Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 5 Mei 2025.
Kalender Liturgi hari Senin 5 Mei 2025 merupakan Hari Senin Biasa Pekan Paskah III, Santo Hilarius dari Arles, Uskup, Santa Yutta, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 5 Mei 2025:
Bacaan Pertama Kis. 6:8-15
Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.
Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini. Anggota-anggota jemaat ini adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria.
Mereka datang bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.
Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan, “Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.”
Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; maka mereka menyergap Stefanus, lalu menyerahkan dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama.
Lalu mereka mengajukan saksi-saksi palsu yang berkata, “Orang ini terus menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat.
Sebab kami telah mendengar dia mengatakan bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merobohkan tempat ini dan mengubah adat-istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita.”
Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm. 119:23-24,26-27,29-30
Ref. Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.
Sekalipun para pemuka duduk bersepakat melawan aku, hambamu ini merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ya, peringatan-peringatan-Mu menjadi kegemaranku, dan kehendak-Mu menjadi penasihat bagiku.
Jalan hidupku telah kuceritakan dan Engkau menjawab aku; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib.
Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku. Aku telah memilih jalan kebenaran, dan menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku.
Bait Pengantar Injil Mat 4:4
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.
Bacaan Injil Yoh. 6:22-29
Setelah Yesus mempergandakan roti, keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang danau Tiberias, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain yang dipakai murid-murid Yesus.
Mereka melihat juga bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat.
Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias ke dekat tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya.
Ketika orang banyak melihat bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.
Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya, “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?”
Yesus menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.”
Lalu kata mereka kepada-Nya, “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 5 Mei 2025
“Mencari Tuhan Lebih dari Sekadar Kenyang”
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar dua kisah yang berbeda namun sejatinya berbicara tentang hal yang sama: tentang hati manusia yang mencari, dan tentang iman yang kokoh di tengah tantangan.
Dalam Bacaan Pertama, kita melihat Stefanus—seorang yang penuh kuasa dan karunia—berhadapan dengan fitnah dan ancaman karena imannya. Sedangkan dalam Injil, kita melihat orang banyak yang mengejar Yesus, namun bukan karena mereka ingin percaya, melainkan karena mereka ingin kenyang.
Mari kita mulai dengan Stefanus.
Apa yang membuat Stefanus kuat? Ia tidak dibela oleh orang banyak, tidak ada massa yang turun ke jalan menuntut keadilan untuknya. Tapi wajahnya bersinar seperti malaikat. Mengapa? Karena ia penuh dengan Roh Kudus, dan hidupnya berakar dalam kebenaran. Dia tidak takut pada fitnah, pada pengadilan yang tidak adil, bahkan tidak takut pada kematian. Ia tahu siapa yang ia ikuti.
Saudara-saudari, tidak jarang kita pun akan mengalami hal yang mirip. Ketika kita mencoba hidup benar, tetap jujur, tidak curang di pekerjaan, tidak bergosip di lingkungan, tidak main dua hati dalam relasi—sering kali, justru kita dianggap aneh, bahkan dijauhi. Bisa jadi kita juga ‘difitnah’, atau disalahpahami. Di sinilah Stefanus menjadi teladan. Iman bukan untuk dicintai dunia, tapi untuk setia kepada Allah. Dan kesetiaan itu sering kali diuji justru di tempat yang paling sunyi: dalam pilihan pribadi, di tengah godaan untuk menyerah, saat tidak ada yang melihat.
Lalu kita beralih ke Injil.
Orang banyak mencari Yesus. Tapi Yesus menegur mereka: “Kamu mencari Aku bukan karena melihat tanda, tapi karena kamu kenyang.”
Kenyang.
Ini kata yang sederhana tapi sangat manusiawi. Kita semua ingin kenyang—bukan cuma soal perut, tapi juga soal kenyamanan, kestabilan, keamanan, bahkan pengakuan. Tapi Yesus mengajak mereka, dan juga kita, untuk naik level:
“Bekerjalah, bukan untuk makanan yang binasa, tetapi untuk makanan yang bertahan sampai hidup yang kekal.”
Artinya, jangan hanya cari Yesus karena kita butuh bantuan. Jangan hanya datang ke gereja saat ingin berkat. Jangan hanya berdoa saat sedang susah. Itu boleh saja—karena Tuhan itu Bapa yang murah hati. Tapi iman yang dewasa berarti kita mencari Yesus karena kita rindu mengenal-Nya, mencintai-Nya, tinggal bersama-Nya—bukan hanya karena Dia bisa memberi, tetapi karena Dia adalah hidup itu sendiri.
Saudara-saudari,
Hari ini kita diingatkan bahwa iman bukan transaksi, tetapi relasi.
Kita bukan sedang menukar doa dengan rejeki, atau ibadah dengan kelancaran hidup. Iman adalah belajar percaya kepada Yesus, walaupun hidup kadang sulit, doa belum dijawab, atau jalan terasa gelap. Itulah makanan sejati yang bertahan sampai hidup kekal—percaya kepada Dia yang diutus Allah.
Jadi, mari kita tanya diri kita masing-masing:
- Apakah aku percaya kepada Yesus hanya saat Dia memberiku yang aku mau?
- Apakah aku tetap mencari Dia, meski doaku belum dikabulkan?
- Apakah wajahku—seperti Stefanus—mampu mencerminkan damai dan kebaikan, walaupun dunia tidak adil padaku?
Mari kita belajar menjadi seperti Stefanus—teguh dalam kebenaran, tidak mudah goyah oleh pujian atau tekanan.
Dan mari kita mencari Yesus—bukan hanya untuk roti yang bisa membuat kenyang hari ini, tapi untuk hidup yang kekal, yang memberi makna sejati bagi hidup kita, sekarang dan selamanya. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku mencari Engkau bukan karena berkat semata, tetapi karena kasih-Mu yang sejati. Berilah aku hati yang setia, meski tidak mudah, agar dalam hidup sehari-hari, aku tetap memilih kebenaran dan percaya kepada-Mu. Amin.