Monday, June 30, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Rabu 2 Juli 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Rabu Biasa, Liturgis Hijau

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Rabu 2 Juli 2025.

Kalender Liturgi hari Rabu 2 Juli 2025 merupakan, Hari Rabu Biasa, Santo Bernardinus Realino, Pengaku Iman, Santo Fransiskus di Girolamo, Imam, Santo Yohanes Fransiskus Regis, Imam, dengan Warna Liturgi Hijau.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Rabu 2 Juli 2025:

Bacaan Pertama Kejadian 21:5,8-20

“Ismael tak mungkin menjadi ahli waris bersama dengan anakku Ishak.”

Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya. Bertambah besarlah anak itu dan ia disapih, lalu Abraham mengadakan perjamuan besar pada hari Ishak disapih itu.

Pada waktu itu Sara melihat, bahwa anak yang dilahirkan Hagar, perempuan Mesir itu bagi Abraham, sedang main dengan Ishak, anaknya sendiri. Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.”

Hal ini sangat menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.

Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.” Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba.

Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan suara nyaring.

Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring.

Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.” Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum.

Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 34:7-8.10-11.12-13

Ref. Orang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkannya.

Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa, lalu meluputkan mereka.

Takutlah akan Tuhan, hai orang-orangnya yang kudus, sebab orang yang takut akan Dia tak berkekurangan. Singa-singa muda merasa kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari Tuhan tidak kekurangan suatu pun.

Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu! Siapakah yang menyukai hidup? Siapakah yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?

Bait Pengantar Injil Yak 1:18

Ref. Alleluya, alleluya

Atas kehendak-Nya sendiri Allah telah menciptakan kita dengan kebenaran, agar kita menjadi yang pertama dari ciptaan-Nya.

Bacaan Injil Matius 8:28-34

“Adakah Engkau kemari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?”

Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorangpun yang berani melalui jalan itu.

Dan mereka itupun berteriak, katanya: “Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan.

Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: “Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.” Yesus berkata kepada mereka: “Pergilah!” Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air.

Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Rabu 2 Juli 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Kita baru saja mendengar dua kisah yang tampaknya sangat berbeda: yang satu tentang pergulatan dalam keluarga Abraham, dan yang satu lagi tentang Yesus yang berhadapan dengan roh-roh jahat. Tapi jika kita menyelami lebih dalam, keduanya bicara tentang hal yang sama: manusia yang terluka, terpinggirkan, dan campur tangan Allah yang menyelamatkan.

Mari kita mulai dari kisah Hagar dan Ismael. Betapa menyakitkan kisah ini. Seorang perempuan budak, yang sempat menjadi ibu dari anak Abraham, kini harus diusir. Bukan karena dia bersalah, tapi karena kecemburuan, rasa tidak aman, dan mungkin… kebutuhan untuk menegaskan status dan keturunan.

Sara meminta agar Hagar dan Ismael diusir. Abraham gundah, tentu saja. Tapi Allah berkata: dengarkanlah Sara. Dan di sinilah kita mungkin bertanya: “Tuhan, mengapa Kau biarkan mereka terusir? Apakah Kau tidak adil?”

Tapi perhatikan… Tuhan tidak tinggal diam. Di tengah gurun yang panas dan kehausan yang mematikan, ketika Hagar meletakkan anaknya di bawah semak-semak dan menangis karena tak tahan melihatnya mati, Allah mendengar.

“Jangan takut,” kata malaikat Tuhan. “Allah telah mendengar suara anak itu…”

Saudara-saudari, betapa sering kita merasa seperti Hagar—dipinggirkan, dibuang, tidak dianggap, tidak diperhitungkan. Mungkin dalam pekerjaan, dalam keluarga, atau dalam pelayanan. Tapi lihatlah: Tuhan tidak pernah melupakan mereka yang dianggap “tidak penting” oleh dunia. Dia mendengar tangisan mereka, dan bukan hanya mendengar—Dia turun tangan.

Ismael tetap anak Abraham, dan Tuhan tidak menghapus itu. Bahkan, Ia berjanji: “Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar.”
Tuhan tidak pernah mencoret siapa pun dari rencana kasih-Nya.

Sekarang mari kita lihat Injil. Dua orang kerasukan, tinggal di pekuburan—tempat orang mati. Mereka buas, tak terkontrol, dijauhi semua orang. Jalan di tempat itu pun tidak bisa dilalui karena kehadiran mereka. Mereka bukan hanya kerasukan, tapi juga dikucilkan, dianggap tidak ada, ditakuti, dihindari.

Tapi Yesus tidak menghindar. Ia justru datang, dan kuasa-Nya memulihkan mereka.

Apa reaksi masyarakat? Luar biasa ironis. Alih-alih bersyukur karena dua orang itu disembuhkan, mereka malah meminta Yesus pergi. Mengapa? Mungkin karena mereka rugi. Babi-babi mati, ekonomi terganggu. Tapi lebih dari itu, mereka tidak siap untuk menerima perubahan.

Mereka lebih nyaman dengan kerasukan yang mereka bisa hindari, daripada penyembuhan yang menuntut mereka mengubah pandangan dan cara hidup.

Saudara-saudari, kadang dalam hidup kita juga begitu. Kita lebih nyaman memelihara luka, dendam, atau prasangka, daripada membiarkan Tuhan memulihkan dan mengubah kita. Kita khawatir: kalau Tuhan hadir sepenuhnya, hidupku bisa berubah, zona nyamanku bisa terusik. Maka tanpa sadar, kita berkata dalam hati seperti orang Gadara: “Yesus, pergi sajalah. Jangan ganggu aku.”

Namun Yesus tetap hadir. Ia tidak memaksa tinggal. Tapi Ia selalu datang, selalu membuka pintu keselamatan, selalu mendengar jerit mereka yang tertindas—seperti Ismael, seperti orang kerasukan itu.

Hari ini, kita diundang untuk percaya akan Allah yang mendengar dan menyapa, bukan hanya mereka yang berada di altar atau yang dianggap ‘layak’, tapi juga mereka yang di pinggiran, yang terluka, yang terbuang.

Dan bukan hanya itu. Kita juga diajak untuk menjadi pribadi yang mendengar: mendengar tangisan orang lain, tidak menghakimi mereka, tidak menyingkirkan mereka karena tidak sesuai harapan kita. Seperti Tuhan, kita diajak untuk hadir dan menjadi sumur di tengah padang gurun orang lain.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan, ajarilah aku untuk percaya bahwa Engkau selalu mendengar seruanku. Bukalah hatiku agar mampu menerima siapa pun yang terluka. Jadikan aku hadir bagi sesama seperti Engkau hadir bagi Hagar dan Ismael, setia, penuh kasih, dan memberi harapan. Amin.

 

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Siapa Sih Netty Ratna Wulan? Kronologi Akun IG dan FB Netty Ratna Wulan Diserbu Netizen Gara-Gara dr Reza Gladys

Lagi rame banget di TikTok, akun Instagram dan Facebook atas nama Netty Ratna Wulan tiba-tiba diserbu netizen. Banyak yang...

More Articles Like This

Favorite Post