Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Sabtu 13 Desember 2025.
Kalender Liturgi hari Sabtu 13 Desember 2025 merupakan Hari Sabtu Biasa Pekan II Adven, Peringatan Wajib Santa Lusia Perawan dan Martir, Santa Odilia atau Ottilia Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Merah.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Sabtu 13 Desember 2025:
Bacaan Pertama Sirakh 48:1-4.9-11
Elia akan datang lagi.
Dahulu kala tampillah Nabi Elia bagaikan api. Perkataannya membakar laksana obor. Dialah yang mendatangkan kelaparan atas orang Israel, dan karena geramnya, jumlah mereka dijadikannya sedikit.
Atas firman Tuhan langit dikunci olehnya dan api diturunkannya sampai tiga kali. Betapa mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mukjizatmu! Siapa dapat memegahkan diri sama dengan dikau?
Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda berapi. Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, untuk mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub. Berbahagialah orang yang telah melihat engkau, dan yang meninggal dalam kasih.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan Mzm 80:2ac.3b.15-16.18-19
Ref. Bangkitkanlah, ya Tuhan, kegagahan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
Hai gembala Israel, pasanglah telinga-Mu, Engkau yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar. Bangkitkanlah keperkasaan-Mu, dan datanglah menyelamatkan kami.
Ya Allah semesta alam, kembalilah, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Tengoklah pohon anggur ini, lindungilah batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu!
Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang ada di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan. Maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu; Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu.
Bait Pengantar Injil Lukas 3:4.6
Ref. Alleluya, allelya, alleluya
Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.
Bacaan Injil Matius 17:10-13
Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia.
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya turun dari gunung, para murid bertanya kepada-Nya, “Mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?”
Yesus menjawab, “Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu. Dan Aku berkata kepadamu, Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.
Demikian pula Anak Manusia akan menderita oleh mereka.” Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Sabtu 13 Desember 2025
Dalam suasana Adven, ketika Gereja mengajak kita berjaga, berharap, dan mempersiapkan hati, bacaan hari ini membawa kita merenungkan sosok Elia—nabi yang hadir bagaikan api, yang kata-katanya membakar dan menggugah bangsa Israel. Kitab Sirakh melukiskan Elia sebagai nabi yang tidak hanya besar karena mukjizatnya, tetapi terutama karena perannya sebagai pembawa pemulihan: yang mengembalikan hati bapa kepada anaknya, yang meredakan kemurkaan, yang menyiapkan umat kembali kepada Tuhan. Elia adalah tanda bahwa ketika Allah ingin menyelamatkan, Ia selalu mendahuluinya dengan mengutus seseorang yang membangunkan hati manusia.
Ketika Yesus turun dari gunung bersama para murid dan mereka bertanya tentang Elia, Yesus membuka sebuah kenyataan yang menyedihkan sekaligus menyentuh: Elia memang harus datang, dan sudah datang—tetapi tidak dikenali. Dialah Yohanes Pembaptis, suara yang berseru di padang gurun, suara yang mengajak orang kembali kepada Tuhan. Namun banyak orang tidak mendengarnya, bahkan menolaknya. Yohanes, seperti Elia, adalah nabi yang menyala. Tetapi karena mereka tidak mau terang itu menyentuh sisi hidup yang gelap, mereka padamkan suara itu. Dan Yesus sendiri mengatakan bahwa nasib yang sama akan menimpa Dia: Tuhan pun bisa diabaikan ketika Ia datang dengan cara yang tidak sesuai harapan kita.
Saudara-saudari terkasih, inilah renungan yang sangat dekat dengan hidup kita hari ini. Kita sering menantikan kedatangan Tuhan dengan bayangan tertentu: seharusnya begini, seharusnya begitu. Kita ingin tanda-tanda besar, mukjizat yang spektakuler, jawaban doa yang instan, atau solusi yang langsung menyelesaikan persoalan hidup kita. Namun Tuhan sering datang dalam bentuk yang sangat sederhana—kadang lewat seseorang yang menegur kita dengan kasih, lewat peristiwa kecil yang menyentuh hati, lewat ajakan untuk berubah yang muncul dari dalam kesadaran kita sendiri. Dan sering kali, kita tidak mengenali-Nya. Kita seperti orang-orang di zaman Yohanes: Tuhan sudah datang, tetapi kita sibuk dengan gambaran-gambaran kita sendiri tentang bagaimana Ia seharusnya datang.
Adven mengajak kita membuka mata dan hati supaya kita tidak melewatkan kunjungan Tuhan dalam keseharian. Mungkin Tuhan datang lewat anak yang tiba-tiba berkata jujur kepada kita, lewat pasangan yang mengingatkan dengan lembut, lewat sahabat yang berani menegur ketika kita mulai jauh dari kebaikan. Mungkin Tuhan datang melalui pergumulan, melalui kegagalan, melalui kelelahan yang membuat kita berhenti dan bertanya: “Aku sedang mencari apa sebenarnya?” Yohanes Pembaptis hadir untuk mempersiapkan jalan bagi Yesus. Dan hari ini, Tuhan pun mengutus banyak “Yohanes Pembaptis” kecil dalam perjalanan hidup kita.
Dalam masa Adven ini, marilah kita berdoa agar hati kita tidak keras seperti batu, tetapi peka seperti tanah yang siap ditaburi benih. Jangan sampai kita mengulangi kesalahan orang sezaman Yesus—yang menunggu Tuhan tetapi justru melewatkan-Nya ketika Ia hadir. Biarlah kita belajar mengenali Tuhan dalam hal-hal yang sederhana, dalam sapaan kecil, dalam suara hati yang mengajak kita berbalik, berdamai, dan memperbaiki hubungan. Sebab Tuhan tidak pernah berhenti datang, hanya kita yang sering terlambat menyadari.
Semoga kita menjadi pribadi yang siap dipulihkan, seperti yang dinubuatkan tentang Elia: hati yang kembali kepada keluarga, kepada sesama, dan terutama kepada Allah. Dan semoga kedatangan Tuhan kelak tidak lagi mengejutkan, tetapi menjadi sukacita yang lahir dari hati yang sudah lama menantikan-Nya dengan penuh kesetiaan. Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, bukalah mataku agar dapat mengenali kehadiran-Mu dalam hal-hal sederhana setiap hari. Lembutkan hatiku supaya berani berubah, berdamai, dan kembali kepada-Mu. Bimbing aku berjalan dalam terang-Mu, agar hidupku memuliakan-Mu dan membawa kasih bagi sesama. Amin.
