kemurahan Tuhan. Dia mengundang kita untuk melihat hidup ini dari perspektif-Nya yang luas, penuh hikmat, yang tidak bisa diselami sepenuhnya oleh akal kita. Ini adalah undangan untuk percaya—percaya bahwa di tengah ketidakadilan, kesalahan, atau kekurangan, Allah tetap hadir dengan kasih yang tak terbatas.
Lalu, dalam Injil Lukas, Yesus mengajarkan tentang cara kita memperlakukan sesama dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering mengundang orang yang kita kenal, yang bisa membalas, yang membuat kita nyaman. Itu manusiawi, wajar, bahkan logis. Tetapi Yesus menantang logika kita: undanglah mereka yang miskin, yang lemah, yang tidak mampu membalas. Mengapa? Karena di situlah kasih sejati diuji—bukan dalam hubungan yang saling menguntungkan, tapi dalam memberi tanpa berharap balasan. Dalam dunia yang serba transaksional ini, pesan Yesus terasa radikal. Dia menuntun kita untuk melihat orang lain dengan mata hati, bukan mata materi atau keuntungan pribadi. Ketika kita berani membuka meja dan hati bagi yang kurang beruntung, kita mengalami sukacita yang berbeda—sukacita yang tak ternilai, yang akan dibalas di surga. Ini bukan sekadar moralitas, tapi cara hidup yang membuat iman kita menjadi nyata, konkret, dan menyentuh kehidupan nyata.
Bayangkan dalam hidup sehari-hari: seorang tetangga yang kesepian, seorang teman yang terpinggirkan, atau seorang kolega yang sering diabaikan. Mengundang mereka, sekadar berbagi waktu, senyum, perhatian, atau makanan, itu adalah tindakan kecil yang mencerminkan Kerajaan Allah. Bukan karena mereka bisa membalas, tapi karena di mata Allah, setiap tindakan kasih yang tulus adalah investasi kekal. Dan di sanalah kita belajar ketulusan, empati, dan kerendahan hati. Kita belajar bahwa hidup bukan soal siapa yang lebih kaya, lebih berkuasa, atau lebih populer, tapi soal siapa yang berani membuka hati dan tangan untuk sesama, bahkan bagi mereka yang tidak bisa membalas.
Hari ini, mari kita merenungkan: adakah meja hidup kita yang hanya diisi oleh orang-orang yang “bisa membalas”? Adakah kesempatan untuk menjadi tangan Allah bagi mereka yang miskin, lemah, atau terpinggirkan yang kita abaikan karena dianggap merepotkan atau tidak menguntungkan? Yesus menantang kita untuk melampaui logika manusia, untuk menghidupi iman yang nyata, dan menemukan kebahagiaan sejati dalam memberi tanpa berharap kembali.
Kasih Allah dan panggilan-Nya bagi kita tidak pernah salah. Sukacita yang Yesus janjikan bukan sekadar untuk sesaat, tapi kekal. Maka, dalam tindakan sehari-hari, mari kita membuka mata, telinga, dan hati kita untuk orang-orang yang sering dilupakan, dan di situ kita akan menemukan wajah Allah yang nyata—Allah yang selalu memberi, selalu setia, selalu mengasihi tanpa syarat. Amin.
Doa Penutup
Tuhan, ajar aku membuka hati bagi sesama yang miskin dan lemah. Bimbing aku memberi tanpa berharap balasan, melihat dengan mata-Mu, mengasihi seperti Engkau mengasihi. Jadikan hidupku cermin kemurahan-Mu, penuh iman, sukacita, dan kasih yang nyata setiap hari. Amin.
