Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 3 Juni 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 3 Juni 2025 merupakan Hari Selasa Biasa Pekan VII Paskah, Peringatan Wajib Santo Karolus Lwanga, Martir Uganda, Santa Klotilda Pengaku Iman, Santo Kevin, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Merah.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 3 Juni 2025:
Bacaan Pertama Kis 20:17-27
Aku dapat mencapai garis akhir, dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus.
Dalam perjalanannya ke Yerusalem Paulus menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus. Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka, “Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan.
Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu.
Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumahmu. Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem, dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain apa yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku,
bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.
Sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah. Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih; tidak bersalah terhadap siapa pun yang akan binasa. Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 68:10-11.20-21
Ref: Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah!
Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah; Tanah milik-Mu yang gersang Kaupulihkan, sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana; dalam kebaikan-Mu Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas.
Terpujilah Tuhan! Hari demi hari Ia menanggung beban kita; Allah adalah keselamatan kita. Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan, Allah, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.
Bait Pengantar Injil Yoh 14:16
Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.
Bacaan Injil Yoh 17:1-11a
Bapa, permuliakanlah Anak-Mu.
Dalam perjamuan malam terakhir Yesus menengadah ke langit dan berdoa, “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup,
demikian pula Anak-Mu akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk kulakukan. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia.
Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku, dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka, dan mereka telah menerimanya.
Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu, dan segala milik-Mu adalah milik-Ku dan milik-Ku adalah milik-Mu, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Aku tidak lagi ada di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 3 Juni 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita diajak merenungkan dua perpisahan yang sangat menyentuh hati. Yang pertama datang dari Rasul Paulus, dan yang kedua dari Tuhan kita, Yesus Kristus sendiri.
Dalam bacaan pertama, kita mendengar kata-kata Paulus yang sangat manusiawi. Ia tahu bahwa akhir pelayanannya sudah dekat. Ia tahu bahwa jalan yang akan ditempuh bukan jalan mulus, tapi jalan penderitaan. Tapi apa kata Paulus? “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku.”
Luar biasa. Paulus tahu bahwa hidup ini bukan soal enaknya saya, suksesnya saya, amannya saya, tapi tentang satu hal: setia menjalankan tugas yang Tuhan beri. Ia tidak mengeluh, tidak menyerah, tidak lari. Paulus menghayati hidupnya sebagai sebuah misi. Bukan tentang dirinya, tapi tentang Tuhan dan umat yang dilayaninya.
Lalu dalam Injil, kita mendengar doa Yesus kepada Bapa-Nya sebelum Ia menderita. Doa ini sangat indah. Isinya bukan tentang ketakutan, tapi tentang pemuliaan. “Bapa, permuliakanlah Anak-Mu.” Tapi bukan untuk kemuliaan yang egois, melainkan agar melalui kemuliaan itu, Bapa pun dimuliakan.
Dan Yesus berdoa bukan untuk dunia, tetapi untuk para murid-Nya — termasuk kita semua. Ia tidak lagi tinggal secara fisik di dunia, tetapi kita yang masih tinggal di dunia ini, kita didoakan-Nya. Luar biasa. Yesus tahu bahwa kita ini rapuh, lemah, kadang salah arah — tapi tetap Ia percaya dan menyerahkan kita kepada Bapa.
Saudara-saudari, apa yang bisa kita pelajari dari dua tokoh ini: Paulus dan Yesus?
Satu kata kunci: kesetiaan.
Hari ini kita diajak bertanya: Apakah saya hidup hanya untuk kenyamanan saya? Atau saya hidup sebagai orang yang menjalani hidup ini dengan misi? Apakah saya seorang yang hanya ingin semuanya lancar, atau saya siap untuk tetap setia meski harus menangis, meski harus menderita?
Paulus dan Yesus bukan orang yang tidak pernah mengalami air mata. Tapi mereka tidak mundur. Mereka tidak hidup untuk diri sendiri. Mereka hidup untuk melayani — dengan rendah hati, dengan kasih, dengan kesetiaan.
Dan kita semua, entah kita seorang guru, seorang ibu rumah tangga, pegawai, mahasiswa, pensiunan, anak muda, atau lansia — semua kita dipanggil untuk menyelesaikan tugas hidup kita dengan setia.
Kadang tugas itu sederhana: menjadi ayah yang hadir di rumah, menjadi ibu yang sabar membimbing anak-anak, menjadi anak yang setia menjaga orang tua, menjadi teman yang bisa diandalkan, menjadi pekerja yang jujur walau tidak dilihat.
Mungkin tidak ada yang akan memberi kita penghargaan. Tidak ada kamera, tidak ada pujian. Tapi Tuhan melihat kesetiaan itu.
Dan kalau Yesus saja berdoa untuk kita — agar kita kuat dan setia — mengapa kita takut?
Ia sudah mendoakan kita. Maka jangan takut. Teruslah melayani. Teruslah mencintai. Teruslah melangkah.
Seperti kata Paulus: “Aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir.”
Semoga saat kita sampai di garis akhir nanti, kita pun bisa berkata kepada Tuhan:
“Bapa, aku telah menyelesaikan tugasku. Aku telah berusaha setia. Terimalah aku.” Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, tuntun aku untuk setia dalam tugas hidupku, walau penuh tantangan. Ajarlah aku melayani dengan rendah hati, mencintai tanpa pamrih, dan percaya bahwa Engkau selalu menyertai. Semoga hidupku memuliakan-Mu dalam setiap langkah dan pilihan. Amin.