Friday, August 1, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Selasa 5 Agustus 2025 Lengkap Renungan Harian Pekan Biasa XVIII, Pesta Tabhisan Basilika Santa Perawan Maria

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 5 Agustus 2025.

Kalender Liturgi hari Selasa 5 Agustus 2025 merupakan Hari Selasa Pekan Biasa XVIII, Pesta Tabhisan Basilika Santa Perawan Maria di Roma, Warna Liturgi Hijau.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 5 Agustus 2025:

Bacaan Pertama: Bil. 12:1-13

Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka, “Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?” Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.

Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi. Lalu berfirmanlah TUHAN dengan tiba-tiba kepada Musa, Harun, dan Miryam, “Keluarlah kamu bertiga ke Kemah Pertemuan.” Maka keluarlah mereka bertiga.

Kemudian TUHAN turun dalam tiang awan dan berdiri di pintu kemah itu, lalu memanggil Harun dan Miryam. Maka tampillah mereka keduanya. TUHAN berfirman, “Dengarlah firman-Ku ini. Jika di antara kamu ada seorang nabi, maka Aku, TUHAN, menyatakan diri-Ku kepadanya dalam penglihatan. Aku berbicara dengan dia dalam mimpi. Bukan demikian hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku. Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?”

Sebab itu bangkitlah murka TUHAN terhadap mereka, lalu pergilah Ia. Dan ketika awan telah naik dari atas kemah, tampaklah Miryam kena kusta, putih seperti salju. Ketika Harun berpaling kepada Miryam, dilihatnyalah bahwa dia kena kusta.

Lalu kata Harun kepada Musa, “Ah tuanku, janganlah kiranya timpakan kepada kami dosa ini, yang kami perbuat dalam kebodohan kami. Janganlah kiranya dibiarkan dia sebagai anak gugur, yang pada waktu keluar dari kandungan ibunya sudah setengah busuk dagingnya.”

Lalu berserulah Musa kepada TUHAN, “Ya Allah, sembuhkanlah kiranya dia.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 51:3-4,5-6a, 6bc-7,12-13

Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.

Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir. Basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!

Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.

Bacaan Injil: Mat. 14:22-36

Sesudah itu, Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.

Sementara itu, perahu murid-murid-Nya telah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang karena angin sakal. Kira-kira jam tiga malam, Yesus datang kepada mereka dengan berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru, “Itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”

Lalu Petrus berseru dan berkata kepada-Nya, “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus, “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air menuju Yesus. Tetapi ketika ia merasakan tiupan angin, ia menjadi takut dan mulai tenggelam, lalu berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”

Kemudian mereka naik ke perahu dan angin pun redalah. Orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia dan berkata, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.” Setibanya di seberang, mereka mendarat di Genesaret. Ketika Yesus dikenal oleh orang-orang di tempat itu, mereka memberitahukannya ke seluruh daerah sekitar, dan semua orang yang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Selasa 5 Agustus 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Hari ini Sabda Tuhan mengajak kita untuk masuk ke dalam dua kisah yang tampaknya berbeda, namun sejatinya berbicara tentang hal yang sama: iman yang sejati dan sikap hati yang benar di hadapan Allah.

Dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah tentang Miryam dan Harun yang mengkritik Musa—bukan hanya karena pilihan pribadinya dalam menikahi perempuan Kush, tetapi karena kedengkian dan rasa tidak terima bahwa Allah seolah hanya berbicara melalui Musa. Kita tahu, ini bukan sekadar protes biasa. Ini adalah bentuk kesombongan yang halus: keinginan untuk diakui, untuk dihargai setara, mungkin juga sedikit cemburu karena Musa lebih dekat dengan Tuhan. Tapi justru di situlah letak persoalannya: ketika manusia merasa berhak menilai panggilan orang lain, kita bisa kehilangan kepekaan terhadap apa yang Allah sedang kerjakan dalam diri orang itu—dan dalam diri kita sendiri.

Tuhan menegur Miryam dan Harun, dan bahkan Miryam menderita kusta karena ketidakpekaannya. Tapi yang mengharukan, justru Musa—yang direndahkan olehnya—berseru kepada Tuhan memohon kesembuhan bagi Miryam. Itulah hati yang lembut, hati yang mengenal Allah. Musa tidak menyimpan dendam, tidak menghitung kesalahan. Ia berbelas kasih, seperti Allah yang penuh belas kasih. Dan itulah iman yang sejati—iman yang tidak membalas, iman yang tetap mengasihi bahkan ketika disakiti.

Lalu dalam Injil, kita melihat Yesus berjalan di atas air, menghampiri murid-murid-Nya yang sedang diterpa badai. Sebuah momen yang luar biasa. Tapi apa reaksi para murid? Takut. Bahkan mereka mengira Yesus itu hantu. Mereka tidak mengenali-Nya karena ketakutan mereka lebih besar dari kepercayaan mereka. Dan ketika Petrus mencoba berjalan di atas air, ia berhasil… sampai ia mulai ragu. Begitu angin terasa kencang, ia tenggelam. Tapi lihatlah—Yesus tidak membiarkannya tenggelam. Dia segera mengulurkan tangan dan memegangnya. “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”

Bukankah itu juga sering terjadi dalam hidup kita? Kita ingin percaya, kita ingin berjalan bersama Tuhan, tetapi kenyataan hidup—masalah keluarga, tekanan pekerjaan, sakit penyakit, ketidakpastian masa depan—membuat kita goyah. Kita seperti Petrus. Kita melangkah, tapi ketika badai datang, kita mulai tenggelam dalam kekhawatiran dan kecemasan.

Namun kabar baiknya adalah ini: Tuhan tidak menunggu kita sempurna dulu untuk menolong. Dia menyelamatkan Petrus di tengah kebimbangannya. Dia mengangkat kita bukan karena kita kuat, tapi karena kasih-Nya lebih besar dari kelemahan kita.

Mazmur hari ini menjadi jawaban yang pas bagi dua bacaan tadi. Pemazmur berkata, “Sebab aku sadar akan pelanggaranku… Bersihkanlah aku… Bangkitkan kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu.” Ini adalah suara hati yang tahu bahwa hidup bersama Tuhan bukan soal tampil benar di hadapan orang, tetapi soal kejujuran di hadapan Allah. Mengakui dosa, menyadari kelemahan, dan membiarkan Allah menyentuh serta menyembuhkan bagian terdalam dari diri kita.

Saudara-saudari, marilah kita belajar menjadi seperti Musa: lemah lembut, tidak membalas, dan penuh kasih bahkan terhadap mereka yang menyakiti. Marilah kita belajar dari Petrus, yang meski tenggelam, tetap berseru: “Tuhan, tolonglah aku!” Dan seperti pemazmur, marilah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang jujur, mengakui dosa kita dan percaya bahwa kasih-Nya sanggup menyucikan dan memulihkan hidup kita.

Jangan takut badai. Jangan takut jatuh. Yang penting adalah: jangan berhenti berharap dan jangan berhenti berseru kepada-Nya. Karena Yesus akan selalu datang, bahkan berjalan di atas gelombang, hanya untuk menyelamatkan kita.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk percaya meski badai datang, untuk mengasihi meski disakiti, dan untuk rendah hati. Peganglah tanganku saat aku mulai tenggelam, dan pulihkanlah hatiku agar tetap setia kepada-Mu setiap hari. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Katalog Promo JSM Transmart Carrefour Terbaru Periode 31 Juli-3 Agustus 2025, Harga Spesial Murah Susu Ultra Milk

Lo ngerasa akhir bulan tuh berat banget? Tenang, Transmart dateng kayak pahlawan kesiangan bawa Promo JSM yang bisa nyelametin dompet...

More Articles Like This

Favorite Post