Thursday, November 20, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Rabu 26 November 2025 Lukas 21:12-19 dan Renungan Harian Katolik, Hari Rabu Biasa XXXIV

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Rabu 26 November 2025.

Kalender Liturgi hari Rabu 26 November 2025 merupakan Hari Rabu Biasa XXXIV, Santo Yohanes Berchmans Pengaku Iman, Santo Silvester Gozzolini Abbas dan Pengaku iman, Santo Leonardus Porto Morizio Pengaku Iman, Santo Sarbel Maklouf Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Hijau..

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Rabu 26 November 2025:

Bacaan Pertama: Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28

Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya; dan di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur.

Dalam kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar,

ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu.

Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem,

lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu; mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.

Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.

Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.

Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: “Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda?

Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa.

Tetapi telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau dapat memberikan makna dan dapat menguraikan kekusutan.

Oleh sebab itu, jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku,

maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga.”

Kemudian Daniel menjawab raja: “Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku.

Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari Bait-Nya dibawa orang kepada tuanku,

lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas,

dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku.

Sebab itu Ia menyuruh punggung tangan itu dan dituliskanlah tulisan ini. Maka inilah tulisan yang tertulis itu: Mene, mene, tekel ufarsin.

Dan inilah makna perkataan itu: Mene: masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri;

Tekel: tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan; Peres: kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan : Dan. 3:62-67

Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.

Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.

Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.

Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.

Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.

Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.

Bait Pengantar Injil : Wahyu 2:10

Ref. Alleluya.

Hendaklah engkau setia sampai mati, sabda Tuhan dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.

Bacaan Injil : Lukas 21:12-19

Karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang tetapi tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.

Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Akan datang harinya kalian ditangkap dan dianiaya.

Karena nama-Ku kalian akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat, dimasukkan ke dalam penjara, dan dihadapkan kepada raja-raja dan para penguasa.

Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu, jangan kalian memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.

Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat, sehingga kalian tak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.

Dan kalian akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu, dan beberapa orang di antaramu akan dibunuh; karena nama-Ku kalian akan dibenci semua orang.

Tetapi tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang. Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Rabu 26 November 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Ketika kita mendengarkan kisah dari Kitab Daniel hari ini, kita seakan diajak masuk ke dalam ruang pesta besar Raja Belsyazar—sebuah ruangan yang penuh tawa, anggur, dan kesombongan manusia. Tetapi justru di tengah keramaian itu, muncul keheningan yang menakutkan: jari-jari tangan menulis di dinding. Tanpa suara, tanpa ancaman yang lantang, hanya sebuah tulisan—namun cukup untuk membuat seorang raja gemetar sampai lututnya beradu.

Mengapa? Karena di balik tulisan itu ada kebenaran yang tak bisa dibantah: hidup manusia, sebesar apa pun kuasanya, tetap berada di hadapan Allah yang menimbang hati, yang mengenal motif terdalam, dan yang berhak memberi makna atas segala sesuatu.

Raja Belsyazar menggunakan barang kudus sesuka hatinya, menjadikan apa yang suci sebagai bahan pesta mabuknya. Ia memuji dewa-dewa buatannya sendiri, tetapi melupakan Allah yang sesungguhnya memegang napasnya. Dan ketika Allah “menulis,” tulisan itu bukan sekadar hukuman, melainkan sebuah teguran terhadap manusia yang lupa diri: bahwa hidup ini rapuh, waktu terbatas, dan hati manusia bisa menjadi terlalu ringan bila diukur di hadapan Tuhan.

Lalu kita mendengar Injil: Yesus berbicara tentang aniaya, penolakan, pengkhianatan. Kata-kata Yesus terdengar tidak mudah, bahkan menakutkan. Tetapi perhatikan: Yesus tidak sedang mengancam; Ia sedang mempersiapkan hati para murid. Yesus jujur. Ia tidak menawarkan jalan yang mulus, tetapi Ia menawarkan penyertaan: “Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat.” Dan lebih jauh lagi: “Tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.” Artinya, kalian mungkin diperlakukan keras oleh dunia, tetapi kalian tidak pernah lepas dari genggaman Allah.

Kalau dalam bacaan pertama kita melihat ia yang sombong dan lupa Tuhan akhirnya runtuh, dalam Injil kita melihat murid-murid yang tetap setia justru akan memperoleh hidup. Ada dua jalan yang sangat berbeda: jalan kesombongan yang mengandalkan diri sendiri, atau jalan kesetiaan yang menyerahkan diri kepada penyelenggaraan Tuhan, apa pun risikonya.

Saudara-saudari, dua bacaan ini berbicara langsung ke jantung kehidupan manusia zaman sekarang.

Kita hidup di dunia yang sibuk, kompetitif, penuh tuntutan, penuh suara—terkadang seperti pesta besar Belsyazar, di mana banyak orang mencari kepuasan, gengsi, dan pengakuan. Tanpa sadar, yang suci bisa tergeser. Relasi dengan Tuhan diminggirkan. Kejujuran dikompromikan demi kenyamanan. Kesetiaan dikalahkan oleh kepentingan. Kita mengangkat “dewa-dewa” modern: prestasi, uang, popularitas, teknologi, atau bahkan diri kita sendiri. Dan pelan-pelan, tanpa disadari, hati kita bisa menjadi “terlalu ringan,” seperti yang dikatakan Daniel.

Sebaliknya, Yesus mengajak kita menapaki jalan yang tampaknya lebih sulit: jalan kesetiaan. Kesetiaan itu tidak selalu spektakuler; sering kali ia terjadi dalam keheningan keseharian. Bertahan dalam kejujuran ketika orang lain memilih jalan pintas. Bertahan dalam cinta ketika hubungan diuji. Bertahan dalam pengampunan ketika sakit hati menggoda untuk membalas. Bertahan dalam doa ketika hidup tidak memberi jawaban cepat. Bertahan dalam iman ketika situasi tampak membingungkan atau bahkan menyakitkan.

Yesus tidak menjanjikan bahwa orang yang setia akan bebas dari masalah. Ia tidak mengatakan “kalian tidak akan ditolak,” tetapi Ia berkata, “Aku sendiri akan memberi kalian kata-kata hikmat,” dan “tidak sehelai pun rambut kepalamu akan hilang.” Di sini Yesus menegaskan: kesetiaan itu tidak sia-sia. Kesetiaan itu menyelamatkan. Kesetiaan itu menghadirkan hidup.

Maka, hari ini kita diundang untuk memeriksa diri: Bila hidup kita ditimbang seperti Raja Belsyazar, apakah kita akan “terlalu ringan”? Atau apakah kita hidup cukup setia sehingga Tuhan mengenal kita sebagai murid-murid-Nya?

Injil hari ini mengajak kita untuk bertahan—bukan hanya bertahan hidup, tetapi bertahan dalam kebenaran, bertahan dalam pengharapan, bertahan dalam iman, bertahan dalam kasih. Dan ketika kita bertahan, bukan kekuatan kita yang menjadi tumpuan, melainkan Tuhan sendiri yang menopang.

Semoga pada hari Rabu Biasa ini, melalui teladan para santo yang kita peringati—mereka yang hidupnya sederhana, setia, dan teguh—kita pun belajar bahwa kesetiaan bukan sekadar kewajiban, tetapi jalan menuju kedamaian dan hidup sejati.

Kiranya hati kita tidak menjadi ringan ketika ditimbang Tuhan, tetapi penuh dengan iman, kesetiaan, dan kasih yang nyata dalam hidup sehari-hari. Amin.

Doa Penutup

Tuhan, ajarilah aku untuk setia di tengah godaan dan kesulitan. Jauhkan aku dari kesombongan seperti Belsyazar, dan kuatkan hatiku agar tetap bertahan dalam iman. Berikanlah hikmat-Mu dalam setiap langkahku, supaya hidupku selalu memuliakan Engkau. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Kamis 27 November 2025 Lukas 21:20-28 dan Renungan Harian Katolik, Hari Kamis Biasa XXXIV

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada...

More Articles Like This

Favorite Post