Dunia maya lagi panas banget nih, guys! Nama Calista Amore Manurung, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (UNUD), Bali, tiba-tiba jadi trending di berbagai platform.
Kenapa? Karena dia diduga ikut terseret dalam kasus perundungan (alias bullying) yang berujung tragis pada meninggalnya Timothy Anugerah Saputra, mahasiswa FISIP UNUD.
Dan plot twist-nya: Calista disebut-sebut lagi koas alias jadi calon dokter di RS Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar. 😬 Netizen pun langsung auto-spekulasi: bener nggak sih?
💬 Kronologi Singkat: Dari Grup Chat ke Sorotan Nasional
Awalnya, kasus ini pecah setelah Timothy ditemukan meninggal dunia pada Rabu, 15 Oktober 2025, diduga karena bunuh diri setelah mengalami tekanan sosial dan dugaan perundungan dari teman-temannya.
Nggak lama setelah kabar duka itu beredar, muncul tangkapan layar grup WhatsApp yang isinya bikin netizen geleng kepala. Beberapa peserta grup diduga meledek kematian Timothy dengan komentar yang super nggak peka, kayak:
“Gaberasa lt 2 mah.”
“Visit yu.”
“Nanggung banget kalau bunuh diri dari lantai 2 yak.”
Dan di sinilah nama Calista Amore ikut disebut sebagai salah satu pengirim pesan tersebut. Netizen pun langsung naik pitam. 😡
🏥 Koas di RS Mana Sih? Fakta atau Cuma Isu?
Nah, ini yang bikin makin panas, gengs. Berdasarkan info yang berseliweran di TikTok dan X (Twitter), Calista disebut lagi menjalani koas di RS Prof. Dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar. Tapi sampai sekarang, belum ada konfirmasi resmi dari pihak rumah sakit atau kampus.
Artinya, status itu masih abu-abu banget — antara fakta atau cuma kabut spekulasi.
Tapi netizen jelas nggak tinggal diam. Banyak yang merasa risih dan takut kalau dugaan itu benar. Komentarnya pedes-pedes banget:
“Serem sih kalo dokter kayak gini yang nanganin pasien.”
“Mau sehat malah kena mental 😭.”
“Koas tapi kurang empati, aduh dunia kesehatan makin ngeri.”
🧠 Realita vs Etika: Ketika Calon Dokter Diuji Karakter
Di luar gosipnya, kasus ini membuka diskusi yang jauh lebih penting, guys: soal etika dan empati calon tenaga medis.
Banyak orang mulai nanya, gimana mungkin seorang calon dokter — profesi yang seharusnya menjunjung tinggi kemanusiaan — bisa ikut bercanda soal tragedi?
Publik menuntut transparansi dari pihak kampus dan rumah sakit. Bahkan, beberapa warganet bikin petisi online biar kasus ini diselidiki sampai tuntas.
Rektor UNUD sendiri udah bilang kalau pihaknya nggak bakal mentolerir kekerasan dalam bentuk apa pun, baik verbal maupun nonverbal. Tapi ya, publik masih menunggu langkah tegas yang nyata — bukan cuma statement doang.
Sementara itu, di dunia maya, “detektif TikTok” dan “CSI Twitter” udah mulai ngulik akun-akun yang diduga terkait, termasuk Calista. Kata kunci “Calista Amore koas” bahkan sempat nongkrong di trending search Google.
Ada juga rumor bahwa Calista masih terlihat beraktivitas seperti biasa di RS tempat dia koas. Beberapa warganet yang ngaku “lihat langsung” bilang dia bahkan masih bisa ketawa-ketawa kayak nggak ada beban.
Tapi ingat ya, guys — di tengah badai opini publik, kita tetap harus cross-check fakta dulu. Jangan asal sebar sebelum ada pernyataan resmi.
Kasus ini jelas jadi wake-up call buat semua pihak — terutama di dunia pendidikan dan kesehatan. Empati itu bukan sekadar teori, tapi harus jadi bagian dari karakter.
Kalau bener Calista Amore memang koas di RS dan ikut dalam percakapan yang nggak sensitif itu, ya wajar aja publik kecewa. Tapi kalau ternyata cuma rumor, berarti ini juga pelajaran buat kita semua biar nggak gampang main hakim di medsos.
Yang pasti, publik lagi nunggu banget klarifikasi resmi dari kampus dan RS terkait. Karena di era digital sekarang, bukan cuma kemampuan akademik yang diuji, tapi juga hati dan empati. ❤️🔥