Tuesday, December 16, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Selasa 23 Desember 2025 Lukas 1:57-66 dan Renungan Harian Katolik, Hari Selasa Biasa Khusus Adven

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 23 Desember 2025.

Kalender Liturgi hari Selasa 23 Desember 2025 merupakan Hari Selasa Biasa Khusus Adven, Perayaan fakultatif Santo Yohanes Kansius Pengaku Iman, Santo Servulus Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Ungu.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 23 Desember 2025:

Bacaan Pertama: Maleakhi 3:1-4;4:5-6

“Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan.”

Beginilah firman Tuhan semesta alam, “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya!

Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sungguh, Ia datang! Sipakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Siapakah yang dapat tetap berdiri apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia laksana api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.

Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan perak; dan Ia akan mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan kurban yang benar kepada Tuhan.

Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan berkenan di hati Tuhan seperti pada hari-hari dahulu kala, dan seperti di tahun yang sudah-sudah. Sesungguhnya, Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu.

Maka ia akan membuat hati para bapa berbalik kepada anak-anaknya, dan hati anak-anak kepada bapanya, supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 25:4b-5b.8-9.10.14

Ref. Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat.

Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.

Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaja.

Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian dan peringatan-peringatan-Nya. Tuhan bergaul karib dengan orang yang takwa pada-Nya, dan perjanjian-Nya Ia beritahukan kepada mereka.

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya.

O Tuhan, Raja segala bangsa dan batu penjuru Gereja, datanglah dan selamatkanlah umat-Mu.

Bacaan Injil: Lukas 1:57-66

“Kelahiran Yohanes Pembaptis.”

Genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika para tetangga serta sanak saudaranya mendengar bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepada Elisabet,

bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu, dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya.

Tetapi Elisabet, ibunya berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes!” Kata mereka kepadanya, “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian.”

Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anak itu. Zakharia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: Namanya adalah Yohanes.

Dan mereka pun heran semuanya. Seketika itu juga terbukalah mulut Zakharia, dan terlepaslah ikatan lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.

Maka ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. Semua orang yang mendengarnya,

merenungkannya dan berkata, “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertai dia.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Selasa 23 Desember 2025

Saudara-saudari terkasih,

Dalam suasana Adven yang semakin mendekati Natal, Gereja mengajak kita berhenti sejenak, bukan untuk sekadar menghitung hari, tetapi untuk membiarkan hati kita disentuh dan dibentuk oleh Sabda Tuhan. Bacaan hari ini membawa kita pada dua peristiwa yang tampaknya berjauhan: nubuat Maleakhi tentang kedatangan Tuhan yang memurnikan, dan kisah sederhana kelahiran Yohanes Pembaptis dalam keluarga kecil Elisabet dan Zakharia. Namun justru di sanalah kita menemukan benang merah yang sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Melalui nabi Maleakhi, Tuhan berbicara dengan bahasa yang jujur dan tegas. Ia akan datang, tetapi kedatangan-Nya bukan sekadar membawa kenyamanan. Ia digambarkan seperti api pemurni dan sabun penatu. Api membakar kotoran, sabun menghilangkan noda. Gambaran ini tidak selalu terdengar menyenangkan, karena pemurnian berarti ada sesuatu dalam diri kita yang harus dilepaskan. Tuhan tidak datang untuk memanjakan kebiasaan lama yang keliru, melainkan untuk membarui hati manusia. Ia ingin persembahan hidup kita kembali murni, bukan sekadar tampak baik di luar, tetapi sungguh berkenan di hadapan-Nya.

Nubuat itu kemudian menjadi nyata dalam Injil hari ini, bukan lewat peristiwa besar yang gemuruh, melainkan lewat kelahiran seorang anak dari pasangan lansia yang sebelumnya hidup dalam penantian dan keheningan panjang. Yohanes lahir di tengah sukacita sederhana para tetangga, dalam keluarga yang pernah mengalami kekecewaan, doa yang lama tidak terjawab, dan bahkan kebisuan. Zakharia pernah ragu, dan keraguannya membuatnya bungkam. Namun Tuhan tidak berhenti bekerja. Justru dalam diam itu, Tuhan mempersiapkan sesuatu yang besar.

Saat anak itu diberi nama, semua orang punya rencana dan harapan sendiri. Mereka ingin nama yang biasa, nama yang mengikuti tradisi keluarga. Tetapi Elisabet dengan tenang berkata, “Namanya Yohanes.” Nama ini bukan pilihan manusia, melainkan kehendak Tuhan. Yohanes berarti “Tuhan itu murah hati.” Pada saat Zakharia menuliskan nama itu, lidahnya terlepas. Ketika ia taat pada kehendak Tuhan, bukan kehendaknya sendiri, mulutnya terbuka untuk memuji Allah. Di sini kita belajar bahwa sering kali kebisuan rohani kita bukan karena Tuhan jauh, melainkan karena hati kita belum sungguh mau mendengarkan dan taat.

Saudara-saudari, kisah ini sangat manusiawi. Kita pun sering seperti Zakharia. Kita berdoa, tetapi ketika jawaban Tuhan datang dengan cara yang tidak kita duga, kita ragu. Kita ingin Tuhan bekerja sesuai rencana kita, bukan sebaliknya. Akibatnya, sukacita menjadi tertahan, dan pujian berubah menjadi keluhan. Namun Injil hari ini memberi harapan: Tuhan setia menuntun proses hidup kita, bahkan melalui kegagalan iman dan keraguan. Ia tidak membatalkan rencana-Nya hanya karena kita pernah tidak percaya.

Yohanes Pembaptis, yang kelahirannya kita dengar hari ini, kelak akan menjadi utusan yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan, seperti yang dinubuatkan Maleakhi. Tugasnya bukan untuk menjadi pusat perhatian, melainkan untuk mengarahkan hati manusia kembali kepada Tuhan, memperdamaikan relasi, membuat hati para bapa berbalik kepada anak-anak dan sebaliknya. Ini bukan sekadar soal keluarga biologis, tetapi tentang pemulihan relasi manusia yang retak oleh ego, gengsi, dan luka batin.

Di zaman sekarang, pesan ini terasa sangat nyata. Kita hidup di dunia yang cepat, penuh suara, tetapi miskin keheningan. Relasi mudah rusak, komunikasi sering terputus, dan banyak hati menjadi dingin. Tuhan datang bukan pertama-tama untuk menghakimi, melainkan untuk memurnikan, menyembuhkan, dan memulihkan. Namun Ia menunggu keterbukaan kita. Seperti api pemurni, kasih Tuhan menghangatkan sekaligus menantang. Ia mengajak kita berani jujur melihat diri sendiri, berani berdamai, dan berani berubah.

Menjelang Natal, pertanyaan yang muncul bukan hanya “Sudah siapkah kita merayakan kelahiran Yesus?”, tetapi “Apakah kita membiarkan Tuhan mempersiapkan hati kita?” Mungkin ada hal-hal yang perlu dimurnikan: cara kita memperlakukan sesama, luka yang belum kita maafkan, kebiasaan yang menjauhkan kita dari Tuhan. Tuhan tidak meminta kesempurnaan, tetapi hati yang mau dibentuk.

Semoga dalam Adven ini, kita belajar dari Yohanes Pembaptis bahkan sejak kelahirannya: menjadi tanda kehadiran Tuhan dalam kesederhanaan hidup sehari-hari. Dan semoga, seperti Zakharia, ketika kita memilih taat dan percaya, mulut dan hidup kita pun terbuka untuk memuliakan Allah, karena tangan Tuhan sungguh menyertai perjalanan hidup kita. Amin.

Doa Penutup

Tuhan yang memurnikan hatiku, ajarlah aku terbuka pada kehendak-Mu. Bersihkan keraguanku, lembutkan egoku, dan pulihkan relasiku dengan sesama. Menjelang Natal, jadikan hidupku persembahan sederhana yang berkenan, setia, dan membawa damai bagi dunia dalam keseharian, langkahku, ucapanku, keputusanku, hari ini, esok, dan seterusnya dalam iman. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis 93S dan 95S, Jawa Tengah hingga Indonesia Timur Diminta Tetap Waspada

Cuaca Lagi Ngeri! Bibit Siklon 93S & 95S Bikin Indonesia Waspada, Jateng Masuk Daftar. BMKG baru aja ngasih warning...

More Articles Like This

Favorite Post