Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 28 Juni 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 28 Juni 2025 merupakan Hari Sabtu, Peringatan Wajib Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Santo Ireneus dari Lyons, Uskup dan Martir, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 28 Juni 2025:
Bacaan Pertama Yes. 61:9-11
Beginilah firman Tuhan, “Keturunan umat-Ku akan terkenal di antara para bangsa, dan anak cucu mereka di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati Tuhan.”
Aku bersukaria dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin pria yang mengenakan hiasan kepala dan seperti pengantin wanita memakai perhiasannya.
Sebab seperti bumi memancarkan tetumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan Allah akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Kidung Tanggapan 1Sam. 2:1,4-5,6-7.8abcd
Ref. Hatiku bersukaria karena Tuhan, Juru Selamatku.
Busur para pahlawan telah patah, tetapi orang-orang lemah dipersenjatai kekuatan. Orang yang dulu kenyang kini harus mencari nafkah, tetapi yang dulu lapar kini boleh beristirahat. Orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi ibu yang banyak anaknya menjadi layu.
Tuhan berkuasa mematikan dan menghidupkan, Ia berkuasa menurunkan ke dalam maut dan mengangkat dari sana. Tuhan membuat miskin dan membuat kaya. Ia merendahkan dan meninggikan juga.
Ia menegakkan orang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang miskin dari lumpur, untuk mendudukkannya di antara para bangsawan, dan memberi dia kursi kehormatan.
Bait Pengantar Injil Alleluya
Ref. Alleluya
Maria menyimpan segala perkara itu dalam hati dan merenungkannya.
Bacaan Injil Luk. 2:41-51
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.
Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.
Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam bait Allah; sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya, “Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku cemas mencari engkau.”
Jawab Yesus kepada mereka, “Mengapa Bapak-Ibu mencari Aku? Tidakkah tahu, bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?” Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 28 Juni 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita diundang untuk masuk ke dalam keheningan hati Maria, ke dalam perasaan cemas seorang ibu, ke dalam perjalanan pencarian yang begitu manusiawi, yang begitu dekat dengan keseharian kita.
Injil hari ini berbicara tentang Maria dan Yusuf yang kehilangan Yesus. Bayangkan… orang tua kehilangan anak mereka di tengah keramaian kota besar seperti Yerusalem. Mungkin kita pun pernah mengalami hal seperti itu—kehilangan orang yang kita kasihi, kehilangan arah, kehilangan harapan, kehilangan rasa aman. Dan dalam kepanikan itu, mereka mencari. Sehari penuh mereka berjalan, lalu kembali ke tempat asal, dan tiga hari kemudian barulah mereka menemukan-Nya. Tiga hari. Itu bukan waktu yang singkat bagi orang tua yang sedang panik.
Tapi mari kita perhatikan di mana Yesus ditemukan—di Bait Allah. Ia berada di rumah Bapa-Nya. Duduk, mendengarkan, dan bertanya. Bukan menggurui, bukan menghakimi. Mendengarkan dan bertanya. Di usia 12 tahun, Ia menunjukkan kepada kita satu kebijaksanaan: bahwa berada di rumah Bapa, di hadirat Allah, adalah tempat di mana manusia sungguh bertumbuh.
Kisah ini tidak hanya tentang kehilangan dan pencarian Yesus secara fisik. Ia lebih dalam dari itu. Ini adalah ajakan bagi kita semua untuk merenung: Apakah kita juga sedang kehilangan Yesus dalam hidup kita? Dalam kesibukan, dalam rutinitas, dalam ambisi, dalam luka, dalam kemarahan yang belum sembuh, apakah kita diam-diam telah kehilangan arah ke mana kita sedang menuju?
Kadang kita pikir Yesus masih ada di antara kerumunan hidup kita—di pekerjaan, di media sosial, di tengah pergaulan yang ramai. Tapi ketika hidup mulai terasa kosong, ketika kebisingan tak lagi memuaskan hati, kita mulai sadar: mungkin Yesus sudah tertinggal jauh, dan kita perlu berhenti sejenak, mundur, dan mencarinya kembali. Dan pencarian itu tidak selalu mudah, tidak selalu cepat. Bisa jadi, seperti Maria dan Yusuf, kita harus berjalan mundur… harus menanggung kecemasan dan ketidakpastian… tapi justru di situ Tuhan menanti kita.
Bacaan dari Yesaya memberi kita pengharapan: bahwa Tuhan yang kita cari bukan Tuhan yang jauh atau asing. Ia mengenakan pakaian keselamatan kepada kita. Ia menghiasi kita seperti pengantin yang bersukacita di hari pernikahannya. Tuhan ingin hidup kita penuh keindahan dan makna, bukan kesia-siaan. Tuhan menumbuhkan kebenaran dalam hidup kita, seperti bumi yang menumbuhkan benih.
Dan Mazmur hari ini, dari nyanyian Hana, menunjukkan bahwa Tuhan mampu membalikkan segalanya. Yang mandul bisa melahirkan. Yang miskin bisa ditinggikan. Yang kuat bisa patah. Ini bukan hanya soal mukjizat—tapi soal keadilan Allah yang bekerja dalam hidup nyata. Ia melihat kita. Ia tahu luka kita. Ia peduli.
Dan Maria… wanita yang agung itu… tidak selalu mengerti segalanya. Injil hari ini berkata: “Ia menyimpan semua perkara itu dalam hati dan merenungkannya.” Maria tidak menuntut jawaban seketika. Ia menampung misteri hidup dalam keheningan, dalam iman, dan dalam kasih. Kita pun diajak untuk belajar seperti Maria: menyimpan, merenung, dan terus berjalan bersama Tuhan, meskipun kita belum mengerti semuanya.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita diajak bukan hanya mencari Yesus yang mungkin mulai menghilang dari hidup kita, tetapi juga menyadari bahwa Ia sebenarnya selalu ada di rumah Bapa, di pusat hidup yang tenang dan penuh terang. Maukah kita kembali ke sana? Maukah kita mencari dan menemukan kembali Dia, bukan dengan tergesa, tapi dengan iman yang sabar seperti Maria?
Semoga kita semua dimampukan untuk bersukacita seperti Yesaya, untuk merenung seperti Maria, dan untuk percaya seperti Hana, bahwa Tuhan sungguh berkarya dalam hidup kita yang sederhana ini. Amin.
Doa Penutup
Tuhan, ajarilah aku untuk setia mencari-Mu di tengah kesibukan hidup. Ketika aku kehilangan arah, tuntunlah aku kembali ke rumah-Mu. Berilah aku hati seperi Bunda Maria, yang merenung dalam iman, dan sukacita Yesaya, yang percaya akan kasih dan karya-Mu. Amin.