Sunday, August 10, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Minggu 17 Agustus 2025 Lengkap Renungan Harian, HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK, Warna Liturgi Putih

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 17 Agustus 2025.

Kalender Liturgi hari Minggu 17 Agustus 2025 merupakan HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK, Warna Liturgi Putih.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 17 Agustus 2025:

Bacaan Pertama: Sir. 10:1-8

Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya, dan pemerintahan orang arif adalah teratur.

Seperti penguasa bangsa demikian pun para pegawainya, dan seperti pemerintah kota demikian pula semua penduduknya.

Raja yang tidak terdidik membinasakan rakyatnya, tetapi sebuah kota sejahtera berkat kearifan para pembesarnya.

Di dalam tangan Tuhan terletak kuasa atas bumi, dan pada waktunya Ia mengangkat orang yang serasi atasnya.

Di dalam tangan Tuhanlah terletak kemujuran seorang manusia, dan kepada para pejabat dikaruniakan oleh-Nya martabatnya.

Hendaklah engkau tidak pernah menaruh benci kepada sesamamu apa pun juga kesalahannya, dan jangan berbuat apa-apa terpengaruh oleh nafsu.

Kecongkakan dibenci oleh Tuhan maupun oleh manusia, dan bagi kedua-duanya kelaliman adalah salah.

Pemerintahan beralih dari bangsa yang satu kepada bangsa yang lain akibat kelaliman, kekerasan, dan uang.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 101:1a,2ac, 3a,6-7

Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN.

Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.

Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.

Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku.

Orang yang melakukan tipu daya tidak akan diam di dalam rumahku, orang yang berbicara dusta tidak akan tegak di depan mataku.

Bacaan Kedua: 1Ptr. 2:13-17

Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.

Maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik.

Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.

Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah.

Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur kepada Allah.

Bacaan Injil: Mat. 22:15-21

Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.

Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: “Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.

Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?”

Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: “Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?

Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu.” Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.

Maka Ia bertanya kepada mereka: “Gambar dan tulisan siapakah ini?”

Jawab mereka: “Gambar dan tulisan Kaisar.” Lalu kata Yesus kepada mereka: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Minggu 17 Agustus 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Hari ini kita berkumpul dalam suasana syukur yang istimewa. Bukan hanya karena kita merayakan Ekaristi Kudus, tetapi juga karena bangsa kita, Indonesia, bersiap merayakan ulang tahunnya yang ke-80. Delapan puluh tahun adalah usia yang matang, usia yang penuh pengalaman—usia yang mengingatkan kita bahwa kemerdekaan bukan sekadar hadiah di masa lalu, tetapi amanat yang harus terus dihidupi dan diperjuangkan.

Bacaan pertama dari Kitab Putra Sirakh mengingatkan kita bahwa kemakmuran dan kedamaian suatu bangsa tidak terlepas dari kebijaksanaan pemimpinnya. “Pemerintah yang bijak mempertahankan ketertiban pada rakyatnya,” demikian dikatakan. Namun, bacaan ini juga mengingatkan bahwa kuasa tertinggi selalu berada di tangan Tuhan. Dialah yang mengangkat dan menjatuhkan pemimpin, dan Dialah yang memandang hati manusia. Sebab itu, keberhasilan sebuah pemerintahan bukan hanya urusan strategi atau kekuatan, melainkan buah dari kerendahan hati dan keadilan yang berpihak pada kebenaran.

Mazmur tanggapan hari ini menyambung pesan itu. Daud berkata, “Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri.” Artinya, bukan hanya pemimpin yang bertanggung jawab menciptakan masyarakat yang adil dan teratur, tetapi juga kita, rakyatnya. Masyarakat yang setia, jujur, dan tulus hati adalah fondasi kokoh bagi sebuah negara. Sebab bila rakyat membiarkan tipu daya, dusta, dan kebusukan moral tumbuh, maka sehebat apapun pemimpinnya, rumah besar bernama Indonesia ini akan retak dari dalam.

Bacaan kedua dari surat Rasul Petrus memberi kita peneguhan yang indah sekaligus tantangan yang besar. “Hiduplah sebagai orang merdeka, dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan.” Kemerdekaan bukan alasan untuk semaunya sendiri, apalagi untuk menginjak hak sesama. Kemerdekaan sejati adalah ruang untuk mengasihi, menghormati, dan melayani, karena kita semua adalah hamba Allah. Menarik sekali, Petrus menutup nasihatnya dengan kalimat yang seimbang: “Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja.” Inilah keseimbangan hidup berbangsa dan beriman: kita hormat kepada pemerintah, tapi kesetiaan kita yang tertinggi selalu kepada Tuhan.

Lalu Injil hari ini membawa kita pada momen yang sering disalahpahami: ketika Yesus berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Yesus tidak sedang memisahkan iman dari kehidupan bernegara, melainkan mengajarkan bahwa kita harus menempatkan segala sesuatu pada porsi yang tepat. Ada kewajiban kita kepada negara: taat hukum, membayar pajak, ikut menjaga keamanan, ikut membangun persatuan. Tapi di atas semua itu, ada kewajiban yang lebih tinggi kepada Allah: menegakkan kebenaran, mengasihi tanpa batas, dan setia kepada suara hati yang benar.

Saudara-saudari, delapan puluh tahun kemerdekaan Indonesia adalah undangan bagi kita untuk merefleksikan: apakah kita sudah memberi kepada bangsa ini apa yang menjadi haknya? Apakah kita sudah memberi kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya? Jangan sampai kita hanya mengibarkan bendera, tapi membiarkan hati kita kotor oleh kebencian, korupsi kecil-kecilan, atau ketidakpedulian pada sesama. Jangan sampai kita pandai berteriak “Merdeka!” di jalan, tetapi membiarkan saudara kita tertindas, tidak diperhatikan, atau disisihkan.

Kemerdekaan sejati tidak diukur dari banyaknya tahun yang kita lalui sebagai negara, melainkan dari bagaimana rakyatnya, satu per satu, hidup dalam kasih, kejujuran, dan tanggung jawab. Kemerdekaan bukan hanya milik para pejuang di masa lalu, tapi milik kita semua—setiap kali kita memilih kebaikan daripada keburukan, persatuan daripada perpecahan, pelayanan daripada kepentingan diri.

Maka di hari-hari menjelang ulang tahun kemerdekaan ke-80 ini, mari kita menghidupi pesan Yesus: berikanlah kepada bangsa ini yang menjadi haknya—kesetiaan, kerja keras, dan kejujuran kita—dan berikanlah kepada Allah yang menjadi hak-Nya—hati yang murni, kasih yang tak berpamrih, dan iman yang teguh. Dengan begitu, kita tidak hanya merayakan kemerdekaan, tapi juga mempersembahkannya kembali kepada Sang Pemberi Segala Kemerdekaan, Allah sendiri.

Semoga Tuhan memberkati bangsa kita, melindungi para pemimpinnya, dan menuntun kita semua agar kemerdekaan ini tetap menjadi berkat bagi generasi demi generasi.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk setia menjalankan kewajibanku di dunia ini dengan hati yang jujur, dan selalu mengutamakan Engkau di atas segalanya. Bimbinglah aku agar setiap tindakanku memuliakan-Mu dan membawa damai bagi sesamaku. Amin.

 

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Promo Pizza Domino Selama Bulan Agustus 2025, Pizza Sweet 17 Taste of Journey 1 Large + 1 Medium Pizza Diskon 45%

Eh sob, lo tau nggak? Domino’s Pizza lagi ulang tahun ke-17 nih di bulan Agustus 2025, dan mereka nggak...

More Articles Like This

Favorite Post