Thursday, November 13, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Kamis 20 November 2025 Lukas 19:41-44 dan Renungan Harian Katolik, Hari Kamis Biasa XXXIII

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 20 November 2025.

Kalender Liturgi hari Kamis 20 November 2025 merupakan Hari Kamis Biasa XXXIII, Santo Feliks dari Valois Pengaku Iman, Santo Edmund Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Hijau.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 20 November 2025:

Bacaan Pertama: 1Mak. 2:15-29

Kemudian para pegawai raja yang bertugas memaksa orang-orang Yahudi murtad datang ke kota Modein untuk menuntut pengorbanan.

Banyak orang Israel datang kepada mereka. Adapun Matatias serta anak-anaknya berhimpun pula.

Pegawai raja itu angkat bicara dan berkata kepada Matatias: “Saudara adalah seorang pemimpin, orang terhormat dan pembesar di kota ini dan lagi didukung oleh anak-anak serta kaum kerabat saudara.

Baiklah saudara sekarang juga maju ke depan sebagai orang pertama untuk memenuhi penetapan raja, sebagaimana telah dilakukan semua bangsa, bahkan orang-orang Yehuda dan mereka yang masih tertinggal di Yerusalem.

Kalau demikian, niscaya saudara serta anak-anak saudara termasuk ke dalam kalangan sahabat-sahabat raja dan akan dihormati dengan perak, emas dan banyak hadiah!”

Tetapi Matatias menjawab dengan suara lantang: “Kalaupun segala bangsa di lingkungan wilayah raja mematuhi seri baginda dan masing-masing murtad dari ibadah nenek moyangnya serta menyesuaikan diri dengan perintah-perintah seri baginda,

namun aku serta anak-anak dan kaum kerabatku terus hendak hidup menurut perjanjian nenek moyang kami.

Semoga Tuhan mencegah bahwa kami meninggalkan hukum Taurat serta peraturan-peraturan Tuhan.

Titah raja itu tidak dapat kami taati dan kami tidak dapat menyimpang dari ibadah kami baik ke kanan maupun ke kiri!”

Matatias belum lagi selesai mengucapkan perkataan tadi maka seorang Yahudi sudah tampil ke muka di depan umum untuk mempersembahkan korban di atas perkorbanan di kota Modein menurut penetapan raja.

Melihat itu Matatias naik darah dan gentarlah hatinya serta meluap-luaplah geramnya yang tepat. Disergapnya orang Yahudi itu dan digoroknya di dekat perkorbanan itu.

Petugas raja yang memaksakan korban itu dibunuhnya pula pada saat itu juga. Kemudian perkorbanan itu dirobohkannya.

Serupalah kerajinannya untuk hukum Taurat itu dengan apa yang telah dilakukan dahulu oleh Pinehas kepada Zimri bin Salom.

Lalu berteriaklah Matatias dengan suara lantang di kota Modein: “Siapa saja yang rindu memegang hukum Taurat dan berpaut pada perjanjian hendaknya ia mengikuti aku!”

Kemudian Matatias serta anak-anaknya melarikan diri ke pegunungan. Segala harta miliknya di kota ditinggalkannya.

Kemudian turunlah ke padang gurun banyak orang yang mencari kebenaran dan keadilan.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 50:1-2,5-6,14-15

Mazmur Asaf. Yang Mahakuasa, TUHAN Allah, berfirman dan memanggil bumi, dari terbitnya matahari sampai kepada terbenamnya.

Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.

“Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!”

Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. Sela

Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!

Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” Sela

Bait Pengantar Injil

Ref. Alleluya, alleluya.

Hari ini janganlah bertegar hati, tetapi dengarkanlah suara Tuhan.

Bacaan Injil: Lukas 19:41-44

Andaikan engkau tahu apa yang perlu untuk damai sejahteramu!

Pada waktu itu, ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, Ia menangisinya, katanya, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

Sebab akan datang harinya, musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu.

Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawati engkau.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Kamis 20 November 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, Ia menangis. Ia tidak menangis karena kelemahan, tetapi karena kasih yang begitu dalam. Ia melihat kota yang dicintai-Nya, tempat di mana seharusnya orang mengenal Allah dan menyambut keselamatan, namun hati mereka tertutup. Mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri, dengan rasa benar mereka sendiri, dan tidak lagi peka terhadap kehadiran Allah yang berjalan di tengah-tengah mereka.

Tangisan Yesus adalah tangisan kasih. Tangisan seorang sahabat yang hatinya hancur karena melihat orang-orang yang dikasihinya berjalan menuju kebinasaan tanpa menyadarinya. Ia melihat betapa kerasnya hati manusia, betapa sering mereka menolak damai yang justru ingin Ia berikan. “Andaikan engkau tahu apa yang perlu untuk damai sejahteramu,” kata Yesus, dengan nada yang penuh duka.

Saudara-saudari, bukankah kita juga sering seperti Yerusalem itu? Kita berdoa, kita datang ke Gereja, namun kadang hati kita tertutup terhadap pesan Tuhan. Kita tahu apa yang benar, tetapi memilih apa yang mudah. Kita tahu apa yang membawa damai, tetapi kita biarkan amarah, iri, dan dendam menempati ruang di hati kita. Kita ingin damai, tetapi enggan mengampuni. Kita ingin bahagia, tetapi sulit melepaskan gengsi.

Yesus menangisi Yerusalem bukan untuk mengutuk, melainkan untuk mengajak bertobat. Tangisan-Nya adalah panggilan lembut: “Kembalilah pada-Ku.” Ia ingin membuka mata kita yang tertutup oleh kesibukan dan keinginan dunia. Ia ingin kita menyadari bahwa damai sejati bukan datang dari harta, jabatan, atau pengakuan orang lain, tetapi dari hati yang berdamai dengan Allah dan sesama.

Dalam bacaan pertama hari ini, kita mendengar kisah Matatias yang memilih setia kepada hukum Tuhan meski harus melawan perintah raja. Ia tahu ada risiko besar, mungkin kehilangan segalanya—harta, posisi, bahkan nyawa. Tapi Matatias tahu, kesetiaan kepada Tuhan lebih berharga daripada kenyamanan sesaat. Ia memilih kebenaran, bukan kompromi. Ia memilih kesetiaan, bukan keamanan palsu.

Di sinilah kita melihat dua wajah manusia: Yerusalem yang menolak damai karena hatinya keras, dan Matatias yang justru memilih jalan setia meski sulit. Dua kisah ini menjadi cermin bagi kita. Di manakah kita berdiri hari ini? Apakah kita masih membiarkan Tuhan menangis karena hati kita tertutup? Ataukah kita berani berdiri teguh seperti Matatias, setia pada iman meski harus melawan arus dunia yang menawarkan banyak jalan pintas?

Hidup kita di zaman ini tidak jauh berbeda. Kita juga diperhadapkan pada banyak tekanan: nilai-nilai dunia yang serba instan, godaan untuk menukar kebenaran dengan kenyamanan, iman dengan keuntungan. Namun, Yesus mengingatkan, jika kita terus menutup mata terhadap kehadiran-Nya, kita kehilangan damai sejati itu. Kita bisa memiliki segalanya, tetapi tetap merasa kosong.

Saudara-saudari terkasih, mungkin hari ini Tuhan juga menatap kita dengan mata yang sama seperti ketika Ia menatap Yerusalem. Namun tangisan itu bukan tangisan putus asa—itu adalah undangan kasih. Tuhan tidak ingin menghukum, Ia ingin menyembuhkan. Ia tidak ingin kita binasa, Ia ingin kita hidup dalam damai yang sejati.

Maka, marilah kita membuka hati kita. Dengarkan suara Tuhan yang lembut memanggil di tengah kesibukan hari-hari kita. Biarlah Firman-Nya menyentuh bagian hati kita yang keras, yang lelah, yang terluka. Kita mungkin tidak bisa mengubah dunia seketika, tetapi kita bisa mulai mengubah hati—membiarkan Tuhan memeluk dan menuntun kita pada jalan damai yang sejati.

Seperti Matatias, marilah kita berani memilih setia, walau dunia berkata kita bodoh. Dan seperti Yesus, marilah kita belajar untuk tetap mengasihi, bahkan ketika dunia menolak kasih itu.

Sebab di sanalah damai sejati tinggal—bukan pada banyaknya yang kita miliki, tetapi pada hati yang mau terbuka dan membiarkan Tuhan melawat. Amin. 

Doa Penutup

Tuhan Yesus, lembutkanlah hatiku agar peka mendengar suara-Mu. Ajarlah aku memilih setia meski sulit, dan jangan biarkan aku menutup mata terhadap kasih-Mu. Berilah aku damai sejati yang lahir dari iman, pengampunan, dan kasih kepada sesama. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Rabu 19 November 2025 Lukas 19:11-28 dan Renungan Harian Katolik, Hari Rabu Biasa XXXIII

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada...

More Articles Like This

Favorite Post