Saturday, May 17, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Senin 19 Mei 2025 Lengkap Renungan Harian, Hari Senin Biasa Pekan V Paskah

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Senin 19 Mei 2025.

Kalender Liturgi hari Senin 19 Mei 2025 merupakan Hari Senin Biasa Pekan V Paskah, Santo Petrus Salestinus, Paus dan Pengaku Iman, Santo Dunstan, Uskup dan Pengaku Iman, dengan Warna Liturgi Putih.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Senin 19 Mei 2025:

Bacaan Pertama Kisah Para Rasul 14:5-18

Waktu Paulus dan Barnabas berada di Ikonium, orang-orang Ikonium yang telah mengenal Allah dan orang-orang Yahudi bersama-sama dengan pemimpin-pemimpin mereka menimbulkan suatu gerakan untuk menyiksa dan melempari Paulus dan Barnabas dengan batu.

Setelah mengetahuinya, menyingkirlah rasul-rasul itu ke kota-kota Likaonia, yaitu Listra dan Derbe dan daerah sekitarnya. Di situ mereka memberitakan Injil.

Di Listra ada seorang yang duduk saja, karena lemah kakinya; ia lumpuh sejak dilahirkan dan belum pernah dapat berjalan.

Ia duduk mendengarkan, ketika Paulus berbicara. Paulus menatap dia, dan melihat bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan.

Lalu kata Paulus dengan suara nyaring, “Berdirilah tegak di atas kakimu!” Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian kemari. Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berseru dalam bahasa Likaonia, “Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.”

Barnabas mereka sebut Zeus dan Paulus mereka sebut Hermes, karena Paulus yang berbicara. Maka datanglah imam dewa Zeus, yang kuilnya terletak di luar kota, membawa lembu-lembu jantan dan karangan-karangan bunga ke pintu gerbang kota untuk mempersembahkan korban bersama-sama dengan orang banyak kepada rasul-rasul itu.

Mendengar itu, Barnabas dan Paulus mengoyakkan pakaian mereka, lalu terjun ke tengah-tengah orang banyak itu sambil berseru, “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian?

Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu! Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.

Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu.

Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan”. Walaupun rasul-rasul itu berkata demikian, namun hampir-hampir tidak dapat mereka mencegah orang banyak mempersembahkan kurban kepada mereka.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm 115:1-2.3-4.15-16

Ref. Bukan kepada kami, ya Tuhan, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan.

Bukan kepada kami, ya Tuhan, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! Mengapa bangsa-bangsa akan berkata, “Di mana Allah mereka?”

Allah kita di surga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia.

Diberkatilah kamu oleh Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Langit itu langit kepunyaan Tuhan, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.

Bacaan Injil Yohanes 14:21-26

Dalam amanat perpisahan-Nya Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku.

Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku, dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku padanya.”

Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya, “Tuhan, apakah sebabnya Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?”

Jawab Yesus, “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku. Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan dia.

Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik Senin 19 Mei 2025

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,

Dalam kehidupan, kita sering merasa ingin dihargai, diakui, bahkan mungkin dipuji. Perasaan itu manusiawi. Kita ingin keberadaan kita bermakna, usaha kita dilihat, kebaikan kita dikenal. Tapi hari ini, lewat kisah Paulus dan Barnabas di Listra, kita diingatkan bahwa menjadi murid Kristus itu bukan tentang mencari kemuliaan bagi diri sendiri, tapi membawa orang pada kemuliaan Allah.

Bayangkan, Paulus dan Barnabas baru saja mengalami perlakuan buruk di Ikonium. Mereka diusir, bahkan hendak dilempari batu. Namun mereka tidak patah semangat. Mereka melanjutkan pewartaan ke kota Listra. Di sana, mereka bertemu seorang yang lumpuh sejak lahir. Ketika Paulus menatap orang ini, ia melihat bahwa ia beriman. Dan dengan satu seruan penuh kuasa, orang itu berdiri dan berjalan. Mukjizat terjadi. Orang banyak takjub. Tapi yang mengejutkan adalah reaksi mereka: mereka mengira Paulus dan Barnabas adalah dewa-dewa yang turun ke bumi! Mereka bahkan hendak mempersembahkan korban bagi mereka.

Bayangkan, bagaimana rasanya diperlakukan seperti dewa setelah sebelumnya hampir mati dilempari batu? Bukankah ini kesempatan besar untuk merasa istimewa? Namun reaksi Paulus dan Barnabas sungguh luar biasa. Mereka justru mengoyakkan pakaian mereka dan berseru, “Kami ini manusia biasa seperti kamu!” Mereka tidak ingin disembah, tidak ingin dimuliakan. Yang mereka inginkan hanya satu: agar orang-orang itu mengenal Allah yang hidup, yang memberi hujan, musim, makanan, dan sukacita. Allah yang dekat, nyata, dan murah hati.

Begitu juga dengan hidup kita. Kadang-kadang, kita juga ingin “diakui” karena pelayanan kita, karena kebaikan kita, karena jerih payah kita. Tapi hari ini kita diajak untuk bertanya: Apakah semua yang kulakukan sungguh untuk Tuhan, atau diam-diam aku ingin kemuliaan untuk diriku sendiri?

Dalam Injil, Yesus berkata bahwa yang mengasihi Dia adalah orang yang memegang perintah-Nya dan melakukannya. Kasih kepada Yesus itu bukan sekadar emosi, bukan sekadar menyanyikan lagu rohani dengan penuh semangat, tetapi nyata dalam ketaatan setiap hari—ketaatan yang mungkin sepi, tidak terlihat, bahkan tidak dihargai orang. Tapi justru di situlah Yesus berjanji akan menyatakan diri-Nya. Bahkan lebih dari itu, Bapa dan Yesus akan tinggal bersama orang itu—sebuah keintiman yang dalam dan personal.

Kita tidak berjalan sendiri. Roh Kudus, Sang Penghibur, dijanjikan untuk hadir dalam hidup kita. Ia mengajarkan kita, mengingatkan kita, menguatkan kita, ketika kita lemah, bingung, atau kehilangan arah. Roh Kuduslah yang menolong kita untuk tidak jatuh dalam kesombongan rohani, untuk tetap rendah hati, dan untuk terus membawa orang bukan kepada diri kita, tapi kepada Tuhan.

Hari ini marilah kita merenung: dalam setiap kebaikan yang kita lakukan, apakah kita masih menginginkan kemuliaan bagi diri sendiri? Ataukah kita mau belajar seperti Paulus dan Barnabas, untuk mengatakan, “Bukan kepada kami ya Tuhan, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan”? Dalam dunia yang suka sorotan, kita dipanggil untuk menjadi cahaya yang diam tapi tetap menerangi, yang tidak memamerkan diri, tetapi mengarahkan orang kepada Tuhan.

Semoga dalam kesederhanaan dan ketaatan kita, Tuhan berkenan tinggal bersama kita, dan nama-Nya saja yang dimuliakan. Amin.

Doa Penutup

Tuhan, ajarilah aku untuk rendah hati dalam keberhasilan, setia dalam kasih, dan taat pada sabda-Mu. Semoga aku menjadi alat-Mu yang sederhana, memuliakan nama-Mu, bukan diriku, dan membuka hati pada Roh Kudus yang menuntun hidupku. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

Fungsi dan Cara Main Magic Sentry Magic Sentry MLBB, Si Mata-Mata High Ground yang Bikin Lawan Kegep Auto Kena Gank

Yo, sobat MLers! 🔥 Lo pernah lagi asik main Mobile Legends terus tiba-tiba kejebak gank pas lagi farming di...

More Articles Like This

Favorite Post