Thursday, November 13, 2025

PT Toba Pulp Lestari (TPL) Siapa Pemiliknya dan Kenapa Perusahaan Ini Jadi Sorotan di Danau Toba

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Isu soal lingkungan dan tanah adat di Sumatera Utara lagi panas banget, gengs! Ribuan orang turun ke jalan buat demo di depan Kantor Pemprov Sumut. Mereka nuntut satu hal: tutup PT Toba Pulp Lestari (TPL) — perusahaan gede yang udah lama beroperasi di sekitar Danau Toba.

Aksi ini bukan cuma soal pabrik doang, tapi juga tentang alam, masyarakat adat, dan keadilan sosial. Nah, dari situ banyak orang jadi penasaran:
➡️ “TPL itu punya siapa sih?”
➡️ “Udah berdiri dari kapan?”
➡️ “Dan sebenernya mereka ngapain aja?”

Yuk, kita bongkar bareng sejarah, bisnis, sampe kontroversi di balik perusahaan ini 💥

🏭 Awal Mula Berdirinya PT Toba Pulp Lestari

Jadi gini, Toba Pulp Lestari (TPL) itu sebenernya bukan perusahaan baru. Mereka udah berdiri sejak 26 April 1983 di Sumatera Utara. Awalnya, nama mereka PT Inti Indorayon Utama Tbk sebelum akhirnya rebranding jadi Toba Pulp Lestari biar lebih fresh dan “lokal banget” gitu.

Mereka mulai operasi beneran pada 1 April 1989, dengan pabrik utama di Desa Pangombusan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba. Kantor pusatnya sendiri nongkrong di Uniplaza Medan, East Tower lantai 3.

Perusahaan ini dibangun sama Sukanto Tanoto, pengusaha kondang asal Indonesia yang juga punya Royal Golden Eagle (RGE) Group — konglomerat besar yang bisnisnya nyebar di mana-mana, dari minyak sawit sampai pulp dan kertas.

Soal produksi, TPL ini bisa ngeluarin lebih dari 214 ribu ton pulp per tahun! Sekitar 96% buat pasar dalam negeri, sisanya diekspor ke luar negeri.

💼 Jadi, Siapa Pemilik Aslinya Nih?

Pertanyaan sejuta umat: “TPL tuh punya siapa sih, sebenernya?”

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pemilik mayoritas TPL itu adalah Pinnacle Company Pte. Ltd., perusahaan asal Singapura yang udah nge-hold saham mayoritas sejak 2007.

Tapi… jangan salah! Pinnacle ini masih nyambung ke bisnisnya Sukanto Tanoto lewat jaringan Royal Golden Eagle (RGE). Jadi, bisa dibilang kendali besarnya tetep di tangan Sukanto, cuma lewat perusahaan luar negeri aja.

Sisanya, sebagian kecil sahamnya dipegang publik dan lembaga keuangan di Indonesia. Tapi pengaruh paling kuat ya tetep si Pinnacle itu tadi.

🌿 TPL Produksi Apa Aja Sih?

TPL ini main di industri pulp alias pengolahan kayu jadi bubur kertas. Nah, pulp ini nantinya jadi bahan dasar buat bikin kertas, tisu, sampe produk turunan lainnya.

Mereka pake bahan baku dari pohon eukaliptus yang ditanam di hutan industri sekitar Danau Toba.

Selain produksi, TPL juga punya program CSR (Corporate Social Responsibility) yang katanya nyisihin 1% dari total penjualan bersih buat bantu pendidikan, kesehatan, dan ekonomi warga sekitar.

Tapi ya… tetep aja, banyak yang nyinyir karena isu lingkungan dan tanah adat masih jadi masalah besar. 🌳💔

⚡ Drama dan Konflik Bareng Masyarakat Adat

Udah lebih dari 40 tahun berdiri, tapi keberadaan TPL masih aja kontroversial. Banyak warga sekitar Danau Toba yang ngerasa aktivitas perusahaan ini bikin rusak alam dan ngerebut tanah adat mereka.

Baru-baru ini, 10 November 2025, ribuan orang turun ke jalan di depan Kantor Gubernur Sumut, Bobby Nasution, nuntut biar TPL ditutup.

Aksi ini dipimpin sama Jon Tarihoran, dan diikuti banyak tokoh adat, mahasiswa, sampe warga dari berbagai daerah kayak Tapanuli Selatan. Mereka bawa spanduk gede bertuliskan:

“Selamatkan Tanah Batak, Tutup TPL!”

Biar makin berasa vibe-nya, mereka juga nabuh gondang Batak dan pakai ulos — simbol kuat budaya Batak.

Salah satu oratornya, Rocky Pasaribu, yang juga Direktur KSPPM, bilang tegas:

“Kami nggak mau diintimidasi. Gubernur harus datang dan tutup TPL!”

Selain itu, Pdt. Robinsar Siregar dari Sekber Gerakan Oikumenis juga nyuarain semangat yang sama:

“Perjuangan ini belum selesai. Kami nggak bakal mundur. Tanah adat nggak boleh dirampas!”

🔥 Gila, semangat perjuangannya luar biasa banget!

🏛️ Respons dari Pemprov Sumut

Pemerintah Provinsi Sumut akhirnya buka suara. Lewat Pj Sekda Sulaiman Harahap, mereka janji bakal turun langsung ke lokasi konflik, tepatnya ke Nagori Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Simalungun.

Sulaiman bilang:

“Kami bakal nyampaikan ke Gubernur biar secepatnya ke Sihaporas buat liat langsung situasinya.”

Sementara Wakil Gubernur Surya sempet ketemu massa dan bilang kalau Gubernur Bobby lagi di Jakarta buat acara Hari Pahlawan. Jadi, pertemuan lanjutan bakal dijadwalkan pas beliau balik ke Medan.

Akhirnya, massa bubar dengan tertib — tapi tetep janji bakal ngelihatin terus janji pemerintah biar gak PHP 😤

🌍 Dampak Sosial & Lingkungan: Luka Lama yang Belum Sembuh

Kalau ngomongin TPL, konflik sama warga adat udah kayak drama berseri tanpa ending. Dari zaman masih bernama Indorayon, isu yang sama terus muncul: tanah adat diserobot, hutan rusak, masyarakat rugi.

Walaupun TPL sering ngomong soal “sustainability” dan “keberlanjutan”, di lapangan masih banyak laporan soal sengketa lahan dan penolakan warga.

Selain lingkungan, ada juga dampak sosial kayak hilangnya mata pencaharian warga adat dan turunnya kualitas hidup. Inilah alasan kenapa gelombang protes kayaknya gak bakal berhenti dalam waktu dekat.

Jadi, intinya TPL itu perusahaan besar yang udah lama berdiri, punya produksi gila-gilaan, tapi juga dihantui konflik panjang sama masyarakat adat.

Pertanyaannya sekarang, bisakah TPL bener-bener jadi “lestari” sesuai namanya?
Atau justru bakal terus jadi sumber masalah di Tanah Batak? 🤔

Waktu yang bakal jawab, tapi yang jelas — masyarakat udah capek kalau cuma dikasih janji manis.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Kumpulan Link Twibbon Hari Guru Nasional 2025 Terbaru Buat Upload Medsos dengan Tema Guru Hebat Indonesia Kuat

Hey gengs! 👋 Gak kerasa ya, bentar lagi udah mau Hari Guru Nasional 2025 aja. Tiap tanggal 25 November,...

More Articles Like This

Favorite Post