Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 1 November 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 1 November 2025 merupakan Hari Sabtu XXX, Hari Raya Semua Orang Kudus dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 1 November 2025:
Bacaan Pertama: Why 7:2-4.9-14
Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya; mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa.
Aku, Yohanes, melihat seorang malaikat muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup. Dengan suara nyaring ia berseru kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, katanya, “Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!”
Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.
Kemudian dari pada itu aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih, dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Dengan suara nyaring mereka berseru, “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta, dan bagi Anak Domba!” Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta, tua-tua dan keempat makhluk yang ada di sekeliling takhta itu.
Mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah sambil berkata, “Amin! Puji-pujian dan kemuliaan, hikmat dan syukur, hormat, kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!”
Seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku, “Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu, dan dari manakah mereka datang?” Maka kataku kepadanya, “Tuanku, Tuan mengetahuinya!” Lalu ia berkata kepadaku, “Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan besar! Mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-2.3-4ab.5-6
Ref: Inilah angkatan orang-orang yang mencari wajah-Mu, ya Tuhan.
Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya, jagat dan semua yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya bumi di atas lautan, dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
Siapakah yang boleh naik ke gunung Tuhan? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus? Orang-orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan.
Dialah yang akan menerima berkat dari Tuhan dan keadilan dari Allah, penyelamatnya. Itulah angkatan orang-orang yang mencari Tuhan, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.
Bacaan Kedua: 1Yoh 3:1-3
Kita akan melihat Kristus dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Saudara-saudara terkasih, Lihatlah, betapa besar kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah,dan memang kita sungguh anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.
Saudara-saudaraku yang kekasih,sekarang kita ini sudah anak-anak Allah, tetapi bagaimana keadaan kita kelak belumlah nyata. Akan tetapi kita tahu bahwa, apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, ia menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil:Mat 11:28
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Bacaan Injil: Mat 5:1-12a
Bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga.
Sekali peristiwa ketika melihat banyak orang yang datang, Yesus mendaki lereng sebuah bukit. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya. Lalu Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat; bersukacita dan bergembiralah,karena besarlah ganjaranmu di surga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 1 November 2025
Renungan Hari Raya Semua Orang Kudus – Sabtu, 1 November 2025
Bacaan: Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a
Saudara-saudari terkasih, hari ini Gereja merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus—hari penuh sukacita, hari ketika kita menatap ke surga bukan dengan rasa jauh atau tak terjangkau, tetapi dengan harapan bahwa kita pun dipanggil menuju kesucian yang sama. Hari ini, kita diingatkan bahwa menjadi kudus bukanlah panggilan bagi segelintir orang suci yang gambarnya terpajang di dinding gereja atau yang namanya tercatat dalam kalender liturgi. Tidak. Kesucian adalah panggilan bagi setiap orang yang mau hidup di dalam kasih Allah, bagi setiap anak-anak-Nya yang mau berjalan setia di tengah dunia yang penuh tantangan ini.
Dalam bacaan pertama dari Kitab Wahyu, Yohanes mendapat penglihatan tentang sekumpulan besar orang banyak—tak terhitung jumlahnya—dari segala bangsa dan bahasa, yang berdiri di hadapan takhta Allah, memakai jubah putih dan memegang daun palem di tangan. Mereka ini bukan orang-orang yang hidupnya tanpa penderitaan. Mereka adalah orang yang “keluar dari kesusahan besar,” yang mencuci jubah mereka dalam darah Anak Domba. Gambaran ini begitu kuat. Orang kudus bukan mereka yang tidak pernah jatuh, tetapi mereka yang mau dibersihkan oleh Kristus; bukan mereka yang tak pernah berdosa, melainkan mereka yang tak berhenti kembali kepada Tuhan setiap kali terjatuh.
Menjadi kudus berarti percaya bahwa darah Kristus lebih kuat dari segala kelemahan kita. Menjadi kudus berarti tetap berdiri di hadapan Tuhan dengan hati yang telah disucikan oleh kasih-Nya, bukan oleh kesempurnaan diri.
Dalam bacaan kedua, Santo Yohanes menegaskan identitas kita yang terdalam: “Lihatlah betapa besar kasih Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah.” Ini dasar dari segalanya. Kesucian bukan sesuatu yang harus kita kejar dengan kekuatan kita sendiri, tetapi sesuatu yang tumbuh karena kita adalah anak-anak Allah. Kita menjadi kudus bukan karena kita hebat, melainkan karena kita dikasihi. Ketika kita menyadari hal ini, maka kita mulai hidup dengan cara yang berbeda. Kita tak lagi haus pengakuan dunia, kita tak lagi menilai diri berdasarkan pencapaian, tapi kita mulai melihat segala sesuatu dengan mata kasih yang sama seperti Bapa melihat kita.
Lalu Injil hari ini membawa kita ke bukit tempat Yesus duduk dan mengajar tentang sabda bahagia. Sembilan kali Yesus mengucapkan “Berbahagialah…” bukan untuk meninabobokan kita, melainkan untuk membalik cara pandang dunia tentang kebahagiaan. Dunia berkata, “Berbahagialah yang kaya, kuat, berkuasa, dan terkenal.” Tapi Yesus berkata, “Berbahagialah yang miskin di hadapan Allah.” Dunia berkata, “Berbahagialah yang tidak pernah menderita.” Tapi Yesus berkata, “Berbahagialah yang berdukacita.” Dunia berkata, “Berbahagialah yang menang dengan cara apa pun.” Tapi Yesus berkata, “Berbahagialah yang lemah lembut, yang membawa damai, yang dianiaya demi kebenaran.”
Sabda bahagia bukan teori hidup rohani yang tinggi, tetapi cara Yesus menunjukkan jalan menuju kebahagiaan sejati—kebahagiaan yang tidak tergantung pada keadaan, tetapi berakar dalam relasi dengan Allah. Inilah jalan para kudus: mereka yang miskin di hadapan Allah, yang berani menangis bersama sesama, yang tetap lembut ketika dunia keras, yang tetap membawa damai meski disakiti, yang tetap setia meski dianiaya. Mereka menemukan sukacita bukan dalam keberhasilan duniawi, tetapi dalam kesetiaan pada Kristus.
Saudara-saudari terkasih, di tengah dunia sekarang ini—dunia yang cepat menghakimi, dunia yang mendorong kita untuk selalu tampil sempurna—sabda bahagia menjadi cermin yang menyejukkan. Yesus tidak memanggil kita menjadi “orang sukses,” tetapi menjadi “orang berbahagia” menurut cara Allah. Dan itu berarti: menjadi orang yang rendah hati, lembut, penuh belas kasih, setia, dan tulus. Mungkin di mata dunia kita tampak kalah, tapi di mata Allah, kita sedang menapaki jalan para kudus.
Maka, di Hari Raya Semua Orang Kudus ini, marilah kita berhenti sejenak dan bertanya kepada diri sendiri: apakah aku sungguh percaya bahwa aku pun dipanggil menjadi kudus? Bukan nanti kalau aku sudah sempurna, tapi sekarang—dalam keseharian, dalam pekerjaan, dalam keluarga, dalam segala keterbatasanku. Kesucian tumbuh dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan kasih besar: senyum yang tulus, kesabaran di tengah amarah, kejujuran saat tak ada yang melihat, pengampunan yang sulit, doa yang sederhana tapi setia.
Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus bukan dengan meniru hidup orang lain, tetapi dengan membiarkan Kristus hidup di dalam diri kita. Karena pada akhirnya, kesucian bukan soal seberapa banyak kita berbuat, tetapi seberapa dalam kita mengasihi. Dan ketika kasih itu mulai mengalir dalam hidup kita, di situlah kita mulai mencicipi kebahagiaan sejati—kebahagiaan yang dijanjikan Yesus: “Bersukacitalah dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga.”
Semoga kita berani berjalan di jalan para kudus, jalan yang sederhana tapi penuh kasih, jalan yang mungkin sepi tapi menuju kebahagiaan sejati bersama Allah. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk hidup sederhana dan tulus di hadapan-Mu. Jadikan hatiku lembut, sabar, dan penuh kasih. Dalam kelemahan, kuatkan imanku agar aku setia mengikuti jalan-Mu menuju kesucian sejati bersama-Mu setiap hari. Amin.
