Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Minggu 14 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Minggu 14 Desember 2025 merupakan HARI MINGGU ADVEN III, MINGGU GAUDETE (SUKACITA), Santo Yohanes dari Salib, Santo Venantius Fortunatus Uskup dan Pengaku Iman, Santo Spiridion Uskup dan Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Ungu.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Minggu 14 Desember 2025:
Bacaan Pertama: Yesaya 35:1-6a.10
“Tuhan sendiri datang menyelamatkan kamu.”
Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorai dan berbunga. Seperti bunga mawar ia akan berbunga lebat, akan bersorak-sorak, ya bersorak-sorak dan bersorak-sorai!
Kemuliaan Libanon, semarak Karmel dan Saron, akan diberikan kepadanya. Orang akan melihat kemuliaan Tuhan, semarak Allah kita. Kuatkanlah tangan yang lemah lesu, dan teguhkanlah lutut yang goyah.
Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati, “Kuatkanlah hatimu, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan membawa pembalasan dan ganjaran. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!”
Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka; orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai. Pada waktu itu orang-orang yang dibebaskan Tuhan akan pulang dan masuk ke Sion dengan bersorak-sorai,
sementara sukacita abadi meliputi mereka. Kegirangan dan sukacita akan memenuhi mereka, kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 146:7.8-9a.9b-10
Ref. Bangkitkanlah, ya Tuhan, kegagahan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
Dialah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, dan memberi roti kepada orang-orang yang lapar. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung. Dia tetap setia untuk selama-lamanya.
Tuhan membuka mata orang buta, Tuhan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar. Tuhan menjaga orang-orang asing.
Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-menurun.
Bacaan Kedua: Yakobus 5:7-10
“Teguhkanlah hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat.”
Saudara-saudara, bersabarlah sampai kedatangan Tuhan, seperti petani yang menantikan hasil tanahnya yang berharga: Ia sabar sampai turun hujan musim gugur dan hujan musim semi, demikian kamu pun harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!
Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Ingatlah, Hakim telah berdiri di ambang pintu. Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Bait Pengantar Injil: Yesaya 61:1
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.Kekristenan
Roh Tuhan menaungi aku; Aku diutus-Nya menyampaikan warta gembira kepada kaum papa.
Bacaan Injil: Matius 11:2-11
“Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?”
Sekali peristiwa Yohanes Pembaptis yang berada di penjara mendengar tentang pekerjaan Kristus. Lalu ia menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?”
Yesus menjawab mereka, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak sangsi dan tidak menolak Aku.”
Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak tentang Yohanes, “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari?
Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih daripada nabi.
Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau! Ia akan mempersiapkan jalan di hadapan-Mu. Aku berkata kepadamu: Camkanlah, di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Namun demikian, yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripada Yohanes.”.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Minggu 14 Desember 2025
RENUNGAN MINGGU ADVEN III – MINGGU GAUDETE (SUKACITA)
Warna Liturgi: Ungu dengan nuansa sukacita
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Minggu Adven III selalu disebut Gaudete Sunday, Minggu Sukacita. Gereja mengajak kita berhenti sejenak dari kecemasan, dari lelahnya perjalanan hidup, untuk merasakan bahwa Tuhan itu sungguh dekat. Bukan hanya dekat dalam kata-kata, tetapi dalam kehadiran yang mengubah hidup. Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita melihat bagaimana Allah mendekat lewat kesembuhan, penghiburan, dan kepastian bahwa kita tidak berjalan sendirian.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama melukiskan sebuah gambaran yang begitu indah: padang gurun yang tandus tiba-tiba berbunga, padang yang kering menjadi tempat penuh sukacita. Gambaran itu terasa seperti mimpi, namun justru di situlah pesan Allah: bahwa Ia mampu membuat bagian hidup kita yang paling kering, paling mati rasa, paling kita sembunyikan dari dunia, berubah menjadi taman harapan. Kita semua punya “padang gurun”: hati yang mulai tawar, relasi yang renggang, iman yang lesu, dan luka-luka yang tidak selesai. Tetapi Yesaya berseru, “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu, teguhkanlah lutut yang goyah.” Seakan-akan Tuhan berkata, “Aku belum selesai dengan hidupmu. Aku datang menyelamatkan kamu.”
Namun yang menarik, saudara-saudari terkasih, adalah bahwa janji keselamatan itu tidak langsung menghapus semua masalah. Janji itu hadir sebagai penyemangat bahwa Allah sedang bekerja. Sebab itu, Yakobus dalam bacaan kedua mengajak kita bersabar seperti seorang petani. Petani tahu bahwa benih yang ia tanam tidak langsung tumbuh besok pagi. Ada proses yang perlahan, ada hujan, ada panas, ada waktu menunggu. Tetapi petani tetap percaya bahwa benih itu hidup, dan suatu hari akan menghasilkan buah yang ia nantikan. Di tengah dunia yang menuntut semua hal serba cepat, Tuhan mengajak kita untuk memiliki kesabaran yang bukan pasrah, tetapi kesabaran yang lahir dari keyakinan bahwa Tuhan tidak pernah tertidur dalam karya-Nya.
Dan di sinilah Injil memberi kita sebuah kisah yang sangat manusiawi: Yohanes Pembaptis—nabi besar, orang yang sejak awal mengumandangkan kedatangan Mesias—ternyata bisa ragu. Dari dalam penjara, ia bertanya kepada Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu? Ataukah kami harus menantikan yang lain?” Pertanyaan itu jujur, lahir dari gelapnya situasi yang ia hadapi. Ini menghibur kita. Jika Yohanes saja pernah ragu, bagaimana dengan kita yang berkali-kali jatuh bangun dalam iman?
Jawaban Yesus bukanlah teori, bukan argumen panjang, bukan pembuktian teologis, melainkan tindakan nyata: orang buta melihat, lumpuh berjalan, kusta disembuhkan, orang mati bangkit, orang miskin menerima kabar gembira. Dengan kata lain, Yesus berkata, “Lihatlah apa yang Tuhan kerjakan. Lihatlah tanda-tanda hidup yang kembali bersinar.” Yesus mengajak Yohanes untuk membaca kembali hidupnya melalui karya Allah yang nyata, bukan melalui ketakutannya di dalam penjara.
Saudara-saudari, kita pun sering seperti Yohanes. Ada masa ketika hidup kita seperti penjara: beban pekerjaan, rasa gagal, masalah keluarga, tekanan ekonomi, kecemasan masa depan, bahkan perasaan bahwa doa kita tidak didengarkan. Lalu kita pun bertanya diam-diam dalam hati: “Tuhan, Engkaukah yang aku harapkan? Engkaukah yang akan menolongku? Atau aku harus mencari harapan lain?” Jawaban Yesus sama seperti dulu: lihatlah apa yang Tuhan sudah lakukan dalam hidupmu. Lihat hal-hal kecil yang Ia pulihkan, lihat kebaikan yang perlahan tumbuh, lihat kekuatan yang Ia berikan saat kau hampir menyerah. Terkadang kita tidak menyadari bahwa mukjizat-mukjizat kecil setiap hari adalah cara Tuhan menjawab, “Aku ada. Jangan sangsi.”
Yesus memuji Yohanes sebagai yang terbesar di antara mereka yang dilahirkan perempuan. Tetapi Ia menambahkan bahwa yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripada Yohanes. Artinya, kita yang hidup sesudah kedatangan Kristus, yang menerima Roh-Nya, yang berjalan bersama Dia setiap hari, sesungguhnya memiliki kesanggupan untuk melihat karya Allah dengan cara yang lebih lengkap. Kita punya keistimewaan untuk mengalami kehadiran Tuhan bukan hanya lewat nubuat, tetapi lewat pribadi Yesus sendiri yang menyentuh hidup kita.
Di Minggu Adven III ini, Tuhan mengajak kita memandang hidup dengan mata yang baru. Bukan mata yang terjebak dalam rasa takut, melainkan mata yang berani percaya bahwa Tuhan sedang bekerja. Sukacita Adven bukanlah sukacita yang palsu, bukan berpura-pura baik-baik saja. Sukacita Adven adalah kemampuan untuk berkata, “Aku percaya Tuhan mendekat, meskipun aku belum melihat semuanya selesai.”
Maka marilah kita membawa kegelisahan kita, luka kita, penjara batin kita ke hadapan Tuhan. Kita biarkan Yesus menunjukkan bahwa Ia benar-benar Mesias yang kita nantikan. Kita izinkan diri kita melihat bahwa padang gurun itu bisa berbunga, bahwa benih itu sedang tumbuh, bahwa Yesus sungguh bekerja.
Semoga dalam minggu sukacita ini, Tuhan membuka mata kita untuk melihat karya-Nya, membuka telinga kita untuk mendengar penghiburan-Nya, membuka hati kita untuk merasakan bahwa Ia dekat. Dan semoga kita pun menjadi pembawa sukacita bagi sesama—mereka yang sedang lelah, sedang tawar hati, atau sedang meragukan kehadiran Tuhan dalam hidup mereka. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, kuatkanlah hatiku dalam masa penantian ini. Ajari aku melihat karya-Mu dalam hal-hal kecil, sabar dalam proses-Mu, dan percaya bahwa Engkau selalu dekat. Pulihkan bagian hidupku yang rapuh, dan jadikan aku pembawa sukacita bagi sesama. Amin.
