Sunday, November 2, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Senin 4 Agustus 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Senin Pekan Biasa XVIII, Peringatan Wajib Santo Yohanes Maria Vianney

Must Read
4.5/5 - (2 votes)

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 4 Agustus 2025.

Kalender Liturgi hari Senin 4 Agustus 2025 merupakan Hari Senin Pekan Biasa XVIII, Peringatan Wajib Santo Yohanes Maria Vianney, Pengaku Iman dengan Warna Liturgi Putih.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 4 Agustus 2025:

Bacaan Pertama: Bil. 11:4b-15

Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging?

Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih.

Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.”

Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah. Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa panganan yang digoreng.

Dan apabila embun turun di tempat perkemahan pada waktu malam, maka turunlah juga manna di situ.

Ketika Musa mendengar bangsa itu, yaitu orang-orang dari setiap kaum, menangis di depan pintu kemahnya, bangkitlah murka TUHAN dengan sangat, dan hal itu dipandang jahat oleh Musa.

Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: “Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini?

Akukah yang mengandung seluruh bangsa ini atau akukah yang melahirkannya, sehingga Engkau berkata kepadaku: Pangkulah dia seperti pak pengasuh memangku anak yang menyusu, berjalan ke tanah yang Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangnya?

Dari manakah aku mengambil daging untuk diberikan kepada seluruh bangsa ini? Sebab mereka menangis kepadaku dengan berkata: Berilah kami daging untuk dimakan.

Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku.

Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 81:12-13,14-15,16-17

Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!

Sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku! Sekiranya Israel hidup menurut jalan yang Kutunjukkan! Seketika itu juga musuh mereka Aku tundukkan, dan terhadap para lawan mereka Aku balikkan tangan-Ku.

Orang-orang yang membenci TUHAN akan tunduk menjilat kepada-Nya, dan itulah nasib mereka untuk selama-lamanya. Tetapi umat-Ku akan Kuberi makan gandum yang terbaik, dan dengan madu dari gunung batu Aku akan mengenyangkannya.”

Bacaan Injil: Mat. 14:13-21

Setelah Yesus mendengar berita itu, Ia menyingkir dari situ dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Namun, orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang jumlahnya besar. Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepada mereka, dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata, “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” Tetapi Yesus menjawab, “Tidak perlu mereka pergi. Kamu harus memberi mereka makan.” Murid-murid menjawab, “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” Yesus berkata, “Bawalah ke mari kepada-Ku.”

Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Setelah mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, yang kemudian membagikannya kepada orang banyak. Mereka semua makan sampai kenyang. Kemudian dikumpulkan potongan-potongan roti yang tersisa, sebanyak dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Senin 4 Agustus 2025

Renungan Hari Ini: “Dari Kekurangan Menuju Kelimpahan – Ketika Tuhan Menyediakan”

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Bayangkan diri kita sejenak menjadi Musa. Di tengah perjalanan yang berat menuju Tanah Terjanji, ia harus memimpin umat yang terus-menerus mengeluh, merengek, bahkan merindukan perbudakan di Mesir hanya karena makanan di sana terasa lebih enak di ingatan mereka. “Di Mesir kami punya ikan, mentimun, semangka, bawang merah, bawang putih…” Begitulah keluhan mereka. Padahal mereka sedang dalam perjalanan pembebasan — tetapi kerinduan akan rasa yang lama membuat mereka lupa bahwa mereka sedang menuju hidup yang baru, hidup yang dijanjikan Tuhan.

Bukankah itu juga cermin dari hidup kita saat ini?

Seringkali, dalam pergulatan hidup, ketika Tuhan memberikan sesuatu yang cukup untuk kita jalani hari ini, kita justru mengeluh. Kita membandingkan. Kita merasa Tuhan kurang cepat, kurang banyak, atau tidak sesuai selera. Kita mengeluh karena yang kita terima tidak seperti yang kita harapkan — meskipun itu cukup untuk membuat kita bertahan. Kita lupa, bahwa “manna” itu bukanlah soal rasa, tetapi tanda pemeliharaan Tuhan. Bahwa yang Tuhan beri, meskipun sederhana, selalu cukup — bahkan ajaib.

Dan di situlah Injil hari ini menjadi terang yang menuntun langkah kita. Ketika Yesus melihat orang banyak yang lapar, Ia tidak mengeluh. Ia tidak berkata, “Kirim mereka pulang.” Justru Ia berkata, “Kamu harus memberi mereka makan.” Mungkin kita seperti murid-murid-Nya: panik, merasa tidak mampu, tidak punya cukup. “Hanya lima roti dan dua ikan, Tuhan…” Tapi Yesus berkata, “Bawalah ke mari kepada-Ku.”

Saudara-saudari terkasih, kata-kata itu sangat dalam: Bawalah ke mari kepada-Ku. Apa pun yang kita punya — walaupun hanya sedikit waktu, sedikit tenaga, sedikit uang, sedikit pengertian, sedikit iman — jika kita membawanya kepada Tuhan, Ia akan memberkati, memecahkannya, dan membagikannya lewat tangan kita kepada orang lain. Dan hasilnya? Lima ribu orang kenyang. Bahkan lebih, karena yang tersisa masih dua belas bakul penuh.

Itulah logika kasih Tuhan: bukan logika hitungan matematis, tetapi logika kelimpahan. Bukan soal “berapa banyak kita punya,” tapi “apakah kita mau mempercayakannya pada Tuhan.”

Kedua bacaan hari ini menunjukkan dua sikap hati manusia: satu yang bersungut-sungut karena merasa kekurangan, dan satu yang berserah lalu mengalami kelimpahan. Kita pun setiap hari dihadapkan pada pilihan yang sama. Apakah kita mau bersungut dan terus menengok masa lalu yang sebenarnya membelenggu? Atau kita mau mempercayakan diri kepada Tuhan yang menyertai kita hari ini, saat ini, dengan apa adanya kita?

Tuhan tidak pernah menuntut kita menjadi lebih dari yang kita punya. Dia hanya meminta kita datang, menyerahkan, dan percaya. Dari situlah mukjizat terjadi. Bukan karena kita hebat, tapi karena kita mau datang dan percaya bahwa Ia mampu mengubah kekurangan kita menjadi berkat bagi banyak orang.

Maka, dalam kehidupan sehari-hari — dalam pekerjaan, keluarga, komunitas, bahkan dalam kelemahan dan kekhawatiran kita — mari kita belajar membawa lima roti dan dua ikan kita kepada Tuhan. Tidak perlu besar. Tidak perlu sempurna. Tapi jika itu diberikan dengan iman, maka tangan-Nya akan menjamah dan menjadikannya cukup, bahkan berlimpah.

Tuhan memberkati.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk percaya bahwa yang sedikit dalam tanganku cukup bila kuserahkan kepada-Mu. Berkatilah hatiku agar tidak bersungut, tetapi bersyukur dan rela berbagi, sebab dalam kasih-Mu, kekurangan pun Kauubah menjadi kelimpahan. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Kisah Tragis Raina Rahmawati dan Kasus Sirop Beracun PT Afi Farma yang Guncang Dunia Farmasi Indonesia

Lo pasti inget dong hebohnya kasus obat sirop beracun tahun 2022 yang bikin banyak anak-anak kena gagal ginjal? Nah,...

More Articles Like This

Favorite Post