Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 17 November 2025.
Kalender Liturgi hari Senin 17 November 2025 merupakan Hari Senin XXXIII, Peringatan Wajib Santa Elisabeth dari Hungaria Janda, Santo Gregorius Thaumaturgos Uskup dan Pengaku Iman, Santo Gregorius dari Tours Uskup dan Pengaku Iman, Santo Dionisius Agung Uskup dan Pengaku Iman dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 17 November 2025:
Bacaan Pertama: 1Mak. 1:10-15,41-43,54-57,62-64
Dari pada mereka itulah terbit sebuah tunas yang berdosa, yaitu Antiokhus Epifanes putera raja Antiokhus. Ia telah menjadi sandera di Roma. Antiokhus Epifanes menjadi raja dalam tahun seratus tiga puluh tujuh di zaman pemerintahan Yunani.
Di masa itu tampil dari Israel beberapa orang jahat yang meyakinkan banyak orang dengan berkata: “Marilah kita pergi dan mengadakan perjanjian dengan bangsa-bangsa di keliling kita. Sebab sejak kita menyendiri maka kita ditimpa banyak malapetaka.”
Usulnya itu diterima baik. Maka beberapa orang dari kalangan rakyat bersedia untuk menghadap raja. Mereka diberi hak oleh raja untuk menuruti adat istiadat bangsa-bangsa lain.
Kemudian orang-orang itu membangun di Yerusalem sebuah gelanggang olah raga menurut adat bangsa-bangsa lain.
Merekapun memulihkan kulup mereka pula dan murtadlah mereka dari perjanjian kudus. Mereka bergabung dengan bangsa-bangsa lain dan menjual dirinya untuk berbuat jahat.
Rajapun menulis juga sepucuk surat perintah untuk seluruh kerajaan, bahwasanya semua orang harus menjadi satu bangsa.
Masing-masing harus melepaskan adatnya sendiri. Maka semua bangsa menyesuaikan diri dengan titah raja itu.
Juga dari Israel ada banyak orang yang menyetujui pemujaan raja. Dipersembahkan oleh mereka korban kepada berhala dan hari Sabat dicemarkan.
Pada tanggal lima belas bulan Kislew dalam tahun seratus empat puluh lima maka raja menegakkan kekejian yang membinasakan di atas mezbah korban bakaran. Dan mereka mendirikan juga perkorbanan di segala kota di seluruh Yehuda.
Pada pintu-pintu rumah dan di lapangan-lapangan dibakar korban. Kitab-kitab Taurat yang ditemukan disobek-sobek dan dibakar habis.
Jika pada salah seorang terdapat Kitab Perjanjian atau jika seseorang berpaut pada hukum Taurat maka dihukum mati oleh pengadilan raja.
Namun demikian ada banyak orang Israel yang menetapkan hatinya dan memasang tekad untuk tidak makan apa yang haram.
Lebih sukalah mereka mati dari pada menodai dirinya dengan makanan semacam itu dan begitu mencemarkan perjanjian kudus. Dan sesungguhnya mereka mati juga. Kemurkaan yang hebat sekali menimpa Israel.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 119: 53, 61, 134, 150, 155,158
Aku menjadi gusar terhadap orang-orang fasik, yang meninggalkan Taurat-Mu.
Tali-tali orang-orang fasik membelit aku, tetapi Taurat-Mu tidak kulupakan.
Bebaskanlah aku dari pada pemerasan manusia, supaya aku berpegang pada titah-titah-Mu.
Mendekat orang-orang yang mengejar aku dengan maksud jahat, mereka menjauh dari Taurat-Mu.
Keselamatan menjauh dari orang-orang fasik, sebab ketetapan-ketetapan-M tidaklah mereka cari.
Melihat pengkhianat-pengkhianat, aku merasa jemu, karena mereka tidak berpegang pada janji-Mu.
Bait Pengantar Injil: Yoh 8:12
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Akulah terang dunia. Barangsiapa mengikuti Aku, ia akan mempunyai terang hidup.
Bacaan Injil: Lukas 18:35-43
Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu? Tuhan, semoga aku melihat.
Ketika Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta duduk di pinggir jalan dan mengemis. Karena mendengar orang banyak lewat, ia bertanya, “Ada apa itu?” Kata orang kepadanya, “Yesus, orang Nazaret, sedang lewat.”
Maka si buta itu berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Orang-orang yang berjalan di depan menyuruh dia diam. Tetapi semakin kuat ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
Maka Yesus pun berhenti dan menyuruh orang mengantar dia kepada-Nya. Ketika si buta itu sudah dekat, Yesus bertanya kepadanya, “Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu?” Jawab orang itu “Tuhan, semoga aku melihat!”
Maka Yesus berkata, “Melihatlah, imanmu telah menyelamatkan dikau.” Pada saat itu juga ia melihat, lalu mengikuti Yesus sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat menyaksikan peristiwa itu dan memuji-muji Allah.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Senin 17 November 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, hari ini kita merayakan Peringatan Wajib Santa Elisabet dari Hungaria, seorang wanita kudus yang hidupnya menjadi cermin kasih yang nyata—kasih yang tidak banyak bicara, tetapi bekerja dalam diam; kasih yang berakar pada iman dan berbuah dalam perbuatan. Dalam terang hidup Santa Elisabet, bacaan-bacaan hari ini mengajak kita menatap dua wajah kehidupan manusia: wajah yang tergoda untuk berpaling dari Tuhan, dan wajah yang dengan iman sederhana memanggil, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.”
Bacaan pertama dari Kitab Makabe menggambarkan masa ketika iman Israel digoncang hebat. Orang-orang mulai berpikir bahwa mengikuti hukum Tuhan itu merepotkan, kuno, bahkan merugikan. Maka mereka berkata, “Marilah kita meniru bangsa lain.” Mereka membangun gelanggang olah raga seperti bangsa Yunani, memulihkan kulup mereka agar tampak “modern”, dan meninggalkan perjanjian kudus yang selama ini menjadi jati diri mereka. Demi diterima dunia, mereka rela kehilangan akar imannya. Betapa menyedihkan—mereka berpikir sedang mendapatkan kebebasan, padahal justru sedang memperbudak diri pada berhala zaman.
Kisah ini terasa begitu dekat dengan kehidupan kita sekarang. Bukankah banyak orang zaman ini juga tergoda untuk “menyesuaikan diri dengan dunia”? Kita sering merasa malu menampakkan iman di tengah masyarakat yang sibuk, canggih, dan kritis terhadap agama. Kadang kita ikut arus: menomorduakan doa karena pekerjaan, menyingkirkan kasih karena ambisi, mengganti sabda Tuhan dengan logika keuntungan. Tanpa sadar, kita pun sedang “membangun gelanggang Yunani” dalam hidup kita—tempat di mana Tuhan semakin tersisih.
Namun di tengah kegelapan itu, Injil hari ini memberi kita pengharapan. Ada seorang buta di pinggir jalan Yerikho yang berseru dengan sekuat hati, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Orang-orang mencoba menyuruhnya diam, tapi ia tidak menyerah. Ia tahu siapa yang lewat. Ia tahu siapa yang bisa menyembuhkannya. Dan Yesus berhenti. Bayangkan itu: di tengah kerumunan besar, Tuhan berhenti karena satu suara yang berseru penuh iman. Ia mendekati si buta dan bertanya dengan lembut, “Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu?” Jawabnya, “Tuhan, semoga aku melihat.” Dan Yesus menjawab, “Melihatlah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Saudara-saudari, iman yang sederhana itu menyembuhkan. Iman yang tidak menyerah walau disuruh diam. Iman yang terus berseru walau dikerumuni oleh kebisingan dunia. Iman yang membuat Yesus berhenti—karena hati yang percaya selalu didengar-Nya.
Dalam Injil ini, Yesus bukan hanya menyembuhkan kebutaan fisik, tetapi juga kebutaan rohani. Ia mengajak kita melihat kembali hidup dengan terang iman. Mungkin kita tidak buta secara mata, tetapi sering hati kita tidak melihat: tidak melihat kebaikan sesama, tidak melihat kasih Tuhan dalam kesederhanaan, tidak melihat betapa berharganya waktu doa dan kesetiaan kecil dalam keseharian.
Santa Elisabet dari Hungaria yang kita kenangkan hari ini adalah contoh nyata orang yang “melihat dengan iman”. Sebagai seorang ratu muda, ia bisa saja hidup dalam kemewahan dan kenyamanan. Namun matanya melihat sesuatu yang lebih penting—wajah Kristus dalam diri orang miskin. Ia memberi, melayani, dan mencintai tanpa batas. Ia tidak menunggu dunia berubah, tetapi ia memulai perubahan dengan kasih.
Maka marilah kita bertanya pada diri sendiri: adakah dalam hidup kita bagian-bagian yang telah “murtad” secara halus? Adakah kebutaan yang membuat kita tidak lagi peka terhadap suara Tuhan? Hari ini Yesus juga bertanya kepada kita dengan suara yang sama lembutnya, “Apa yang kauinginkan Kuperbuat bagimu?” Maukah kita menjawab, “Tuhan, semoga aku melihat”? Melihat dengan hati yang jernih, melihat dengan iman, melihat dengan kasih?
Semoga kita tidak takut untuk berseru pada Yesus di tengah keramaian dunia. Biarlah suara iman kita membuat Tuhan berhenti dan memandang kita. Dan ketika Ia berkata, “Melihatlah,” semoga kita sungguh mampu melihat kembali jalan hidup kita menuju terang-Nya. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, terang hidupku, bukalah mataku agar aku melihat kasih-Mu dalam setiap hal kecil. Jauhkan aku dari kebutaan hati dan godaan dunia. Jadikan imanku sederhana namun teguh, agar setiap langkahku memuliakan nama-Mu dalam kasih dan pelayanan. Amin.
