Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.
Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.
Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.
Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Rabu 15 Oktober 2025.
Kalender Liturgi hari Rabu 15 Oktober 2025 merupakan Hari Rabu XXVIII, Peringatan Wajib Santa Teresia dari Avilla, Perawan, dengan Warna Liturgi Putih.
Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Rabu 15 Oktober 2025:
Bacaan Pertama : Rm 2:1-11
Allah membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?
Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. Sebab Allah tidak memandang bulu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 62:2-3,6-7,9
Refren: Tuhan, Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku, hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
Hanya pada Allah saja aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku, hanya Dialah gunung batu dan keselamatanku; hanya Dialah kota bentengku, aku tidak akan goyah.
Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.
Bait Pengantar Injil : Yoh 10:27
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan;Aku mengenal mereka, dan mereka mengenal Aku.
Bacaan Injil : Luk 11:42-46
Celakalah kalian, hai orang-orang Farisi! Celakahlah kalian, hai ahli-ahli kitab!
Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”
Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik Rabu 15 Oktober 2025
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Hari ini kita merayakan Peringatan Wajib Santa Teresia dari Avila, seorang perempuan luar biasa yang mencintai Tuhan dengan hati yang sungguh terbuka dan jujur. Ia adalah seorang mistikus yang mengajarkan kita bahwa doa bukanlah kata-kata indah yang panjang, melainkan hubungan cinta yang jujur antara manusia dan Allah. Ia berkata, “Tidak penting seberapa banyak yang kita lakukan, tetapi seberapa besar kasih dalam setiap yang kita lakukan.” Dan itulah semangat yang menjiwai bacaan-bacaan hari ini.
Dalam bacaan pertama dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma, kita diingatkan: “Allah membalas setiap orang menurut perbuatannya.” Paulus berbicara dengan jujur dan tegas, bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menyadarkan. Ia tahu betapa mudahnya manusia terjebak dalam kebiasaan menghakimi orang lain. Kita mudah menunjuk kesalahan sesama, namun lupa bahwa tiga jari lainnya sedang menunjuk kepada diri sendiri. Paulus ingin menegaskan bahwa tidak ada satu pun dari kita yang bebas dari kesalahan, dan karena itu, kita semua sama-sama membutuhkan belas kasih Allah.
Kadang kita berpikir, karena kita rajin berdoa, aktif di Gereja, atau tampak saleh di mata orang lain, maka kita sudah cukup baik di hadapan Tuhan. Tapi Paulus menegur dengan lembut: jangan sampai kita merasa lebih benar dari orang lain. Sebab kerahiman Allah bukanlah alasan untuk merasa aman, melainkan undangan untuk bertobat. Tuhan sabar, Tuhan murah hati, tapi kesabaran itu bukan untuk disalahgunakan — melainkan kesempatan agar hati kita berubah.
Lalu dalam Injil hari ini, Yesus menegur keras orang-orang Farisi dan ahli Taurat. “Celakalah kamu!” bukanlah kata kutuk, melainkan seruan kasih yang mengguncang hati. Yesus marah bukan karena Ia membenci mereka, tetapi karena Ia ingin membuka mata mereka yang buta oleh kesombongan rohani. Mereka sangat rajin melakukan aturan agama — memberi persepuluhan, berdoa di depan umum, duduk di tempat terhormat — namun melupakan inti dari iman itu sendiri: keadilan dan kasih Allah.
Yesus menegur mereka karena mereka menjadikan agama sebagai pertunjukan, bukan perjumpaan dengan Tuhan. Mereka mengajar orang lain hidup suci, tapi tidak menyentuh beban yang mereka letakkan di pundak orang lain. Mereka tahu banyak tentang hukum Allah, tapi lupa mencintai seperti Allah. Dan bukankah hal itu juga bisa terjadi pada kita hari ini?
Kita bisa begitu sibuk dengan aturan, tata ibadat, dan kegiatan rohani, tapi lupa menaruh kasih dalamnya. Kita bisa tahu banyak tentang iman, tapi tidak menghidupi iman itu dalam relasi, dalam cara kita memperlakukan orang lain, dalam kejujuran, dalam empati. Kadang kita seperti kubur yang indah di luar tapi kosong di dalam — tampak suci, tapi hati kita jauh dari Tuhan.
Saudara-saudari terkasih, Yesus hari ini mengajak kita untuk memeriksa diri: apakah hidup iman kita sungguh jujur? Apakah doa kita sungguh lahir dari hati yang terbuka, bukan sekadar rutinitas? Apakah kasih kita nyata dalam tindakan, bukan hanya kata-kata?
Santa Teresia dari Avila pernah berkata, “Tuhan tidak butuh hal besar dari kita, Ia hanya ingin kita berserah dengan sepenuh hati.” Maka, marilah kita belajar rendah hati di hadapan Tuhan. Kita tidak perlu menjadi sempurna, tapi jadilah orang yang mau terus diperbaharui oleh kasih-Nya. Jangan takut bertobat, jangan malu mengakui kelemahan, karena di sanalah rahmat bekerja.
Tuhan melihat lebih dari sekadar tindakan lahiriah; Ia melihat hati. Dan hati yang tulus, yang mau berubah, yang mau mengasihi — itulah persembahan yang paling berharga bagi-Nya.
Semoga hari ini, kita berani datang kepada Tuhan dengan hati yang jujur, tidak menghakimi orang lain, tetapi mengizinkan kasih Allah menuntun kita kepada pertobatan yang sejati. Dan seperti Santa Teresia, semoga kita pun belajar mencintai Tuhan bukan dengan banyak kata, tetapi dengan seluruh hidup kita.
Amin.
Doa Penutup
Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk tidak menghakimi, melainkan mengasihi. Lembutkan hatiku agar mau bertobat dan hidup jujur di hadapan-Mu. Semoga setiap perbuatanku mencerminkan kasih dan keadilan-Mu, sehingga aku semakin dekat kepada-Mu dalam kerendahan hati dan iman yang tulus. Amin.