Sunday, June 22, 2025

Bacaan Injil Katolik Hari Ini Kamis 26 Juni 2025 Lengkap Renungan Harian, Pekan Biasa ke-XII dengan Warna Liturgi Hijau

Must Read
Tolong Kasih Bintang Penilaian. Terima kasih.

Membaca Injil harian dan renungan memegang peranan penting bagi umat Katolik. Dengan melakukan ini, umat Katolik mendekatkan diri pada Tuhan setiap hari, memperkuat iman, dan membentuk karakter Kristiani.

Renungan harian juga memberikan ketenangan batin dalam kehidupan yang sibuk, sambil memberikan panduan moral. Waktu pribadi dengan Tuhan melalui Injil harian menciptakan momen spiritual yang mendalam.

Selain itu, membaca Injil mendorong umat Katolik untuk menyadari panggilan misioner dan memperkaya hubungan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, hari ini kita masuk pada Bacaan Injil Katolik dan Renungan Harian Katolik buat Kamis 26 Juni 2025.

Kalender Liturgi hari Kamis 26 Juni 2025 merupakan Pekan Biasa ke-XII dengan Warna Liturgi Hijau.

Yuk, kita simak Bacaan Liturgi Katolik dan Renungan Harian Katolik pada hari Kamis 26 Juni 2025:

Bacaan I – Kej. 16:1-12,15-16

Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.

Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.

Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.

Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.

Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.”

Kata Abram kepada Sarai: “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.

Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.

Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.”

Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”

Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”

Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.

Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”

Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael.

Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

Mzm. 106:1-2,3-4a,4b-5

  • Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
  • Siapakah yang dapat memberitahukan keperkasaan TUHAN, memperdengarkan segala pujian kepada-Nya?
  • Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu!
  • Ingatlah aku, ya TUHAN, demi kemurahan terhadap umat-Mu, perhatikanlah aku, demi keselamatan dari pada-Mu,
  • supaya aku melihat kebaikan pada orang-orang pilihan-Mu, supaya aku bersukacita dalam sukacita umat-Mu, dan supaya aku bermegah bersama-sama milik-Mu sendiri.

Bacaan Injil – Mat. 7:21-29

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?

Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,

sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Demikianlah Injil Tuhan

U. Terpujilah Kristus

Renungan Harian Katolik Kamis 26 Juni 2025

Renungan Hari Ini – Matius 7:21-29 dan Kejadian 16:1-16

Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,

Hari ini kita diundang untuk menengok ke dalam hati kita masing-masing. Bukan untuk menilai apakah kita sudah terlihat “baik” dari luar—aktif dalam kegiatan gereja, menyebut nama Tuhan dalam doa, bahkan mungkin melakukan banyak hal “rohani”—tetapi lebih dalam dari itu: apakah hidup kita sungguh dibangun di atas kehendak Allah?

Yesus berkata dengan sangat tegas: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Ini adalah sabda yang keras, namun jujur. Karena iman bukan hanya soal berkata, tetapi tentang hidup yang berjalan sesuai dengan kehendak Allah, meski seringkali kehendak itu menuntun kita melewati jalan yang tidak mudah.

Yesus lalu memberi gambaran yang sederhana, namun sangat kuat: rumah di atas batu dan rumah di atas pasir. Rumah yang dibangun di atas batu adalah hidup yang kokoh, yang tidak gampang roboh saat badai datang. Itu adalah hidup yang dibangun di atas ketaatan, bukan hanya pengetahuan. Kita bisa tahu banyak tentang Tuhan, tetapi jika hidup kita tidak mencerminkan kasih, kejujuran, pengampunan, dan kesetiaan, rumah itu tetap rapuh. Sebaliknya, orang sederhana yang hidupnya penuh kasih dan rendah hati, meski tak banyak bicara soal Tuhan, bisa saja membangun rumah rohaninya di atas batu karang.

Mari kita jujur hari ini, saudara-saudari. Apa fondasi rumah hidup kita? Apakah kita hanya sibuk di permukaan, atau kita benar-benar mendengarkan dan melakukan Sabda-Nya? Badai itu pasti datang dalam bentuk penderitaan, kegagalan, luka batin, atau kehilangan. Namun rumah yang berdiri di atas batu takkan roboh. Itu janji Tuhan.

Lalu bacaan pertama hari ini membawa kita ke kisah yang sangat manusiawi: Hagar, Sarai, dan Abram. Di sana kita lihat kisah tentang harapan, rasa kecewa, iri hati, dan perlakuan tidak adil. Sarai, yang merasa mandul, berusaha mencari jalan sendiri untuk memenuhi keinginannya—jalan yang tampak logis, tapi bukan kehendak Tuhan. Hagar, yang tadinya hanya hamba, merasa berhak saat ia mengandung. Dan akhirnya semua saling menyakiti.

Tetapi justru di padang gurun, tempat di mana Hagar merasa ditinggalkan, Tuhan datang menyapanya. “TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.” Di sini kita melihat sisi Allah yang lembut dan penuh perhatian. Tuhan bukan hanya memperhatikan tokoh-tokoh besar seperti Abram atau Sarai. Ia juga hadir bagi yang tertindas, yang dipinggirkan, yang tidak dianggap.

Saudara-saudari, kita semua mungkin pernah merasa seperti Hagar—dilecehkan, disingkirkan, atau dikhianati. Tapi hari ini Tuhan meyakinkan kita: Aku melihatmu. Aku mendengarmu. Aku menyertaimu. Jangan lari. Jangan menyerah. Kembali dan percayalah, bahkan dalam tekanan, Tuhan sedang mengerjakan rencana-Nya. Bahkan dari rahim seorang hamba, Tuhan bisa mendatangkan kehidupan baru.

Jadi, mari kita pulang dari Sabda hari ini dengan dua hal di hati:

Pertama, marilah kita jangan hanya jadi pendengar Sabda, tapi pelaku Sabda. Jangan hanya membangun hidup rohani kita di atas pasir aktivitas, tapi di atas batu ketaatan dan kasih sejati.

Dan kedua, saat hidup kita seperti berada di padang gurun, ingatlah: Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia melihat air mata kita. Ia memanggil kita, sama seperti Ia memanggil Hagar: “Dari mana engkau datang, dan ke mana engkau pergi?” Dan Ia punya harapan baru untuk kita.

Semoga hari ini, rumah hidup kita semakin kuat dalam Tuhan, dan hati kita makin yakin: Tuhan mengenal kita… bukan karena banyaknya doa yang kita panjatkan, tapi karena kasih yang kita jalani.

Amin.

Doa Penutup

Tuhan, kuatkan aku membangun hidup di atas kehendak-Mu, bukan hanya kata-kata. Ajarku setia dalam kasih, meski tak mudah. Ketika aku lemah dan terpinggirkan, yakinkan aku bahwa Engkau melihat dan menyertaiku. Dalam-Mu, aku mau tetap berharap. Amin.

------

Info Viral Gabung di Channel WHATSAPP kami atau di Google News

Berlangganan Info Menarik Kami

Silahkan subscribe email anda! Jangan lewatkan, hanya artikel dan tips menarik yang akan kami kirimkan ke Anda

Latest

HANYA 1 HARI! Promo KFC Hari Ini 22 Juni 2025, BUCKET DAY HUT Jakarta 498 Beli 9 Ayam Cuma 100 Ribu

Warga Jakarta mana suaranyaaa?! 🥳 Hari ini kota tercinta kita lagi ulang tahun ke-498, dan KFC punya cara super...

More Articles Like This

Favorite Post