Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 3 Juli 2025.
Kalender Liturgi hari Kamis 3 Juli 2025 merupakan, Hari Kamis Biasa, Pesta Santo Thomas, Rasul, Santo Helidorus, Uskup, Santo Horst atau Horestes, Martir, dengan Warna Liturgi Merah.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 3 Juli 2025:
Bacaan Pertama Efesus 2:19-22
“Kamu dibangun di atas dasar para rasul.”
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 117:1.2
Ref. Pergi ke seluruh dunia, wartakanlah Injil!
Pujilah Tuhan, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa!
Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya.
Bait Pengantar Injil Luk 24:32
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Yesus bersabda, “Hai Tomas, karena telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Bacaan Injil Yohanes 20:24-29
“Ya Tuhan dan Allahku.”
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!”
Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!”
Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Kamis 3 Juli 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Kita semua pasti pernah mengalami keraguan. Kita pernah berada di satu titik dalam hidup di mana kita mempertanyakan: “Apakah Tuhan sungguh ada? Apakah Ia peduli? Mengapa aku harus percaya kalau aku tidak melihat?” Hari ini, Gereja mengajak kita merenungkan kisah seorang murid yang sangat manusiawi—Tomas. Murid yang tidak hadir saat Yesus menampakkan diri kepada para rasul setelah kebangkitan-Nya. Murid yang berkata dengan jujur, “Sebelum aku melihat dan mencucukkan jariku ke dalam luka-Nya, aku tidak akan percaya.”
Apa yang terjadi pada Tomas bisa terjadi pada kita. Kita bisa hadir di Gereja, menyanyikan lagu rohani, bahkan aktif dalam pelayanan, namun jauh di lubuk hati kita masih ada bagian kecil yang bertanya, “Tuhan, benarkah Engkau ada? Apakah Engkau sungguh menyertaiku?”
Yesus tahu isi hati Tomas. Ia tidak memarahi atau menghakimi. Ia datang, dengan luka-luka-Nya yang terbuka, dan mengajak Tomas menyentuh-Nya. Yesus memperbolehkan keraguan itu hadir. Bahkan keraguan itu menjadi jalan menuju pengakuan iman yang luar biasa: “Ya Tuhanku dan Allahku!”
Yesus tidak hanya hadir untuk Tomas. Ia hadir juga untuk kita. Tidak selalu dengan cara yang bisa kita lihat secara kasat mata, tetapi melalui banyak hal sederhana: dalam damai yang tiba-tiba muncul di tengah kekacauan, dalam kata-kata seorang sahabat yang memberi kekuatan, dalam pelukan seorang ibu, dalam sunyi saat kita berdoa, bahkan dalam luka-luka hidup kita sendiri.
Hari ini, Santo Tomas menunjukkan bahwa iman bukanlah tentang tahu segala hal atau yakin tanpa keraguan. Iman adalah keberanian untuk tetap mencari, tetap membuka hati, dan tetap berharap bahwa Tuhan akan menyatakan diri-Nya dengan cara yang unik kepada masing-masing kita.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus menegaskan bahwa kita bukan orang asing di hadapan Allah. Kita adalah bagian dari keluarga-Nya. Kita dibangun di atas dasar iman para rasul—termasuk Tomas yang dulunya ragu—dengan Kristus sebagai batu penjuru.
Bayangkan itu: kita bukan bangunan yang berdiri sendiri. Kita semua adalah bagian dari satu bait Allah yang kudus, tempat Allah sendiri tinggal. Setiap luka, setiap keraguan, setiap perjalanan iman kita adalah batu-batu kecil yang turut membentuk bangunan besar itu. Tidak ada yang sia-sia.
Maka, ketika kita ragu, jangan takut. Ketika kita bertanya-tanya, jangan merasa berdosa. Yang penting adalah kita terus datang kepada Tuhan, seperti Tomas, dengan kejujuran hati. Tuhan tidak mencari kesempurnaan iman, tetapi kejujuran hati yang rindu percaya.
Dan jika hari ini engkau belum bisa berkata dengan yakin, “Ya Tuhanku dan Allahku,” tidak apa-apa. Doa sederhana yang tulus pun cukup: “Tuhan, tolong aku agar aku percaya.”
Tuhan hadir di tengah kita. Ia tidak menunggu kita menjadi sempurna untuk mencintai kita. Ia hadir sekarang—dalam sabda, dalam Ekaristi, dalam komunitas umat beriman. Mari kita mohon agar seperti Tomas, kita pun berani menyerukan, mungkin untuk pertama kalinya, atau untuk kesekian kalinya: “Ya Tuhanku dan Allahku.”
Dan dengan itu, kita menjadi batu-batu hidup dalam bangunan kasih-Nya. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku percaya meski tak melihat, setia meski ragu, dan tetap mencari-Mu dalam luka dan harapan hidupku. Jadikan aku bagian dari rumah-Mu, tempat Engkau berdiam, agar imanku tumbuh dalam kasih dan kejujuran setiap hari. Amin.