Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 1 Juli 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 1 Juli 2025 merupakan, Hari Raya Darah Yesus Yang Maha Kudus, Harun, Imam Agung Israel, Beato Oliver Plunkett, Uskup Agung dan Martir, Santo Teodorikus, Abbas, Santo Pambo, Pertapa, Santo Simeon Salos, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Hijau.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 1 Juli 2025:
Bacaan Pertama Kejadian 19:15-29
Pada suatu pagi, di saat fajar menyingsing dua malaikat Tuhan mendesak Lot, agar segera berangkat, katanya, “Bangunlah, bawalah istrimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan sampai mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.”
Ketika Lot berlambat-lambat, maka tangannya, tangan istri dan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab Tuhan hendak mengasihani dia. Lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana.
Kemudian berkatalah salah seorang dari mereka, “Larilah, selamatkanlah dirimu. Janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di mana pun di Lembah Yordan. Larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati binasa.” Kata Lot kepada mereka, “Janganlah kiranya demikian, Tuanku.
Sungguh, hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan Tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku. Tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, aku pasti tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku.
Lihatlah di sana ada kota yang cukup dekat, kota itu kecil! Izinkanlah aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara.” Sahut malaikat itu kepadanya, “Baiklah, permintaanmu ini pun kukabulkan.
Kota yang kausebut itu takkan kujungkirbalikkan! Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana.” Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar.
Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar. Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api dari langit atas Sodom dan Gomora. Api itu berasal dari Tuhan.
Tuhan menunggangbalikkan kota-kota itu, dan seluruh Lembah Yordan serta semua penduduk kota dan tumbuh-tumbuhan di ladang. Tetapi istri Lot yang berjalan di belakang suaminya, menoleh ke belakang, lalu berubahlah ia menjadi tiang garam.
Pagi-pagi Abraham pergi ke tempat ia berdiri di hadapan Tuhan. Ia memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan. Maka dilihatnya asap dari bumi membubung ke atas seperti asap dari dapur peleburan.
Pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, Allah ingat akan Abraham, sehingga Ia menyelamatkan Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan-Nya itu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 26:2-3.9-10.11-12
Ref. Ya Tuhan, mataku tertuju kepada kasih setia-Mu.
Ujilah aku, ya Tuhan, dan cobalah aku, selidikilah batinku dan hatiku. Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.
Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa, atau memotong hidupku bersama-sama penumpah darah, yang pada tangannya melekat perbuatan mesum, dan tangan kanannya menerima suapan.
Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku. Kakiku berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji Tuhan dalam jemaat.
Bait Pengantar Injil Mzm 129:5
Ref. Alleluya
Aku menanti-nantikan Tuhan, jiwaku mengharapkan sabda-Nya.
Bacaan Injil Matius 8:23-27
Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu, dan murid-murid-Nya mengikuti Dia. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu ditimbus gelombang. Tetapi Yesus tidur.
Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya, “Tuhan, tolonglah, kita binasa!” Yesus berkata kepada mereka, “Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya!”
Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau. Maka danau menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya, “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 1 Juli 2025
Bacaan: Kejadian 19:15-29 dan Matius 8:23-27
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Bayangkan pagi itu—sebuah pagi yang biasa, fajar baru menyingsing, tetapi di tengah damainya pagi, ada ketergesaan. Lot dan keluarganya dikejar waktu, dikejar kasih Allah yang tidak mau mereka binasa bersama kota yang rusak oleh kedurjanaan. Tuhan tidak diam. Dia mengutus malaikat untuk menyelamatkan Lot, bahkan saat Lot masih ragu, masih lambat-lambat, bahkan belum siap meninggalkan yang lama.
Kadang hidup kita seperti itu. Kita tahu ada hal yang harus kita lepaskan—entah itu kebiasaan buruk, relasi yang menyakiti, atau mungkin sebuah cara hidup yang menjauh dari Tuhan—tetapi kita masih berlambat-lambat. Kita masih menoleh ke belakang seperti istri Lot, masih menyayangkan yang lama, masih takut kehilangan yang dulu, masih ragu bahwa yang baru itu akan lebih baik.
Namun kasih Tuhan itu bukan hanya datang dengan kata-kata. Ia datang menuntun tangan kita. Seperti Lot dan keluarganya, Tuhan menggenggam kita dan menarik kita keluar. Bahkan ketika kita tak kuat berjalan sendiri, Tuhan tidak meninggalkan.
Tapi ada syaratnya: jangan menoleh ke belakang.
Bukan karena Tuhan anti kenangan, tetapi karena kadang kita terlalu terpaku pada masa lalu sampai lupa bahwa hidup itu terus berjalan. Kita menoleh ke belakang bukan untuk belajar, tapi untuk menetap. Kita tidak bisa selamat jika kita terus-menerus melihat ke masa lalu dengan kerinduan yang keliru. Istri Lot menoleh dan menjadi tiang garam—sebuah lambang kehidupan yang membatu, mandek, tidak bergerak ke depan. Itulah akibatnya jika kita menolak undangan untuk berubah.
Lalu Injil hari ini mengajak kita melihat pengalaman lain. Perahu kecil di tengah badai. Yesus tidur, murid-murid panik. Mereka merasa Tuhan tidak peduli, tidak bertindak, membiarkan mereka binasa. Kita pun sering merasa begitu, bukan? Ketika badai hidup datang—masalah pekerjaan, penyakit, kegagalan, kehilangan—kita merasa Tuhan tertidur.
Tetapi Yesus bangun, dan menghardik angin serta danau. Ia bertanya pada murid-murid-Nya, dan pada kita hari ini, “Mengapa kalian takut, hai orang yang kurang percaya?”
Tuhan tidak menolak ketakutan kita. Dia tidak marah karena kita takut. Tapi Dia mengundang kita untuk percaya, untuk tetap percaya bahkan saat badai belum reda, bahkan ketika Dia tampak diam.
Saudara-saudariku, hidup ini kadang seperti Sodom: penuh pilihan yang menggiurkan tapi merusak. Hidup ini kadang seperti danau Galilea: tenang tiba-tiba lalu badai datang tanpa aba-aba. Tapi dalam keduanya, Tuhan hadir. Ia tidak membiarkan kita binasa. Ia menggenggam tangan kita, Ia hadir dalam perahu kita.
Yang Ia minta sederhana tapi sulit: jangan terus menoleh ke belakang. Jangan terus dikuasai ketakutan. Jangan berhenti percaya.
Maka, mari kita jalani hari ini dengan keberanian untuk meninggalkan yang lama, dengan iman untuk tetap tenang di tengah badai, dan dengan harapan bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, bahkan saat kita belum siap berjalan sendiri. Karena dalam kasih-Nya, Ia menuntun, menguatkan, dan menyelamatkan.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan, tuntun aku meninggalkan masa laluku yang mengikat dan ajar aku percaya pada-Mu saat badai datang. Pegang tanganku saat aku lemah, kuatkan imanku saat ragu, dan jadikan aku setia melangkah menuju hidup yang Kau kehendaki. Amin.