Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 22 Juni 2025.
Kalender Liturgi hari Minggu 22 Juni 2025 merupakan HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS, Santo Paulinus dari Nola, Uskup dan Pengaku Iman, Santo Thomas Moore, Martir, Santo Yohanes Fischer, Uskup dan Martir, Beata Yulia Billiart, Biarawati, Santo Albanus, Martir, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 22 Juni 2025:
Bacaan Pertama Kej. 14:18-20
Melkisedek, raja Salem, adalah seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Ketika Abram kembali dari kemenangannya atas beberapa raja, Melkisedek membawa anggur dan roti, lalu memberkati Abram,
katanya, “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuh-musuhmu ke dalam tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepada Melkisedek sepersepuluh dari semua jarahannya.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 110:1,2,3,4
Ref. Inilah Tubuh-ku yang diserahkan bagimu. Inilah Darah-Ku yang ditumpahkan bagimu. Lakukanlah ini akan peringatan kepada-Ku.
Beginilah firman Tuhan kepada tuanku, “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuhmu Kubuat menjadi tumpuan kakimu.” Tongkat kuasamu akan diulurkan Tuhan dari Sion; berkuasalah Engkau di antara musuhmu!
Engkau meraja diatas gunung yang suci, sejak hari kelahiranmu, sejak dalam kandungan, sejak fajar masa mudamu. Tuhan telah bersumpah dan tidak akan menyesal, “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek”
Bacaan Kedua 1Kor. 11:23-26
Saudara-saudara, apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata:
“Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”
Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”
Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Yoh 6:51
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Akulah roti hidup yang telah turun dari surga, barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku yang Kuberikan untuk hidup dunia.
Bacaan Injil Luk. 9:11b-17
Sekali peristiwa Yesus berbicara kepada orang banyak tentang kerajaan Allah, dan Ia menyembuhkan orang-orang yang memerlukan penyembuhan.
Pada waktu hari mulai malam datanglah kedua belas murid kepada Yesus, dan berkata: “Suruhlah orang banyak itu pergi, supaya mereka pergi ke desa dan kampung-kampung sekitar ini untuk mencari tempat penginapan dan makanan, karena di sini kita berada di tempat yang sunyi.”
Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Kamu harus memberi mereka makan!” Mereka menjawab: “Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini.”
Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok.”
Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. Yesus mengambil lima roti dan dua ikan itu, lalu menengadah ke langit dan mengucap berkat, kemudian membagi-bagi roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.
Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak duabelas bakul.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Minggu 22 Juni 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita merayakan sebuah misteri yang begitu agung, begitu dalam, namun sekaligus sangat dekat dengan keseharian kita: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Dalam Ekaristi, Tuhan memberikan diri-Nya sendiri — bukan simbol, bukan hanya kenangan — tetapi sungguh-sungguh Tubuh dan Darah-Nya. Kita tak hanya mengenang-Nya, tetapi sungguh menerima-Nya.
Mari kita mulai dengan perjumpaan yang tampak sederhana tapi sarat makna dalam Bacaan Pertama. Seorang imam Allah Yang Mahatinggi bernama Melkisedek, datang membawa roti dan anggur, dan memberkati Abram. Ini bukan sekadar kisah sejarah; ini adalah gambaran awal, bayangan akan Ekaristi.
Roti dan anggur bukan hanya simbol kekuatan jasmani, tetapi perlambang berkat surgawi. Abram yang baru saja menang perang, tidak merayakan dengan pesta pora duniawi. Ia justru menerima berkat — dan ia memberi sepersepuluh dari miliknya. Ini bukan soal jumlah, tetapi tentang hati yang tahu bahwa kemenangan hidup berasal dari Tuhan, dan bahwa ketika Tuhan memberi, hati yang benar tahu membalas dengan syukur.
Lalu kita mendengar Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. “Pada malam waktu Ia diserahkan…” Bayangkan, justru di malam ketika pengkhianatan mulai menjalar, ketika gelap mulai datang, Yesus memilih untuk memberi. Bukan marah, bukan lari, bukan mengutuk.
Ia malah mengambil roti, mengucap syukur, dan berkata: Inilah Tubuh-Ku. Ia mengambil cawan, dan berkata: Inilah Darah-Ku. Di tengah pengkhianatan, Ia memberi diri sepenuhnya. Itu kasih sejati. Ia tidak menunggu dunia menjadi lebih baik dulu. Ia justru menjadi kebaikan itu sendiri, ditawarkan kepada dunia yang luka.
Dan Injil hari ini memperlihatkan wajah konkret dari Ekaristi: Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan. Dan di akhir, ada dua belas bakul sisa. Ini bukan semata mukjizat kelimpahan makanan. Ini adalah pengingat bahwa kasih Tuhan tak akan pernah habis. Ia tahu bahwa manusia tidak hanya lapar tubuh, tapi juga lapar akan makna, lapar akan penghiburan, lapar akan pengampunan, lapar akan pengharapan.
Yesus berkata, “Kamu harus memberi mereka makan.” Itu juga sabda untuk kita. Ia tidak bertanya berapa banyak yang kita punya. Ia hanya meminta kita menyerahkan apa yang ada — meski sedikit, meski hanya “lima roti dan dua ikan” kehidupan kita. Tuhan akan mengangkatnya, memberkatinya, dan membuatnya cukup — bahkan berlimpah — untuk dunia.
Saudara-saudari, Ekaristi bukan hanya soal menerima. Ekaristi juga soal menjadi. Menjadi roti yang dipecah bagi sesama. Menjadi anggur yang ditumpahkan dalam pengabdian dan pelayanan. Dalam dunia yang sering merasa kosong, lapar, kecewa, Tuhan mengundang kita bukan hanya untuk datang ke altar-Nya, tetapi menjadi perpanjangan kasih-Nya di luar altar itu.
Ketika kita merasa tak mampu, ketika hati kita letih karena perjalanan hidup, datanglah ke Ekaristi. Di situ ada Yesus yang tidak pernah lelah memberi. Dan saat kita pulang dari misa, jangan simpan Yesus dalam hati saja — bawalah Dia dalam tindakan. Dalam senyum pada yang lelah, dalam tangan yang mau menolong, dalam kata yang membangun, dalam pengampunan yang menyembuhkan.
Tubuh dan Darah Kristus bukanlah hadiah bagi yang sempurna, tetapi kekuatan bagi yang lemah. Bukan milik orang suci saja, tetapi makanan bagi para peziarah yang terus belajar menjadi suci.
Semoga setiap kali kita menyambut-Nya dalam Komuni Kudus, kita sungguh sadar: bahwa kita menerima kasih yang telah dipecahkan untuk kita, agar kita pun menjadi pribadi yang terbuka, yang memberi, yang menghadirkan Kristus bagi dunia yang lapar akan cinta sejati. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku menjadi roti yang dipecah bagi sesama, setia memberi dari yang sedikit, dan percaya pada kuasa-Mu yang melimpah. Dalam Ekaristi, kuatkan aku agar mampu mencintai, mengampuni, dan menjadi tanda kasih-Mu di dunia. Amin.