Bayangin lo punya duit segunung kayak crazy rich Indo yang bisa beli pulau kalau mau. Nah, biar duitnya gak berantakan, gak bocor sana-sini, dan tetep bisa diwarisin ke anak cucu dengan aman, mereka bikin yang namanya family office.
Secara simpel, family office itu semacam “kantor pribadi” buat keluarga super tajir. Di situ, semua hal soal duit, investasi, pajak, asuransi, bahkan urusan amal keluarga diatur sama tim profesional.
Jadi bukan cuma manajer investasi doang, tapi satu paket lengkap: mulai dari ngatur warisan, donasi, sampai urusan hukum dan administrasi pribadi.
Menurut info dari ITB, biasanya yang punya family office itu keluarga yang kekayaannya udah nyentuh USD 50 juta – 100 juta ke atas (alias triliunan rupiah gengs 😱).
Mereka butuh tim ahli biar semuanya rapi dan efisien, jadi gak ada drama rebutan warisan atau duit nyangkut di mana-mana.
🏢 Jenis-Jenis Family Office: Mau yang Private Banget atau Barengan?
Ternyata family office tuh gak cuma satu tipe doang, ada beberapa macam:
1. Single Family Office (SFO)
Nah, ini khusus buat satu keluarga doang. Layanannya super personal, kayak tailor-made gitu. Biasanya dipakai sama keluarga yang duitnya udah kelewat banyak dan bisnisnya rumit banget.
2. Multi Family Office (MFO)
Kalau yang ini lebih kayak kost bareng tapi versi elite 😎 — beberapa keluarga patungan biar biaya operasional gak segede gaban. Cocok buat keluarga kaya baru yang mau serius ngatur aset tapi belum selevel konglomerat top dunia.
3. Outsourced Family Office
Ini versi praktisnya, di mana keluarga nyewa tim profesional dari luar buat ngurus semua urusan keuangan dan aset mereka.
Oh iya, sekarang family office juga makin canggih. Bukan cuma ngatur duit, tapi bisa bantu urus lifestyle management juga: mulai dari atur perjalanan liburan keluarga, gaji ART, sampai operasional yayasan sosial. Pokoknya kayak manajer hidup versi elite.
🇮🇩 Family Office Mau Dibangun di Indonesia? Gimana Ceritanya?
Nah ini yang lagi rame. Ide bikin family office di Indonesia pertama kali muncul dari Luhut Binsar Pandjaitan, pas beliau masih jadi Menko Marves di kabinet sebelumnya.
Katanya, Bali bakal dijadiin “hub” atau pusat family office kayak di Singapura atau Hong Kong. Rencananya diumumin pas acara World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Bali (Mei 2024).
Luhut juga bilang udah ada beberapa konglomerat asing yang naksir buat investasi lewat skema family office di sana. Bahkan, dia ngarep proyek ini bisa kelar di akhir 2025, nunggu persetujuan Presiden Prabowo juga.
Selain Bali, IKN (Ibu Kota Nusantara) juga masuk radar karena dianggap cocok buat dorong ekonomi wilayah timur Indo. Jadi dua-duanya bakal jadi center of wealth management kalau beneran jalan.
💸 Pemerintah Dukung Tapi Gak Mau Bayarin?
Nah, di sinilah muncul beda pendapat.
Purbaya Yudhi Sadewa, Menteri Keuangan, bilang kalau dia oke-oke aja ide family office ini, tapi duitnya jangan dari APBN.
“Kalau DEN (Dewan Ekonomi Nasional) bisa bangun sendiri, ya silakan. Tapi jangan minta anggaran negara,”
— kata Purbaya (Jakarta, 13 Oktober 2025)
Intinya, pemerintah gak mau ngeluarin uang rakyat buat proyek yang belum jelas dampaknya langsung ke masyarakat. Bahkan Purbaya ngaku belum paham banget konsepnya, jadi dia cuma bisa doain aja biar lancar. 😅
⚠️ Tantangan & Risiko: Bisa Jadi Surga Investasi, Bisa Juga “Surga Pencucian Uang”
Meski keliatannya keren banget, ternyata family office juga punya risiko serius.
Menurut Bhima Yudhistira dari Celios, negara-negara yang sukses dengan family office (kayak Gibraltar atau Panama) itu umumnya punya pajak rendah banget.
Nah, kalau Indonesia gak hati-hati, bisa-bisa malah jadi tempat “parkir” duit yang gak jelas asal-usulnya alias rawan pencucian uang 💸😬.
Selain itu, Bhima juga ngingetin, investasi lewat skema ini belum tentu nyampe ke sektor riil, alias bisa aja cuma muter di pasar modal doang.
Padahal, kalau mau berdampak ke ekonomi masyarakat, harusnya investasi itu bisa nyiptain lapangan kerja juga.
Belum lagi soal infrastruktur keuangan Indonesia yang masih harus banyak dibenahin biar bisa saingan sama Singapura, Hong Kong, atau London.
Jadi sebelum proyek ini beneran jalan, regulasi tentang transparansi dan anti–money laundering harus kuat dulu.
Kalau dijalanin dengan sistem yang bener, family office bisa jadi gebrakan keren buat Indonesia. Bisa narik investor global, ngasih peluang kerja buat tenaga profesional lokal, dan bikin ekonomi makin dinamis.
Tapi ya gitu, jangan keburu euforia dulu. Harus ada aturan main yang jelas dan transparan biar gak jadi bumerang.
So, menurut lo gimana? Apakah Indonesia siap jadi “Bali Family Office Hub” kayak Singapura versi Nusantara? Atau masih butuh PR panjang sebelum beneran bisa ke arah sana? 🤔🇮🇩