Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 1 Januari 2026.
Kalender Liturgi hari Kamis 1 Januari 2026 merupakan Hari Raya Santa Perawan Maria, Bunda Allah, Hari Kedelapan Natal, Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 1 Januari 2026:
Bacaan Pertama: Bilangan 6:22-27
22 Dan TUHAN berfirman kepada Musa:
23 “Katakanlah kepada Harun dan anak-anaknya: Demikianlah engkau harus memberkati anak-anak Israel, dan engkau harus berkata kepada mereka:
24 ‘Semoga Tuhan memberkati dan melindungi kamu.
25 Semoga Tuhan menyatakan wajah-Nya kepadamu dan mengasihani kamu.
26 Semoga Tuhan mengarahkan wajah-Nya kepada kamu dan memberikan damai sejahtera kepada kamu.’
27 Dan mereka akan menyebut nama-Ku atas anak-anak Israel, dan Aku akan memberkati mereka.”
Mazmur Tanggapan: Mazmur 67:2-3, 5, 6, 8
R. (2a) Semoga Allah memberkati kita dengan rahmat-Nya.
2 Semoga Allah mengasihani kita dan memberkati kita;
semoga Ia menyinari wajah-Nya kepada kita.
3 Semoga jalan-Mu dikenal di bumi;
di antara semua bangsa, keselamatan-Mu.
R. Semoga Allah memberkati kita dalam rahmat-Nya.
5 Semoga bangsa-bangsa bersukacita dan bergembira
karena Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil;
bangsa-bangsa di bumi Engkau bimbing.
R. Semoga Allah memberkati kita dalam rahmat-Nya.
6 Semoga seluruh umat memuji-Mu, ya Allah;
semoga semua umat memuji-Mu!
8 Semoga Allah memberkati kita,
dan semoga seluruh ujung bumi takut kepada-Nya!
R. Semoga Allah memberkati kita dalam rahmat-Nya.
Bacaan Kedua: Galatia 4:4-7
Saudara-saudari:
4 Ketika genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan, yang berada di bawah hukum Taurat:
5 Supaya Ia menebus mereka yang berada di bawah hukum Taurat, supaya kita diterima sebagai anak-anak Allah.
6 Dan karena kamu adalah anak-anak Allah, maka Allah telah mengutus Roh Anak-Nya ke dalam hatimu, yang berseru: Abba, Bapa.
7 Jadi, kamu bukan lagi seorang hamba, melainkan seorang anak; dan jika kamu seorang anak, maka kamu juga seorang ahli waris, melalui Allah.
Haleluya – Ibrani 1:1-2
R. Haleluya, haleluya.
1 Dahulu Allah berbicara kepada nenek moyang kita melalui para nabi;
2 pada zaman akhir ini, Ia telah berbicara kepada kita melalui Anak-Nya.
R. Haleluya, haleluya.
Bacaan Injil: Lukas 2:16-21
16 Para gembala bergegas ke Betlehem dan menemukan Maria dan Yusuf, serta bayi itu terbaring di palungan.
17 Dan setelah melihat itu, mereka mengerti perkataan yang telah disampaikan kepada mereka mengenai anak itu.
18 Dan semua orang yang mendengar merasa heran; dan heran pula akan hal-hal yang diberitakan oleh para gembala itu.
19 Tetapi Maria menyimpan semua perkataan itu dan merenungkannya dalam hatinya.
20 Lalu para gembala itu kembali sambil memuliakan dan memuji Allah, karena segala sesuatu yang telah mereka dengar dan lihat, seperti yang telah diberitakan kepada mereka.
21 Setelah delapan hari berlalu sejak Ia disunat, Ia diberi nama Yesus, nama yang diberikan malaikat kepadanya sebelum Ia dikandung dalam kandungan.
Renungan Harian Katolik Kamis 1 Januari 2026
Saudara-saudari terkasih, kita memasuki hari pertama di tahun yang baru, sekaligus hari kedelapan Natal, dan Gereja mengajak kita memandang Maria sebagai Bunda Allah. Bukan kebetulan. Di awal tahun, Gereja seperti seorang ibu yang menggandeng anaknya, lalu mengarahkannya pada satu wajah yang penuh kelembutan: wajah Allah yang hadir dalam diri Yesus, dan wajah Maria yang menyimpan segala sesuatu di dalam hatinya.
Injil hari ini sederhana, bahkan sangat hening. Tidak ada mukjizat besar, tidak ada kata-kata panjang dari Yesus. Hanya seorang bayi di palungan, para gembala yang bergegas, dan Maria yang diam, menyimpan dan merenungkan semuanya dalam hati. Tetapi justru di dalam kesederhanaan itulah, Allah sedang berbicara sangat dalam kepada kita.
Para gembala datang dengan tergesa-gesa. Mereka orang-orang biasa, sederhana, mungkin sering dipandang rendah. Namun merekalah yang pertama-tama menerima kabar sukacita dan berani melangkah untuk melihatnya sendiri. Setelah melihat, mereka pulang dengan hati yang berubah: memuliakan dan memuji Allah. Iman mereka tidak berhenti pada rasa heran, tetapi berbuah dalam hidup yang memuliakan Tuhan. Di sini kita belajar bahwa iman bukan hanya soal mengerti, tetapi soal berani melangkah, mengalami, lalu kembali ke hidup sehari-hari dengan hati yang baru.
Di tengah semua itu, Maria tidak banyak bicara. Injil berkata, “Maria menyimpan semua perkara itu dan merenungkannya dalam hatinya.” Maria mengajarkan kita cara beriman yang sangat manusiawi. Tidak tergesa-gesa menilai, tidak sibuk menjelaskan, tetapi memberi ruang di dalam hati. Ia tidak sepenuhnya memahami semuanya, tetapi ia percaya. Ia tidak menguasai rencana Allah, tetapi ia menyerahkan diri. Di awal tahun yang baru, sikap Maria ini terasa sangat dekat dengan hidup kita. Kita pun sering tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan. Ada harapan, tetapi juga kekhawatiran. Ada rencana, tetapi juga ketidakpastian. Maria mengajarkan kita untuk tidak lari dari semua itu, melainkan menyimpannya di hadapan Allah, dengan iman yang tenang.
Bacaan pertama dari Kitab Bilangan menampilkan berkat yang sangat indah: semoga Tuhan memberkati dan melindungi engkau, semoga Tuhan menyinari wajah-Nya atasmu dan memberi engkau damai sejahtera. Berkat ini bukan sekadar kata-kata baik. Ini adalah janji kehadiran Allah. Allah yang tidak jauh, tetapi Allah yang menghadapkan wajah-Nya kepada kita. Wajah yang melihat, memahami, dan mengasihi. Dan wajah itu kini nyata dalam diri Yesus, Putra Maria. Maria adalah ibu yang pertama kali memandang wajah itu, menggendongnya, merawatnya, dan menyimpannya di dalam hati. Maka ketika kita memandang Maria hari ini, kita sebenarnya sedang diajak untuk percaya bahwa hidup kita pun ada di bawah tatapan kasih Allah.
Bacaan kedua dari surat kepada jemaat Galatia menegaskan sesuatu yang sangat mendasar: kita bukan hamba, melainkan anak. Allah mengutus Putra-Nya, yang lahir dari seorang perempuan, supaya kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Ini kabar yang sangat membebaskan. Kita sering hidup dengan rasa takut: takut gagal, takut tidak cukup baik, takut masa depan. Firman hari ini mengingatkan bahwa identitas kita bukan ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan kita, tetapi oleh kasih Allah. Kita adalah anak-anak yang boleh berseru, “Abba, Bapa.” Allah bukan majikan yang jauh, tetapi Bapa yang dekat.
Natal belum berakhir. Natal justru dilanjutkan dalam hidup sehari-hari. Seperti para gembala yang kembali ke pekerjaan mereka, dan seperti Maria yang melanjutkan hidupnya dengan setia, kita pun dipanggil untuk membawa Yesus ke dalam rutinitas kita: ke dalam keluarga, pekerjaan, relasi, dan keputusan-keputusan kecil setiap hari. Iman yang sejati tidak selalu spektakuler, tetapi setia. Tidak selalu keras, tetapi mendalam. Tidak selalu cepat mengerti, tetapi mau merenungkan dan percaya.
Di awal tahun ini, Gereja tidak memberi kita daftar target rohani, tetapi menghadirkan seorang ibu dan seorang bayi. Dari sana kita belajar bahwa Allah bekerja lewat kelembutan, kesabaran, dan kehadiran. Semoga kita berani seperti para gembala untuk melangkah mendekat, dan setia seperti Maria untuk menyimpan Tuhan di dalam hati. Dan semoga sepanjang tahun ini, wajah Tuhan sungguh menyinari hidup kita, memberi kita damai yang nyata, damai yang bisa dijalani, dirasakan, dan dibagikan kepada sesama. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, di awal tahun ini kami datang seperti Maria, menyimpan hidup kami di hadapan-Mu. Ajar kami percaya saat tak mengerti, dalam keseharian, membawa damai-Mu ke keluarga, pekerjaan, dan setiap relasi, sebagai anak-anak Bapa yang Engkau kasihi hari ini dan sepanjang perjalanan hidup kami. Amin.
