Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 28 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Minggu 28 Desember 2025 merupakan Hari Minggu, Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf, Pesta Para Kanak-kanak Suci Betlehem Martir, Santa Fabiola Janda, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 28 Desember 2025:
Bacaan Pertama Sirakh 3:2-6,12-14
“Orang takwa menghormati ibu-bapanya.”
Anak-anakku, dengarkanlah aku: Tuhan telah memuliakan bapa di atas anak-anaknya, dan hak itu atas para anaknya Ia teguhkan. Barangsiapa menghormati bapanya, ia memulihkan dosa, dan siapa memuliakan ibunya, ia sama dengan orang yang mengumpulkan harta.
Barangsiapa menghormati bapanya, ia sendiri akan mendapat kesukaan pada anak-anaknya, dan apabila bersembahyang, niscaya doanya dikabulkan. Barangsiapa memuliakan bapanya akan panjang umurnya, dan orang yang taat kepada Tuhan menenangkan hati ibunya.
Anakku, tolonglah bapamu pada masa tuanya, dan jangan menyakiti hatinya di masa hidupnya. Kalau akalnya sudah berkurang, hendaklah kaumaafkan, jangan menistakan dia sewaktu engkau masih berjaya.
Kebaikan yang ditujukan kepada bapa tidak akan terlupakan; sebaliknya akan dibilang sebagai pemulihan segala dosamu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 128:1-2.3.4-5
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan.
Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur yang ada di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di se keliling mejamu!
Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan, orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.
Bacaan Kedua Kolose 3:12-21
“Tata hidup keluarga di dalam Tuhan.”
Saudara-saudara, kalianlah orang pilihan Allah, yang dikuduskan dan dikasihi oleh-Nya. Maka kenakanlah belas kasihan, kemurahan dan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan hendaknya kalian saling mengampuni bila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain; sebagaimana Kristus mengampuni kalian, demikian pula kalian hendaknya.
Dan di atas semuanya itu kenakanlah cintakasih, tali pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Semoga damai sejahtera Kristus menguasai hatimu, karena untuk itulah kalian dipanggil menjadi satu tubuh.
Dan bersyukurlah. Semoga sabda Kristus dengan segala kekayaannya tinggal di antara kamu. Hendaknya kamu saling mengajar dan menasihati dengan segala hikmat. Nyanyikanlah mazmur, puji-pujian dan nyanyian rohani, untuk mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah itu demi nama Tuhan Yesus Kristus, dan dengan perantaraan-Nya bersyukurlah kepada Allah, Bapa kita.
Hai para isteri, tunduklah kepada suamimu sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai para suami, kasihilah isterimu, dan janganlah berlaku kasar terhadapnya.
Hai anak-anak, taatilah orangtuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai para bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil Kolose 3:15a.16a
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Semoga damai Kristus melimpahi hatimu, semoga sabda Kristus berakar dalam dirimu.
Bacaan Injil Matius 2:13-15,19-23
“Bawalah Bayi serta ibu-Nya mengungsi ke Mesir.”
Setelah orang-orang majus yang mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem pulang, nampaklah Malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi.
Malaikat itu berkata, “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya! Larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Raja Herodes akan mencari Anak itu untuk dibunuh.”
Maka Yusuf pun bangun. Malam itu juga diambilnya Anak itu serta ibu-Nya, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana sampai Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan lewat nabi-Nya, “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”
Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf di Mesir dalam mimpi. Kata malaikat itu, “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu sudah mati.”
Lalu Yusuf pun bangunlah. Diambilnya Anak itu serta ibu-Nya, dan pergilah mereka ke tanah Israel. Tetapi setelah mendengar bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, Yusuf takut ke sana.
Setelah dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana ia tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret.
Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Minggu 28 Desember 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini Gereja mengajak kita merenungkan Pesta Keluarga Kudus: Yesus, Maria, dan Yusuf. Namun Injil yang kita dengarkan justru bukan kisah keluarga yang tenang dan romantis, melainkan kisah pelarian, ketakutan, dan ketidakpastian. Keluarga Kudus tidak digambarkan hidup nyaman, aman, dan mapan. Mereka harus bangun di tengah malam, mengemasi apa yang ada, lalu pergi tanpa tahu kapan bisa pulang. Bayi Yesus terancam dibunuh. Maria ikut tanpa banyak kata. Yusuf mengambil keputusan besar dalam diam. Inilah wajah keluarga yang sangat manusiawi, sangat dekat dengan realitas hidup kita sekarang.
Sering kali kita membayangkan keluarga ideal sebagai keluarga tanpa masalah. Padahal Injil hari ini justru menunjukkan bahwa keluarga kudus adalah keluarga yang pernah takut, cemas, bingung, dan lelah. Yang membedakan mereka bukanlah ketiadaan masalah, melainkan kesetiaan untuk tetap mendengarkan Tuhan dan saling menjaga di tengah situasi sulit. Yusuf tidak banyak bicara dalam Injil, tetapi tindakannya berbicara sangat keras. Ia bangun, ia taat, ia melindungi. Ia tidak menunda, tidak bernegosiasi, tidak mencari alasan. Ia memilih keselamatan keluarganya, meskipun harus meninggalkan tanah, pekerjaan, dan rasa aman.
Di sinilah Injil ini menjadi sangat relevan bagi keluarga-keluarga zaman sekarang. Banyak keluarga hari ini juga “mengungsi”, bukan selalu secara fisik ke negeri lain, tetapi mengungsi dari kenyamanan hidup. Ada orang tua yang harus bekerja jauh demi anak-anaknya. Ada keluarga yang berpindah kota karena ekonomi. Ada anak-anak yang tumbuh dalam ketidakpastian karena konflik rumah tangga. Ada orang tua yang menua dan kehilangan daya ingat, sementara anak-anaknya sibuk mengejar hidup. Semua itu bukan tanda kegagalan keluarga, tetapi medan tempat iman diuji dan dimurnikan.
Bacaan Pertama dari Kitab Sirakh berbicara dengan bahasa yang sangat konkret tentang relasi anak dan orang tua. Menghormati orang tua bukan hanya soal kata-kata sopan atau ritual keagamaan, tetapi soal kesetiaan dalam situasi nyata, terutama ketika orang tua sudah lemah, berubah, bahkan menyulitkan. Firman Tuhan sangat jujur: ketika akal orang tua berkurang, ketika mereka tidak lagi seperti dulu, justru di situlah kasih anak diuji. Menghormati orang tua berarti tetap memilih sabar, tidak mempermalukan, tidak menyakiti, meskipun kita merasa sudah lebih berhasil dan lebih tahu. Ini bukan hal yang mudah, tetapi inilah iman yang turun ke tanah kehidupan.
Bacaan Kedua dari Surat kepada Jemaat di Kolose menegaskan bahwa dasar kehidupan keluarga bukanlah kesempurnaan, melainkan belas kasih, pengampunan, dan kasih yang mengikat semuanya. Keluarga tidak dibangun oleh orang-orang yang selalu benar, tetapi oleh orang-orang yang mau mengampuni. Tidak ada keluarga yang bertahan lama tanpa kesabaran. Tidak ada rumah yang damai tanpa kerendahan hati. Damai Kristus bukan hadir karena semua masalah selesai, tetapi karena Kristus dibiarkan memerintah hati kita, bahkan saat kita masih bergumul.
Injil hari ini juga mengingatkan kita bahwa Yesus sejak kecil sudah masuk ke dalam penderitaan manusia. Ia bukan Allah yang jauh dan tidak mengerti ketakutan kita. Ia pernah menjadi bayi yang harus diselamatkan dari kekerasan dunia. Ia pernah menjadi anak pengungsi. Maka ketika keluarga kita hari ini merasa terancam, tidak aman, atau tidak pasti, Yesus tidak berdiri di luar, tetapi berada di dalam pengalaman itu bersama kita.
Keluarga Kudus akhirnya tinggal di Nazaret, sebuah kota kecil yang tidak istimewa. Tidak ada mukjizat besar di sana. Tidak ada catatan spektakuler. Yang ada hanyalah kehidupan sehari-hari: bekerja, bertumbuh, belajar taat, belajar saling percaya. Di sanalah Yesus bertumbuh dalam kebijaksanaan dan kasih. Ini mengajarkan kita bahwa kekudusan keluarga tidak selalu lahir dari peristiwa besar, tetapi dari kesetiaan menjalani hal-hal kecil dengan cinta yang besar.
Saudara-saudari, mungkin keluarga kita tidak sempurna. Mungkin ada luka, ada jarak, ada kata-kata yang belum sempat diucapkan atau dimaafkan. Tetapi hari ini Tuhan tidak meminta kita menjadi keluarga ideal. Tuhan mengundang kita menjadi keluarga yang mau berjalan bersama-Nya, seperti Yusuf yang mau mendengar, Maria yang mau percaya, dan Yesus yang mau tinggal di tengah keterbatasan manusia.
Semoga melalui perayaan ini, kita belajar bahwa keluarga kudus bukanlah keluarga tanpa salib, melainkan keluarga yang tidak berjalan sendirian memikul salibnya. Dan di sanalah, justru di tengah hidup yang nyata dan rapuh, Allah hadir dan bekerja. Amin.
Doa Penutup
Ya Tuhan, ajarilah aku mencintai keluargaku dengan setia seperti Keluarga Kudus. Berilah aku hati yang sabar, mau mendengar, mengampuni, dan bertanggung jawab. Dalam situasi sulit, tuntun langkahku agar tetap percaya, melindungi yang lemah, dan setia pada kehendak-Mu setiap hari dalam kehidupan nyata umat-Mu sederhana. Amin.
