Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Rabu 31 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Rabu 31 Desember 2025 merupakan Peringatam Sylvester I, Paus dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Rabu 31 Desember 2025:
Bacaan Pertama: 1 Yohanes 2: 18-21
18 Anak-anak kecil, ini adalah saat terakhir; dan seperti yang telah kamu dengar bahwa Antikristus akan datang, bahkan sekarang sudah ada banyak Antikristus: dengan demikian kita tahu bahwa ini adalah saat terakhir.
19 Mereka keluar dari antara kita, tetapi mereka bukanlah dari kalangan kita. Sebab jika mereka dari kalangan kita, tentu mereka akan tetap tinggal bersama kita; tetapi supaya nyata bahwa mereka bukanlah dari kalangan kita semua.
20 Tetapi kamu mempunyai urapan dari Yang Mahakudus, dan kamu mengetahui segala sesuatu.
21 Aku menulis kepada kalian bukan untuk orang-orang yang tidak mengenal kebenaran, tetapi untuk orang-orang yang mengenalnya: dan bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran.
Mazmur Tanggapan: Mazmur 96: 1-2, 11-12, 13
R. (11a) Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
1 Nyanyikanlah bagi Tuhan suatu kidung baru: nyanyikanlah bagi Tuhan, hai seluruh bumi.
2 Nyanyikanlah pujian kepada Tuhan dan muliakanlah nama-Nya; beritakanlah keselamatan-Nya dari hari ke hari.
R. Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
11 Langit bersukacita, bumi bergembira, laut berguncang dan segala isinya:
12 Ladang-ladang dan segala isinya akan bersukacita. Kemudian semua pohon di hutan akan bergembira.
R. Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
13 Di hadapan Tuhan, karena Ia datang: karena Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan manusia dengan kebenaran-Nya.
R. Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
Haleluya: Yohanes 1: 14a, 12a
R. Haleluya, haleluya.
14a, 12a Firman Allah menjadi daging dan tinggal di antara kita. Kepada mereka yang menerima Dia, Dia memberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah.
R. Haleluya, haleluya.
Bacaan Injil: Yohanes 1: 1-18
1 Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama Allah, dan Firman itu adalah Allah.
2. Ia sama seperti Allah pada mulanya.
3 Segala sesuatu diciptakan oleh Dia; dan tanpa Dia tidak ada satu pun yang diciptakan.
4 Di dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia.
5 Dan terang itu bersinar dalam kegelapan, dan kegelapan tidak dapat memahaminya.
6 Ada seorang yang diutus dari Allah, namanya Yohanes.
7 Orang ini datang sebagai saksi, untuk memberikan kesaksian tentang terang itu, agar semua orang percaya melalui dia.
8 Ia bukanlah terang itu, melainkan pemberi kesaksian tentang terang itu.
9 Itulah terang yang sejati, yang menerangi setiap orang yang datang ke dunia ini.
10 Ia pernah berada di dunia, dan dunia diciptakan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.
11 Ia datang kepada milik-Nya sendiri, tetapi milik-Nya sendiri tidak menerima Dia.
12 Tetapi semua orang yang menerima Dia, Dia memberi mereka kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya kepada nama-Nya.
13 Mereka dilahirkan bukan dari darah, bukan dari kehendak daging, bukan dari kehendak manusia, melainkan dari Allah.
14 Dan Firman itu telah menjadi daging dan tinggal di antara kita, (dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, kemuliaan Anak Tunggal Bapa,) yang penuh dengan kasih karunia dan kebenaran.
15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia, dan berseru: Inilah Dia yang telah kukatakan: Dia yang akan datang sesudah aku, lebih besar daripada aku, karena Dia ada sebelum aku.
16 Dan dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima, dan kasih karunia demi kasih karunia.
17 Sebab hukum Taurat diberikan melalui Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang melalui Yesus Kristus.
18 Tidak seorang pun pernah melihat Allah; Anak Tunggal yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan Dia.
Renungan Harian Katolik Rabu 31 Desember 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Di penghujung tahun ini, ketika kalender hampir habis dan hidup kita seakan diajak berhenti sejenak untuk menoleh ke belakang, Gereja menghadapkan kita pada sabda yang sangat dalam dan jujur tentang terang dan kegelapan, tentang kebenaran dan kepalsuan, tentang Allah yang sungguh hadir di tengah dunia manusia. Bukan kebetulan bahwa pada hari terakhir tahun ini kita mendengarkan Injil Yohanes tentang Firman yang telah menjadi daging, dan Bacaan Pertama dari surat Yohanes yang berbicara tentang saat terakhir, tentang kebenaran yang harus dijaga, dan tentang hati yang tetap setia.
Injil hari ini tidak dibuka dengan cerita kelahiran di palungan, tetapi dengan pernyataan iman yang sangat mendalam: “Pada mulanya adalah Firman.” Yohanes mengajak kita menengok lebih jauh dari sekadar peristiwa, menembus ke makna terdalam hidup. Ia ingin mengatakan bahwa hidup ini tidak berjalan tanpa arah, tidak kosong, tidak sekadar rangkaian kejadian. Sejak awal, hidup kita sudah berada dalam pelukan Allah. Firman itu adalah Allah sendiri, dan Firman itu menjadi manusia, tinggal di antara kita, masuk ke dalam realitas sehari-hari kita yang penuh luka, harapan, kegagalan, dan kerinduan.
Namun Injil juga jujur mengatakan sesuatu yang pahit: terang itu datang ke dunia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik-Nya sendiri, tetapi milik-Nya tidak menerima Dia. Ini bukan hanya kisah dua ribu tahun lalu. Ini adalah kisah hidup kita hari ini. Betapa sering kita sibuk, lelah, mengejar banyak hal, tetapi tanpa sadar menutup pintu hati bagi Tuhan yang hadir dengan cara sederhana. Kita mengenal Yesus secara nama, secara tradisi, tetapi belum tentu sungguh menerima-Nya dalam pilihan hidup, cara berpikir, dan cara memperlakukan sesama.
Bacaan Pertama menegaskan kenyataan yang tidak kalah berat: ada banyak suara, banyak ajaran, banyak jalan yang tampaknya benar, tetapi tidak semuanya berasal dari kebenaran. Yohanes menyebutnya dengan istilah yang keras: antikristus, yaitu apa pun yang menjauhkan kita dari Kristus tanpa kita sadari. Ini bisa hadir bukan dalam bentuk kejahatan yang kasar, tetapi dalam sikap hidup yang pelan-pelan mengikis iman: kebohongan kecil yang dibenarkan, egoisme yang dianggap wajar, iman yang hanya hidup di mulut tetapi tidak di tindakan. Di zaman sekarang, ketika informasi begitu melimpah dan nilai-nilai begitu relatif, sabda ini menjadi sangat relevan. Kita mudah bingung, mudah terseret arus, mudah kehilangan pegangan.
Namun Yohanes juga memberi pengharapan yang besar: kita memiliki urapan dari Yang Mahakudus. Artinya, Allah tidak meninggalkan kita sendirian. Roh Kudus bekerja dalam hati nurani kita, membimbing kita untuk mengenali kebenaran, jika kita mau diam, mendengarkan, dan jujur pada diri sendiri. Kebenaran bukan sesuatu yang jauh dan rumit. Kebenaran itu berwajah Yesus sendiri: penuh kasih karunia, penuh kebenaran, dekat, dan menyelamatkan.
Menutup tahun ini, sabda Tuhan mengajak kita bertanya dengan jujur: terang apa yang kita izinkan masuk ke dalam hidup kita selama setahun ini? Suara siapa yang paling kita dengarkan? Apakah kita sungguh memberi ruang bagi Firman untuk tinggal dalam keluarga kita, dalam pekerjaan kita, dalam keputusan-keputusan kecil yang kita ambil setiap hari? Atau kita lebih sering membiarkan kegelapan berupa ketakutan, kepahitan, dan kepentingan diri menguasai hati?
Injil hari ini memberi janji yang indah dan meneguhkan: semua orang yang menerima Dia diberi kuasa menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak Allah bukan soal kesempurnaan, tetapi soal relasi. Soal mau membuka hati, mau dibentuk, mau berjalan bersama Tuhan, meskipun pelan dan sering jatuh. Firman yang menjadi daging adalah Allah yang tidak menjauh dari manusia, tetapi Allah yang mau berjalan bersama kita, dari awal sampai akhir, bahkan sampai melewati batas waktu itu sendiri.
Saudara-saudari terkasih, di ambang tahun yang baru, mari kita tidak hanya mengganti kalender, tetapi juga membaharui hati. Mari kita kembali pada yang paling dasar: mendengarkan Injil, merenungkannya, dan membiarkannya membentuk cara kita hidup. Di tengah dunia yang sering gelap dan membingungkan, kita dipanggil bukan untuk menjadi sempurna, tetapi untuk menjadi terang kecil yang setia. Terang yang lahir dari perjumpaan pribadi dengan Firman yang hidup.
Kiranya Firman yang telah menjadi daging itu tinggal sungguh dalam hidup kita, menuntun langkah kita, menenangkan hati kita, dan memberi makna pada setiap hari yang akan kita jalani. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, Firman yang hidup, kami bersyukur atas penyertaan-Mu sepanjang tahun ini. Terangilah hati kami agar kami mampu mengenali kebenaran-Mu dan setia menjalaninya. Tinggallah dalam hidup kami, dalam keluarga dan pekerjaan kami, agar kami sungguh hidup sebagai anak-anak Allah, hari ini dan sepanjang tahun yang akan datang. Amin.
