Woy gengs, dunia animasi Indonesia lagi panas-panasnya nih! Gara-gara film “Merah Putih: One For All” yang tadinya mau jadi kebanggaan karya anak bangsa, malah jadi bahan gibah netizen. Kok bisa?
Ya gara-gara ada tuduhan nyolong karakter dari seniman 3D luar negeri tanpa izin.
Dan aktor utamanya di drama ini bukan siapa-siapa… tapi Junaid Miran, seniman kece asal Pakistan yang tiba-tiba viral di Indonesia.
Film ini diproduksi sama Perfiki Kreasindo, budgetnya gila sih — Rp6,7 miliar!
Katanya sih prosesnya mulai Juni 2025, durasinya 70 menit, targetnya buat anak-anak sama keluarga biar makin cinta Indonesia.
Tapi begitu trailer keluar… langsung rame! Banyak yang bilang animasinya agak kaku, desainnya nggak fresh, terus muncul tuduhan bahwa karakter dan background-nya mirip banget sama aset yang dijual di Reallusion Content Store dan Daz3D.
Netizen nggak main-main, mereka bener-bener compare frame demi frame. Bahkan disebut harga aset karakternya di Reallusion sekitar USD 149 alias Rp2,4 juta.
Produsernya, Endiarto, bilang sih kalo ada kemiripan itu nggak masalah, dan animator udah berusaha keras bikin nuansa lokal. Tapi netizen tetep nyimpen receipts alias bukti-bukti.
💥 Masuklah Junaid Miran ke Panggung
Tiba-tiba, Junaid muncul di YouTube-nya tanggal 11 Agustus 2025. Dia jawab pertanyaan netizen Indonesia yang penasaran:
“Nope, nggak ada yang ngubungin gue, nggak ada kredit, nggak ada izin. Tapi 6 karakter gue dipake jadi karakter utama film itu.”
Boom 💣 — langsung pecah! Media sosial penuh sama dukungan buat Junaid dan seruan supaya dia take action.
Dia bilang karakter yang dia bikin itu sebenernya legal buat dibeli dan dipake… asal bayar lisensi dan kasih kredit. Tapi kalo asal pake tanpa izin? Big no-no, bro.
👤 Siapa Sih Junaid Miran?
Biar nggak salah paham, nih gue kasih profil Junaid Miran:
- Asal: Pakistan 🇵🇰
- Pekerjaan: Digital Artist & 3D Animator freelance
- Pengalaman: 15+ tahun di dunia seni
- Spesialisasi: model 3D, animasi, VFX, dan seni tradisional
- Platform jualan: Reallusion, Daz3D
- Suka berbagi ilmu di YouTube, ngajarin cara bikin karakter berekspresi natural
Portofolionya ada di ArtStation, keren-keren banget. Jelas aja orang ini punya nama di dunia 3D global.
Belum kelar guys. Filmnya masih mau rilis, pihak produser minta publik tunggu sampe nonton dulu. Tapi di sisi lain, Junaid dapet banyak support buat nuntut haknya.
Intinya sih, drama ini jadi pengingat pentingnya etika dalam seni digital. Mau karya anak bangsa atau karya dunia, kalo nyentuh wilayah hak cipta, ya kudu main fair.
Kasus ini bukan cuma soal “mirip-mirip”, tapi soal respect sama creator.
Zaman sekarang, bukti digital gampang banget dicari, jadi kalo mau nge-branding karya sebagai original, ya pastiin beneran original.
