Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 27 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 27 Desember 2025 merupakan Hari Sabtu, Pesta Santo Yohanes Rasul dan Pengarang Injil, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 27 Desember 2025:
Bacaan Pertama 1 Yohanes 1:1-4
“Apa yang telah kami lihat dan kami dengar, itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”
Saudara-saudara terkasih, apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar dan kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan kami raba dengan tangan kami; yakni firman hidup, itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
Hidup telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya! Dan sekarang kami bersaksi serta memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa, dan yang telah dinyatakan kepada kami.
Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami.
Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, yakni Yesus Kristus. Semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 97:1-2.5-6.11-12
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta.
Tuhan adalah Raja, biarlah bumi bersorak-sorai, biarlah banyak pulau bersukacita. Awan dan kekelaman ada di sekeliling-Nya, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
Gunung-gunung luluh laksana lilin di hadapan Tuhan, di hadapan Tuhan semesta alam. Langit memberitakan keadilan-Nya dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati. Bersukacitalah karena Tuhan, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Allah, Tuhan kami, Engkau kami puji dan kami muliakan, kepada-Mu paduan para rasul bersyukur.
Bacaan Injil Yohanes 20:2-8
“Murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.”
Pada hari Minggu Paskah, setelah mendapati makam Yesus kosong, Maria Magdalena berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus.
Ia berkata kepada mereka, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya, dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.”
Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat daripada Petrus, sehingga ia lebih dahulu sampai di kubur.
Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka tibalah Simon menyusul dia, dan masuk ke dalam kubur itu.
Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu,
tetapi agak di samping di tempat yang lain, dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu; ia melihatnya dan percaya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 27 Desember 2025
Saudara-saudari terkasih,
Hari ini Gereja mengajak kita merenung dalam suasana Natal yang masih hangat, pada Pesta Santo Yohanes Rasul dan Pengarang Injil. Yohanes bukan hanya seorang penulis Injil, tetapi seorang saksi. Ia tidak berbicara tentang sesuatu yang jauh, abstrak, atau sekadar teori iman. Ia bersaksi tentang apa yang ia dengar, ia lihat, ia sentuh, ia alami sendiri. Iman, bagi Yohanes, bukan cerita turun-temurun tanpa rasa, melainkan pengalaman hidup bersama Yesus yang nyata, membekas, dan mengubah seluruh keberadaannya.
Dalam Bacaan Pertama kita mendengar kalimat yang sangat indah dan mendalam: “Apa yang telah kami lihat dan kami dengar, itulah yang kami tuliskan kepada kamu.” Yohanes seakan berkata kepada kita, bahwa iman Kristiani bukanlah hasil khayalan atau sekadar ajaran moral yang bagus, tetapi perjumpaan dengan Firman Hidup. Allah tidak tinggal jauh di surga, Ia masuk ke dalam sejarah manusia, bisa disentuh, didengar, dilihat, bahkan dicintai dan disakiti. Dan dari perjumpaan itulah lahir sukacita sejati, sukacita yang menjadi sempurna ketika dibagikan.
Lalu Injil hari ini membawa kita ke pagi Paskah, ke kubur yang kosong. Petrus dan murid yang dikasihi Yesus berlari. Mereka berlari bukan karena tahu jawabannya, tetapi karena hati mereka gelisah, penuh tanya, penuh harap, juga penuh cinta. Menarik sekali, Injil tidak mengatakan bahwa mereka langsung mengerti. Yang ada adalah proses: berlari, melihat, masuk, memperhatikan, dan akhirnya percaya. Murid yang dikasihi Yesus itu “melihat dan percaya”. Ia belum melihat Yesus bangkit, tetapi hatinya mampu membaca tanda-tanda kehidupan di tengah kekosongan.
Di sinilah Injil hari ini menjadi sangat dekat dengan hidup kita. Betapa sering kita seperti berdiri di depan “kubur kosong” dalam hidup: doa yang terasa hampa, usaha yang gagal, relasi yang retak, kehilangan orang terkasih, atau masa depan yang tidak pasti. Kita berharap menemukan Tuhan, tetapi yang kita lihat justru kekosongan. Namun Injil mengajak kita untuk tidak berhenti pada kekosongan itu. Kekosongan bukan selalu tanda ketiadaan Allah, melainkan sering kali justru tanda bahwa Allah sedang bekerja dengan cara yang baru, cara yang melampaui logika kita.
Murid yang dikasihi Yesus tidak masuk dengan tergesa-gesa. Ia melihat dengan hati, bukan hanya dengan mata. Dan karena relasi cintanya dengan Yesus, ia mampu percaya bahkan sebelum semuanya jelas. Iman seperti inilah yang dibutuhkan manusia zaman sekarang: iman yang lahir dari kedekatan dengan Tuhan, bukan sekadar dari rutinitas atau kewajiban. Iman yang membuat kita berani percaya bahwa di balik kekosongan, ada kehidupan; di balik salib, ada kebangkitan.
Santo Yohanes mengingatkan kita bahwa iman yang sejati tidak berhenti pada diri sendiri. “Kami beritakan kepada kamu,” katanya, supaya kita semua masuk dalam persekutuan dan sukacita yang sama. Artinya, pengalaman akan Tuhan selalu mendorong kita untuk berbagi, untuk menjadi saksi lewat cara hidup kita: lewat kejujuran, kesetiaan, kepedulian, pengampunan, dan kasih yang nyata dalam keseharian.
Maka dalam kesibukan hidup modern yang sering membuat kita lelah, renungan hari ini mengajak kita kembali pada yang paling dasar: meluangkan waktu untuk berjumpa dengan Tuhan setiap hari, mendengarkan Injil, membiarkan Sabda-Nya menyentuh pengalaman hidup kita yang konkret. Dari situlah iman bertumbuh, hati menjadi tenang, dan hidup kita perlahan dibentuk menjadi lebih serupa dengan Kristus.
Semoga seperti Santo Yohanes, kita pun dapat berkata, bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan hidup kita: kami telah melihat, kami telah mengalami kasih Tuhan, dan karena itu kami percaya. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku percaya di tengah kekosongan hidup. Saat doa terasa hampa dan jalan terasa gelap, bukalah mataku melihat tanda kasih-Mu. Bentuklah hatiku setia, sederhana, dan berani bersaksi lewat kasih nyata setiap hari. Amin. Di dalam keluarga, pekerjaan, dan relasi, jadikan aku alat damai-Mu.
