Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Rabu 3 September 2025.
Kalender Liturgi hari Rabu 3 September 2025 merupakan Rabu Pekan Biasa XXII, Peringatan Wajib St. Gregorius Agung, Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Rabu 3 September 2025:
Bacaan Pertama: Kolose 1:1-8
Paulus, seorang rasul Yesus Kristus, oleh kehendak Allah, dan Timotius, seorang saudara,
Kepada saudara-saudara kudus dan yang percaya dalam Kristus Yesus di Kolose.
Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Kami bersyukur kepada Allah, dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang senantiasa berdoa untukmu.
Karena aku mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus.
Karena pengharapan yang disediakan bagi kamu di sorga dan yang telah kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,
Yang telah datang kepadamu, sama seperti di seluruh dunia, dan ia berbuah dan berkembang, demikian pula di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.
Seperti yang telah kamu ketahui dari Epafras, rekan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus Yesus yang setia,
Juga yang telah menunjukkan kepada kami kasihmu dalam Roh.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mazmur 52:10-11
R. Aku percaya akan kasih karunia Allah untuk selama-lamanya.
Tetapi aku, seperti pohon zaitun yang subur di rumah Allah, aku berharap akan kasih setia Allah untuk selama-lamanya, bahkan untuk selama-lamanya.
R. Aku percaya pada belas kasihan Tuhan selamanya.
Aku hendak bersyukur kepada-Mu untuk selama-lamanya, sebab Engkau telah melakukannya; dan aku hendak menantikan nama-Mu, sebab hal itu baik di mata orang-orang kudus-Mu.
R. Aku percaya pada belas kasihan Tuhan selamanya.
Bacaan Injil: Lukas 4:38-44
Maka keluarlah Yesus dari sinagoge dan masuk ke rumah Simon. Ibu mertua Simon terserang demam yang hebat, dan mereka datang kepada-Nya untuk menolongnya.
Maka berdirilah Yesus di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan demam itu pun meninggalkannya. Dan segera perempuan itu bangun dan melayani mereka.
Ketika matahari terbenam, semua orang yang menderita berbagai penyakit membawa kepada-Nya. Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka.
Dari banyak orang keluarlah setan-setan sambil berteriak-teriak, “Engkau adalah Anak Allah!” Lalu Yesus menegur mereka dan melarang mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Kristus.
Setelah hari siang, Yesus pergi ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mencari Dia dan setelah menemukan Dia, mereka menghalangi Dia, supaya Ia jangan meninggalkan mereka.
Dan kepada mereka Ia berkata: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”
Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Galilea.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Rabu 3 September 2025
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita mendengar dua bacaan yang indah dan sangat menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Dalam surat kepada jemaat di Kolose, Paulus mengungkapkan rasa syukurnya. Ia bersyukur karena mendengar iman dan kasih jemaat Kolose. Paulus tidak sedang berada di dekat mereka, tetapi ia mendengar kabar baik tentang mereka—bahwa mereka beriman kepada Kristus dan saling mengasihi. Paulus pun mendoakan mereka dengan penuh sukacita. Ini adalah gambaran yang indah tentang bagaimana iman yang sejati selalu berbuah dalam kasih, dan kasih yang tulus selalu tumbuh dari pengharapan yang kuat pada janji Allah.
Kita bisa bertanya pada diri kita sendiri: kalau orang lain berbicara tentang kita, apa yang mereka dengar? Apakah mereka mendengar bahwa kita ini orang yang penuh iman dan kasih, seperti jemaat Kolose? Atau jangan-jangan yang lebih terdengar adalah keluhan, amarah, atau sikap cuek terhadap sesama? Bacaan pertama hari ini mengingatkan kita bahwa iman bukanlah sesuatu yang tinggal di dalam hati saja. Iman yang hidup pasti kelihatan dalam tindakan kasih nyata, dalam cara kita memperlakukan orang lain, bahkan dalam hal-hal kecil sehari-hari—menyapa dengan ramah, menolong tanpa pamrih, atau sekadar hadir mendengarkan.
Lalu Injil hari ini membawa kita masuk ke rumah Simon, di mana Yesus menyembuhkan ibu mertuanya. Dengan penuh kasih Yesus menghardik demam yang melemahkan perempuan itu. Dan yang menarik, setelah sembuh ia segera bangun dan melayani. Inilah gambaran iman yang hidup: ketika kita mengalami kasih dan kuasa Allah, kita tidak tinggal diam, melainkan bangkit untuk melayani. Begitu pula saat Yesus menyembuhkan banyak orang lain pada malam itu—kuasa-Nya bukan untuk pamer, melainkan untuk memulihkan, membebaskan, dan menguatkan.
Yesus sendiri tidak berhenti hanya di satu tempat. Walaupun orang banyak ingin menahan-Nya, Ia berkata, “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Kerajaan Allah, sebab untuk itulah Aku diutus.” Inilah hati Yesus: kasih-Nya tidak pernah terbatas, selalu keluar, selalu menjangkau, selalu ingin menyelamatkan.
Saudara-saudari, apa artinya semua ini bagi kita hari ini? Mungkin kita juga sedang mengalami “demam” dalam hidup kita—bukan hanya sakit tubuh, tetapi juga kegelisahan, kekhawatiran, kelelahan, bahkan luka batin. Yesus datang untuk menyembuhkan itu semua. Dan ketika kita sudah disembuhkan, jangan berhenti di situ. Jadilah seperti ibu mertua Simon: bangkitlah dan melayani. Pelayanan tidak harus berarti hal-hal besar. Bisa dimulai dengan keluarga di rumah, dengan rekan kerja, dengan tetangga yang membutuhkan perhatian.
Dunia kita hari ini haus akan kasih yang nyata, yang sederhana tapi tulus. Paulus mengingatkan kita bahwa Injil yang kita terima adalah Injil yang berbuah. Kalau sungguh kita percaya, iman itu akan berbuah dalam kasih, dan kasih itu akan menjadi tanda nyata kehadiran Allah di tengah dunia.
Maka marilah kita membuka hati kepada Yesus, membiarkan Dia menyembuhkan kita, membebaskan kita dari “demam” kita masing-masing, dan membiarkan kasih-Nya mendorong kita untuk melayani. Sehingga ketika orang berbicara tentang kita, yang terdengar bukanlah keburukan atau kekerasan hati, melainkan kabar baik tentang iman dan kasih. Dan dengan cara itu, kita pun ikut ambil bagian dalam misi Yesus: menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, sembuhkanlah hati dan hidupku dari segala kelemahan. Ajarlah aku bersyukur, bangkit, dan melayani sesama dengan kasih sederhana. Jadikan imanku berbuah nyata, agar hidupku memuliakan nama-Mu dan menghadirkan Kerajaan-Mu di tengah dunia. Amin.