Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 16 Juni 2025.
Kalender Liturgi hari Senin 16 Juni 2025 merupakan Hari Senin Biasa, Santa Yulita dan Santo Cyriacus, Martir, Santa Ludgardis, Perawan, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 16 Juni 2025:
Bacaan Pertama 2Kor 6:1-10
Dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami ini pelayan Allah.
Saudara-saudara, sebagai teman-teman sekerja, kami menasihati kalian, janganlah sia-siakan kasih karunia yang telah kalian peroleh dari Allah. Sebab Allah bersabda, “Pada waktu Aku berkenan,
Aku akan mendengarkan dikau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Camkanlah, sekarang inilah saat perkenanan itu! Hari inilah hari penyelamatan itu!
Dalam segala hal kami tidak memberi alasan seorang pun tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela. Sebaliknya dalam segala hal kami menunjukkan, bahwa kami ini pelayan Allah, yaitu dalam menahan dengan penuh kesabaran segala penderitaan, kesesakan dan kesukaran,
dalam menanggung dera, dalam penjara dan kerusuhan, dalam berpayah-payah, dalam berjaga-jaga dan berpuasa; dalam kemurnian hati, pengetahuan, kesabaran dan kemurahan hati; dalam Roh Kudus dan kasih yang tidak munafik; dalam mewartakan kebenaran dan kekuasaan Allah;
dengan menggunakan senjata-senjata keadilan baik untuk menyerang ataupun untuk bertahan; ketika dihormati atau dihina; ketika diumpat atau dipuji; ketika dianggap sebagai penipu, namun terpercaya; sebagai orang yang tidak dikenal, namun terkenal; sebagai orang yang nyaris mati,
namun tetap hidup; sebagai orang yang dihajar, namun tidak mati; sebagai orang yang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, padahal kami memiliki segala sesuatu.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4
Ref: Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya.
Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya, Ia telah menyatakan keadilan-Nya di hadapan para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah, dan bermazmurlah!
Bait Pengantar Injil Mzm 119:105
Sabda-Mu adalah pelita bagi kakiku, dan cahaya bagi jalanku.
Bacaan Injil Mat 5:38-42
Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, “Kalian mendengar, bahwa dahulu disabdakan, ‘Mata ganti mata; gigi ganti gigi.’ Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.
Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berilah pipi kirimu. Bila orang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Bila engkau dipaksa mengantarkan seseorang berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.
Berikanlah kepada orang apa yang dimintanya, dan jangan menolak orang yang mau meminjam sesuatu dari padamu.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 16 Juni 2025
“Kesabaran yang Menghidupkan, Kasih yang Membebaskan”
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Ada sebuah kisah sederhana yang sering saya dengar dari umat:
Seorang ibu yang sudah sepuh, sabar merawat suaminya yang mulai pikun. Setiap hari ia mengulangi kalimat yang sama, menjawab pertanyaan yang sama, membersihkan kotoran, menuntun berjalan.
Ketika ditanya, “Ibu tidak lelah? Tidak marah?” Ia hanya menjawab, “Cinta itu bukan soal nyaman. Tapi tetap ada, tetap setia, walau rasanya ingin menyerah.”
Saudara-saudari, itulah cinta dalam rupa nyata. Kasih yang tidak bersyarat. Bukan kasih yang bersuara keras, tapi kasih yang tetap bertahan.
Bacaan pertama hari ini, dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus, berbicara tentang menjadi pelayan Allah. Tapi bukan pelayan yang duduk nyaman di belakang meja. Bukan pula yang populer dan disanjung. Paulus berkata:
“Kami ini pelayan Allah… dalam menahan dengan penuh kesabaran penderitaan, kesukaran… dalam kasih yang tidak munafik… sebagai orang miskin namun memperkaya banyak orang.”
Inilah wajah pelayan Tuhan — bukan dari jubah atau gelar, tapi dari kesetiaan dalam luka, pengampunan dalam ketidakadilan, dan kemurahan di tengah kekurangan.
Dan Injil hari ini menyentuh inti kehidupan Kristiani: “Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.”
Ini sulit, ya. Sangat sulit. Kalau ada yang menampar pipi kanan, secara naluriah kita ingin membalas. Tapi Yesus berkata: “Berilah pipi kirimu.” Bukan karena kita lemah. Tapi karena kita kuat di dalam kasih.
Yesus bukan mengajarkan supaya kita jadi korban terus-menerus, tapi mengajak kita untuk menghentikan lingkaran kekerasan dan kebencian. Untuk menunjukkan bahwa cinta jauh lebih kuat daripada balas dendam.
Pertanyaannya: Apakah ini masuk akal? Apakah bisa dijalani dalam dunia yang kejam?
Jawabannya: bisa, kalau kita tidak menjalankannya sendiri.
Karena Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk sabar, lemah lembut, dan penuh kasih.
Dan di situlah kita menemukan kekuatan: bukan dengan menguasai, tapi dengan melayani.
Saudara-saudari, Mungkin dalam hidup kita sedang merasa tidak adil. Mungkin kita sedang lelah berbuat baik, atau merasa seperti dicurangi terus.
Hari ini Tuhan mengingatkan: “Sekarang inilah saat perkenanan itu. Hari inilah hari penyelamatan itu.”
Artinya: kita tidak harus menunggu segalanya sempurna untuk hidup dalam kasih.
Kita bisa mulai sekarang — dari kesabaran di rumah, dari pengampunan kecil yang kita berikan, dari memberi tanpa mengharap kembali.
Mari kita menjadi pelayan Tuhan, bukan karena semua orang memuji, tapi karena kita ingin hidup seperti Yesus: Yang tidak membalas saat dicaci dan dilukai. Yang tetap mencintai… walau bahkan di salib. Dan di situlah keselamatan menjadi nyata — dalam hidup kita, dalam dunia kita. Amin.
Doa Penutup
Tuhan, ajarilah aku mencintai tanpa syarat, sabar dalam penderitaan, dan murah hati meski tak dibalas. Kuatkan aku untuk tidak membalas kejahatan, tetapi menjawabnya dengan kasih. Jadikan aku pelayan-Mu yang setia, dalam tindakan kecil yang nyata setiap hari. Amin.