Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 7 Juni 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 7 Juni 2025 merupakan Hari Sabtu Biasa Pekan VII Paskah, Hari Sabtu Imam, Santa Anne dari Santo Bartolomeus, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 7 Juni 2025:
Bacaan Pertama Kisah Para Rasul 28:16-20.30-31
Setelah tiba di Roma, Paulus yang dalam tahanan diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya.
Tiga hari kemudian Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa Yahudi, dan setelah mereka berkumpul, Paulus berkata, “Saudara-saudara, aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat-istiadat nenek moyang kita!
Meskipun demikian aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma. Setelah aku diperiksa, mereka bermaksud melepaskan aku, karena tidak terdapat suatu kesalahan pun padaku yang setimpal dengan hukuman mati.
Akan tetapi orang-orang Yahudi menentangnya, dan karena itu terpaksalah aku naik banding kepada Kaisar, tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku. Itulah sebabnya aku meminta, supaya boleh bertemu dan berbicara dengan kamu, sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.”
Dua tahun penuh Paulus tinggal di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 11:4.5.7
Ref. Orang yang tulus akan memandang wajah-Mu, ya Tuhan.
Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus; Tuhan, takhta-Nya di surga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia.
Tuhan menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. Sebab Tuhan adalah adil, dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.
Bait Pengantar Injil Yohanes 16:7.13
Ref. Alleluya, alleluya.
Aku akan mengutus Roh Kebenaran kepadamu, sabda Tuhan. Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.
Bacaan Injil Yohanes 21:20-25
Setelah Yesus yang bangkit berkata kepada Petrus, “Ikutlah Aku,” Petrus berpaling dan melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus; dia inilah yang berkata, “Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?”
Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, dan yang telah menuliskannya; dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.
Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu persatu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 7 Juni 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendekati akhir masa Paskah. Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk merenungkan kesetiaan dalam mengikuti Yesus, terlepas dari situasi yang kita alami, dari pertanyaan-pertanyaan dalam hati kita, bahkan dari hal-hal yang tidak kita mengerti.
Lihatlah Rasul Paulus dalam Bacaan Pertama. Ia tiba di Roma sebagai tahanan. Tapi apa yang luar biasa? Di tengah pembatasan fisik—karena ia diawasi prajurit—Paulus tidak membatasi semangat pewartaannya. Dua tahun ia tinggal di rumah sewaan, tapi rumah itu bukan tempat keluh kesah. Itu menjadi tempat perjumpaan, tempat pengajaran, tempat kabar sukacita dibagikan.
Saudara-saudari, banyak dari kita juga punya “tahanan” kita masing-masing. Ada yang dibatasi oleh usia, oleh sakit, oleh situasi ekonomi, bahkan oleh luka batin. Tapi hari ini, kita diingatkan: iman itu bukan soal kondisi, tapi komitmen. Paulus tidak bisa keliling lagi seperti dulu, tapi ia tetap setia. Ia menjadikan keterbatasannya ladang misi.
Pertanyaannya bagi kita:
Apakah kita tetap bisa bersaksi tentang Kristus dalam keadaan kita sekarang?
Bukan nanti kalau hidup sudah nyaman, bukan nanti kalau semuanya lancar. Tapi hari ini, di rumah kita, di tempat kerja kita, dalam percakapan kita, dalam cara kita menghadapi hidup—bisakah orang lain melihat Kristus di situ?
Lalu dalam Injil, kita bertemu Petrus dan murid yang dikasihi Yesus. Setelah Yesus berkata kepada Petrus, “Ikutlah Aku,” Petrus langsung menoleh dan bertanya, “Tuhan, bagaimana dengan dia ini?”
Sikap ini sangat manusiawi, bukan? Kita sering begitu.
Yesus memanggil kita, tapi kita malah menoleh, membandingkan hidup kita dengan orang lain.
“Kenapa dia hidupnya lebih enak?”
“Kenapa saya harus menderita lebih banyak?”
“Kenapa saya kehilangan, sementara orang lain tidak?”
Jawaban Yesus jelas:
“Itu bukan urusanmu. Engkau, ikutlah Aku.”
Saudara-saudari terkasih,
Yesus tidak pernah memanggil kita berdasarkan perbandingan.
Ia memanggil kita secara pribadi, unik, dan istimewa.
Dan panggilan itu selalu sederhana: Ikutlah Aku.
Bukan ikut orang lain, bukan ikut kata dunia, bukan ikut jalan yang mudah. Tapi ikut Dia—dalam suka dan duka, dalam terang maupun gelap.
Terkadang kita tidak mengerti semuanya. Seperti yang dikatakan penulis Injil hari ini: “Masih banyak hal lain yang Yesus perbuat, tapi tidak semuanya dituliskan.” Ini pengakuan bahwa tidak semua bisa dijelaskan dengan logika. Ada misteri. Tapi yang bisa kita pegang adalah kesaksian tentang kasih dan kebenaran-Nya—itu nyata. Itu cukup.
Maka hari ini marilah kita belajar tiga hal sederhana: Pertama Seperti Paulus, mari kita tetap menjadi saksi Kristus dalam segala situasi, bahkan saat kita “terbatas”.
Kedua Seperti Petrus, mari kita berhenti membandingkan hidup kita dengan orang lain dan mulai fokus untuk setia pada panggilan kita sendiri.
Dan ketiga seperti murid yang dikasihi, mari kita terus bersaksi dengan hidup kita, meskipun tidak semua dapat dimengerti—karena kasih Kristus lebih besar daripada pengetahuan kita.
Saudara-saudari yang terkasih,
Mari kita bawa renungan ini dalam hidup sehari-hari. Kita mungkin tidak sehebat para rasul, tapi kita semua bisa menjadi saksi Kristus—di keluarga kita, di lingkungan kerja, di komunitas, bahkan lewat kesabaran, lewat kesetiaan, dan lewat kasih yang tulus. Karena orang yang tulus akan memandang wajah Tuhan. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajar aku setia mengikuti-Mu tanpa membandingkan diriku dengan orang lain. Dalam segala keterbatasanku, jadikan hidupku tempat hadirnya kasih-Mu. Kuatkan aku untuk bersaksi tentang Engkau dengan tulus, sederhana, dan nyata setiap hari. Amin.