Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 29 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Senin 29 Desember 2025 merupakan Hari Minggu Natal/ Thomas Becket, Uskup, Martir, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 29 Desember 2025:
Bacaan Pertama: 1 Yohanes 2: 3-11
3 Dan dengan ini kita tahu bahwa kita telah mengenal Dia, jika kita menaati perintah-perintah-Nya.
4 Barangsiapa mengatakan bahwa ia mengenal Dia, tetapi tidak menaati perintah-perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta, dan kebenaran tidak ada di dalam dirinya.
5 Tetapi barangsiapa memelihara firman-Nya, di dalam dia kasih Allah benar-benar sempurna; dan dengan itu kita tahu bahwa kita berada di dalam Dia.
6 Barangsiapa berkata bahwa ia tinggal di dalam Dia, ia sendiri juga harus berjalan, sama seperti Dia berjalan.
7 Saudara-saudari yang terkasih, aku menuliskan bukan perintah baru kepada kalian, melainkan perintah lama yang telah kalian miliki sejak semula. Perintah lama itu adalah firman yang telah kalian dengar.
8 Sekali lagi, suatu perintah baru kutuliskan kepadamu, yang benar baik di dalam Dia maupun di dalam kamu; sebab kegelapan telah berlalu dan terang yang sejati kini bersinar.
9 Barangsiapa mengaku berada dalam terang, tetapi membenci saudaranya, ia masih berada dalam kegelapan sampai sekarang.
10 Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tinggal dalam terang dan tidak ada fitnah dalam dirinya.
11 Tetapi orang yang membenci saudaranya berada dalam kegelapan, dan berjalan dalam kegelapan, dan tidak tahu ke mana ia pergi, karena kegelapan telah membutakan matanya.
Mazmur Tanggapan: Mazmur 96: 1-2a, 2b-3, 5b-6
R. (11a) Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
1 Nyanyikanlah bagi Tuhan suatu kidung baru: nyanyikanlah bagi Tuhan, hai seluruh bumi.
2a Bernyanyilah bagi Tuhan dan pujilah nama-Nya.
R. Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
2b. Nyatakanlah keselamatan-Nya dari hari ke hari.
3 Nyatakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi dan keajaiban-keajaiban-Nya di antara semua orang.
R. Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
5b Tuhan menciptakan langit.
6 Pujian dan keindahan ada di hadapan-Nya: kekudusan dan keagungan ada di tempat kudus-Nya.
R. Biarlah langit bersukacita dan bumi bergembira!
Haleluya: Lukas 2:32
R. Haleluya, haleluya.
32 Terang pewahyuan bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi dan kemuliaan bagi umat-Mu Israel
R. Haleluya, haleluya.
Bacaan Injil: Lukas 2: 22-35
22 Dan setelah hari-hari penyuciannya, menurut hukum Musa, genap, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk mempersembahkan Dia kepada Tuhan.
23 Seperti yang tertulis dalam hukum Tuhan: Setiap laki-laki yang membuka rahim harus dikuduskan bagi Tuhan.
24 Dan untuk mempersembahkan korban, sesuai dengan yang tertulis dalam hukum Tuhan, sepasang burung merpati atau dua ekor burung dara muda:
25 Dan lihatlah, ada seorang laki-laki di Yerusalem bernama Simeon; orang ini benar dan saleh, yang menantikan penghiburan Israel; dan Roh Kudus ada di dalam dirinya.
26 Dan ia telah menerima jawaban dari Roh Kudus, bahwa ia tidak akan melihat kematian sebelum ia melihat Kristus Tuhan.
27 Dan Ia datang ke Bait Suci oleh Roh Kudus. Dan ketika orang tuanya membawa anak Yesus ke sana untuk melakukan ritual menurut hukum Taurat,
28 Ia juga menggendongnya, lalu memuji Tuhan dan berkata:
29 Sekarang Engkau melepaskan hamba-Mu, ya Tuhan, sesuai dengan firman-Mu dalam damai;
30 Karena mataku telah melihat keselamatan-Mu,
31 Yang telah Engkau persiapkan di hadapan semua bangsa:
32 Terang untuk menyatakan keberadaan bangsa-bangsa bukan Yahudi, dan kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.
33 Dan ayah dan ibunya heran akan hal-hal yang dikatakan tentang dia.
34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibunya: Lihatlah, anak ini ditetapkan untuk kejatuhan dan untuk kebangkitan banyak orang di Israel, dan sebagai tanda yang akan ditentang;
35 Dan jiwamu sendiri akan ditusuk pedang, agar dari banyak hati dapat terungkap berbagai pikiran.
Renungan Harian Katolik Senin 29 Desember 2025
Saudara-saudari terkasih,
Hari ini Gereja mengajak kita masuk ke dalam suasana Natal yang hening namun sangat dalam. Kita tidak lagi berada pada hiruk-pikuk kelahiran, melainkan diajak merenung: apa arti kehadiran Yesus yang sungguh bagi hidup kita sehari-hari. Bacaan Injil dan Bacaan Pertama berbicara dengan bahasa yang sederhana, tetapi menembus hati manusia yang paling jujur.
Dalam Injil, kita melihat Maria dan Yosef membawa Yesus ke Bait Allah. Mereka tidak melakukan hal yang luar biasa di mata dunia. Mereka hanya setia pada apa yang diwajibkan hukum. Mereka datang sebagai orang tua sederhana, bahkan persembahan mereka adalah persembahan orang miskin: sepasang burung merpati. Namun justru di dalam kesederhanaan dan ketaatan itulah Allah menyatakan sesuatu yang besar. Di sana ada Simeon, seorang tua yang menanti dengan setia, yang sepanjang hidupnya tidak mencari sensasi rohani, tetapi dengan sabar menunggu janji Tuhan. Dan ketika ia menggendong bayi kecil itu, ia berkata: “Sekarang Engkau melepaskan hamba-Mu dalam damai.” Bukan karena hidupnya tanpa masalah, bukan karena semua jawabannya lengkap, tetapi karena ia telah melihat terang itu. Ia telah melihat keselamatan.
Yesus hadir sebagai bayi yang rapuh, tidak berbicara, tidak berkuasa, tidak menghakimi. Namun Simeon melihat lebih dalam. Ia melihat terang bagi bangsa-bangsa dan kemuliaan bagi umat Allah. Terang tidak datang dengan sorotan yang menyilaukan, tetapi dengan kehadiran yang lembut. Terang itu datang untuk menerangi hati manusia, agar manusia tahu ke mana ia melangkah, agar ia tidak berjalan dalam kegelapan.
Di sinilah Bacaan Pertama berbicara sangat jujur kepada kita. Rasul Yohanes tidak berbicara tentang iman yang rumit atau teori yang tinggi. Ia hanya berkata: kalau kita berkata mengenal Allah, hidup kita harus mencerminkan cara hidup Yesus. Kalau kita berkata tinggal di dalam terang, tetapi masih membenci, menghakimi, merendahkan, menutup hati terhadap sesama, maka sesungguhnya kita masih berjalan dalam kegelapan. Kata-kata ini sangat dekat dengan kehidupan kita sekarang. Kita hidup di zaman di mana orang mudah berbicara tentang iman, mudah membagikan ayat, mudah menunjukkan identitas religius, tetapi sering kali lupa pada hal yang paling mendasar: kasih yang nyata.
Terang Kristus tidak diukur dari seberapa sering kita berbicara tentang Tuhan, melainkan dari bagaimana kita memperlakukan orang lain. Cara kita bersabar di rumah, cara kita jujur dalam pekerjaan, cara kita menahan kata-kata yang melukai, cara kita tetap mengasihi meski tidak dimengerti. Kasih bukan sesuatu yang selalu terasa indah, tetapi sesuatu yang dipilih setiap hari. Itulah berjalan seperti Yesus berjalan.
Simeon juga mengatakan sesuatu yang mungkin berat kita dengar: Yesus akan menjadi tanda yang ditentang, dan pedang akan menembus jiwa Maria. Artinya, terang itu tidak selalu membuat hidup nyaman. Mengikuti Kristus berarti siap melihat kebenaran tentang diri kita sendiri. Terang menyingkapkan isi hati, termasuk egoisme, kebencian, dan luka yang kita simpan. Namun justru di sanalah keselamatan bekerja. Tuhan tidak datang untuk menyembunyikan luka kita, tetapi untuk menyembuhkannya.
Maka Natal bukan hanya tentang Allah yang datang ke dunia, tetapi tentang manusia yang mau membiarkan hidupnya diterangi. Apakah kita mau membiarkan terang itu masuk ke dalam relasi kita yang retak, ke dalam kelelahan hidup, ke dalam amarah yang kita pendam? Atau kita lebih memilih kegelapan yang terasa aman karena tidak menuntut perubahan?
Saudara-saudari, iman Kristen bukan soal tahu banyak tentang Tuhan, melainkan soal berani hidup seperti Tuhan yang kita kenal. Kasih yang sederhana, kesetiaan yang diam-diam, pengampunan yang mungkin tidak dilihat orang, tetapi nyata di hadapan Allah. Jika kita mau berjalan dalam terang itu, meski pelan dan sering jatuh, maka seperti Simeon, kita pun akan menemukan damai. Damai bukan karena hidup sempurna, tetapi karena kita tahu: keselamatan itu nyata, dekat, dan berjalan bersama kita setiap hari. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, terang hidupku, ajarilah aku berjalan seperti Engkau berjalan. Lembutkan hatiku agar mampu mengasihi, bukan menghakimi. Terangilah pilihan harianku, supaya imanku nyata dalam sikap, kata, dan perbuatanku, bagi sesama dan kemuliaan-Mu. Bimbing aku setia dan sabar dalam kehidupan sehari-hari yang Engkau kehendaki, selalu. Amin.
