Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Selasa 6 Mei 2025.
Kalender Liturgi hari Selasa 6 Mei 2025 merupakan Hari Selasa Biasa Pekan Paskah III, Santo Dominikus Savio, Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Selasa 6 Mei 2025:
Bacaan Pertama Kis 7:51-8:1a
“Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu?
Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh.
Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya.” Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.
Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.
Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Dan dengan perkataan itu meninggallah ia.
Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab
Ref. Ke dalam tangan-Mu, Tuhan, kuserahkan nyawaku.
Jadilah bagiku gunung batu tempat berlindung, dan kubu pertahanan untuk menyelamatkan daku! Sebab Engkaulah bukit batu dan pertahananku; oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.
Ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, ya Tuhan, Allah yang setia. Tetapi aku percaya kepada Tuhan, aku akan bersorak sorai dan bersukacita karena kasih setia-Mu.
Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Engkau menyembunyikan mereka dalam naungan wajah-Mu terhadap persekongkolan orang-orang.
Bait Pengantar Injil Yoh 6:35
Ref. Alleluya, alleluya
Akulah roti hidup yang turun dari surga, sabda Tuhan; Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.
Bacaan Injil Yohanes 6:30-35
“Bukan Musa yang memberi kamu roti dari surga, melainkan Bapa-Kulah yang memberi kamu roti yang benar dari surga.”
Maka kata mereka kepada-Nya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu?
Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga.”
Maka kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia.”
Maka kata mereka kepada-Nya: “Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Selasa 6 Mei 2025
“Menyerahkan Hidup dalam Tangan Tuhan”
Bacaan: Kis 7:51–8:1a & Yoh 6:30–35
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar dua kisah yang tampaknya bertolak belakang namun sebenarnya saling menguatkan: kisah kemartiran Santo Stefanus dalam Bacaan Pertama, dan sabda Yesus tentang “Akulah roti hidup” dalam Injil Yohanes.
Kisah Stefanus bisa terasa keras, bahkan getir. Ia diadili, difitnah, dilempari batu sampai mati hanya karena ia berani menyuarakan kebenaran iman. Tapi di tengah derita itu, kita melihat sesuatu yang luar biasa: Stefanus tidak menjerit dalam kebencian, tidak marah-marah kepada Tuhan, justru ia menyerahkan rohnya dan mengampuni mereka yang membunuhnya. “Tuhan, jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka.” Kalimat itu menusuk hati — karena sejujurnya, tidak mudah mengampuni orang yang sedang menyakiti kita, apalagi yang merampas hidup kita.
Tapi di situlah letak roti hidup yang Yesus bicarakan dalam Injil hari ini. Roti hidup bukan hanya soal makanan dari surga yang membuat kita kenyang rohani, melainkan tentang menyatukan hidup kita dengan Kristus. Stefanus mampu memaafkan, menyerahkan nyawanya, dan tetap percaya — bukan karena dia kuat sendiri, tapi karena ia telah kenyang oleh roti hidup itu: Yesus sendiri.
Yesus berkata: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi.” Saudara-saudari, lapar yang dimaksud di sini bukan hanya soal perut kosong. Kita semua tahu ada jenis lapar lain yang lebih dalam: lapar akan pengakuan, lapar akan kasih, lapar akan kedamaian, keadilan, makna hidup. Dan seringkali, dunia ini tidak memberi kita “manna” yang cukup. Kita dituntut tampil sempurna, kuat, berhasil — tapi di dalam hati kita merasa letih dan haus akan penghiburan sejati.
Yesus menawarkan diri-Nya sebagai jawaban atas semua kelaparan itu. Tapi bukan dengan cara ajaib yang langsung menyelesaikan masalah kita. Roti hidup ini tidak menghindarkan kita dari penderitaan — seperti yang terjadi pada Stefanus — tetapi menguatkan kita untuk tetap hidup dalam kasih, dalam pengampunan, dalam harapan di tengah badai.
Mungkin di antara kita ada yang sedang mengalami “lemparan batu” dalam bentuk lain: fitnah, penolakan, ketidakadilan di tempat kerja, luka dalam keluarga, kecewa terhadap hidup atau bahkan terhadap Gereja. Lalu kita bertanya, “Tuhan, di mana Engkau?” Injil hari ini menjawab: “Akulah roti hidup.” Artinya, Yesus hadir di tengah luka kita, bukan untuk menyihir semuanya beres, tetapi untuk menjadi kekuatan kita agar tidak patah, tidak pahit, dan tidak kehilangan arah.
Saudara-saudari terkasih, mari kita belajar dari Stefanus — bukan soal menjadi pahlawan iman, tetapi soal bagaimana tetap bisa berdoa, “Ya Tuhan, terimalah rohku,” ketika hidup terasa berat. Dan saat kita merasa lemah, jangan langsung menyalahkan Tuhan atau keadaan. Datanglah ke Dia, Sang Roti Hidup, dalam Ekaristi, dalam doa, dalam sabda-Nya, dalam keheningan.
Kita tidak hidup untuk selamanya di dunia ini. Tapi kita bisa memilih bagaimana menjalani hari-hari kita — apakah dengan ketakutan, atau dengan iman. Seperti Stefanus, yang meski dilempari batu, wajahnya tetap menatap ke langit. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, dalam sakit dan luka hidupku, jadilah roti yang menguatkan aku. Ajari aku mengampuni seperti Stefanus, percaya meski tak mengerti, dan tetap setia menatap-Mu. Terimalah hidupku hari demi hari dalam tangan-Mu yang setia. Amin.